20

11 1 0
                                    

"Rolls Royce yah?"

Senyumannya mengembang saat melihat mobil bermerek rolls Royce di layar ponselnya. Keren juga. Pantas saja Langit mengidamankan mobil ini dari dulu, dilihat dari manapun tetap keren apalagi harganya gak main-main.

"Lo tau, Bin? Kata Papa dia mau beliin gue mobil ini! Gila! Padahal harganya mahal banget tapi Papa kok gampang banget ngomong 'besok Papa beliin' gila sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo tau, Bin? Kata Papa dia mau beliin gue mobil ini! Gila! Padahal harganya mahal banget tapi Papa kok gampang banget ngomong 'besok Papa beliin' gila sih."

Bintang tersenyum tipis kemudian menepuk pundak Langit. "Karena lo anak kesayangannya, Lang. Pantes kan Papa gituin lo."

Langit terdiam. Merasa tidak enak dengan Bintang karena berkata seperti itu dan pastinya membuat Bintang tersinggung. Tapi bukan itu yang ia maksud, Langit hanya ingin memberitahukan adiknya.

"Sorry, Bin. Bukannya gue mau pamer tapi gue cuma mau ngasih tau lo. Gue--"

"Santai, elah. Pasti lo seneng 'kan karena bentar lagi lo udah punya mobil impian lo?"

Perlahan Langit mengangguk. Ia dekap tubuh Bintang lalu dengan lancang mencium pipi adiknya. Langit tersenyum jahil kemudian berlari naik ke atas tangga.

"ANJIR LO, LANG! GAK USAH CIUM-CIUM GUE. GUE TAU LO GAY!"

"HAHAHAHA ENAK 'KAN CIUMAN DARI GUE!"

"Bangsat! Untung gue sayang sama lo kak," gumamnya seraya menghapus jejak ciuman Langit di pipinya.

•••

"Bintang!"

Merasa terpanggil, Bintang menoleh ke belakang dan mendapati gadis cantik dengan rambut di ikat kuda sedang berlari ke arahnya.

"Ini, Bulan bawain pancake lagi."

Gadis itu menyodorkan kotak bekal yang sama malam itu. Isinya sudah di pastikan pancake dengan beberapa varian. Salah satunya varian coklat kesukaan Bintang.

"Gak usah, Lan. Gue--"

"Ihh, padahal Mama udah bangun pagi-pagi demi buatin Bintang ini. Masa gak di terima?"

Sebenarnya bukannya Bintang tidak suka melainkan ia tidak enak kepada Bulan dan Mamanya yang terus membuatkannya pancake.

"Thanks."

Bulan mengangguk sembari tersenyum manis. Kedua tangannya memegang tali tas di masing-masing sisi. Berjalan bersama Bintang masuk ke dalam kelas.

"Bintang, pas Bulan pulang waktu itu, Bulan gak sengaja dengar ada orang yang marah-marah di rumah Bintang. Trus ada suara barang pecah. Itu kenapa?"

Langkahnya terhenti. Ia berdeham pelan lalu menggeleng. "Nggak papa. Pas lo balik malam itu, tiba-tiba ada kucing masuk rumah dan mecahin vas bunga."

"Oh yah? Bukan Luffy 'kan?"

"Luffy?"

"Iya. Bintang lupa kalau nama kucing Bulan Luffy?"

Yah, dia baru ingat. Bahwa gadis polos ini memiliki kucing berbulu lebat abu-abu bernama Luffy.

Dia Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang