01

27 5 10
                                    

     🂱          🂱           🂱    

     🂱          🂱           🂱    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🂱          🂱           🂱    




Apa yang paling menyakitkan bagimu?

Mungkin jawabanmu adalah cinta, yang lainnya akan menjawab dusta (aku menyetujui ini), dan lainnya lagi akan berkata yang paling menyakitkan justru adalah kehidupan; atau kematian, atau bahkan kedua-duanya. Bagiku, yang paling menyakitkan adalah awal dan akhir. Mengawali dan mengakhiri.

Kehidupan dan kematian, awal dan akhir. Apakah sama?
Apa yang dicari dari dua hal itu?

Seorang yang jiwanya penuh dengan romantisme pernah berkata, Isilah hidupmu dengan cinta, penuhi hidupmu dengan cinta. Maka kau akan bahagia. Saat kau pergi meninggalkan dunia, pergilah membawa cinta dari orang yang kau tinggalkan. Tapi jangan lupa untuk meninggalkan cinta bagi mereka juga. Sebab, cinta kasih darimu adalah obat luka atas kepergianmu—yang mereka sebut sebagai “kenangan”.

Lantas, mengapa cinta bisa meninggalkan luka jika ia sepatutnya menjadi sumber bahagia?

Cinta, luka, hidup, mati, dan waktu. Elemen tak terpisahkan yang selalu mengikuti manusia, bahkan sanggup membentuk atau justru membunuh karakter manusia itu sendiri.



 ̄ ̄۝ ̄ ̄



Suara ketukan-ketukan khas yang sangat Auvreya kenali terdengar bergema samar-samar dalam keheningan. Siapa gerangan yang bermain catur di tengah malam? Karena dirongrong rasa penasaran dan terutama jengkel karena terganggu, ia berjalan cepat menuju ke asal suara dalam kemarahan yang berusaha sekuat-kuatnya diredam. Seseorang yang mungkin menjadi pelaku kebisingan sudah membayang dalam benaknya dan Auvreya sudah siap memberikan hukuman.

"Tuan Holscher, kaukah itu yang sedang bermain catur? Dengan siapa kau bermain catur sedemikian asyik hingga kau lupa waktu? Hentikanlah permainan. Ini waktunya istirahat."

Suara ketukan teratur yang tadi terdengar kini lenyap. Dari tirai yang sedikit terbuka, tampak siluet seorang pria. Keremangan menghalangi ketajaman penglihatannya. Entah mengapa ada orang yang sekonyol itu tetap bertahan duduk di tengah gelap. Mustahil dapat bermain catur dengan benar dengan pencahayaan yang nyaris tak ada. Ditambah lagi, tampaknya tidak ada orang lain lagi di dalam ruang permainan itu. Bermain catur seorang diri sungguh tidak dimungkinkan.

Tapi memang dari sanalah sumber suara itu.

"Tuan Holscher...?" Sekali lagi Auvreya memanggil.

House Of CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang