08

6 1 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



“Kau tak bisa memilih hendak lahir di mana. Kau tak bisa memilih siapa saja yang takkan meninggalkanmu. Kau tak punya banyak pilihan. Hidup memiliki pasang-surut yang tak bisa diubah, sama seperti sejarah. Bagaimanapun, masih ada tempat di dalamnya untuk menentukan pilihan. Untuk membuat keputusan.” — How To Stop Time by Matt Haig. ⟩

🂱           🂱           🂱


Kejadian buruk beberapa hari belakangan—terutama pagi tadi, membuat Auvreya tak bisa tidur meskipun lelah bukan buatan. Menghabiskan waktu mendengarkan derak kayu dilahap api dan bunyi meretih dari perapian ditemani buku dan secangkir teh panas menjadi pelarian paling sempurna dalam cuaca dingin malam ini. Akan sempurna andaikan api di perapian bisa membakar habis perasaan buruk yang bercokol.

Buku setebal satu jengkal tangan pria dewasa tentang tata krama telah habis dipelajari, teh kamomil telah habis diminum, dan sebatang lilin yang difungsikan sebagai lampu baca pun telah meleleh hingga tersisa separuh. Namun, keheningan malam justru memperparah kegalauannya. Bahkan teh kamomil tidak lagi mampu menenangkannya kali ini.

Ketika menoleh ke dinding tempat jam besar menempel, Auvreya menutup mulut menahan kuap. Waktu seakan sengaja bergerak lambat-lambat, sebab sekadar menuju ke jam dua belas yang hanya tersisa satu menit pun terasa lama sekali. Tepat pukul dua belas, jam berdentang nyaring dan rasa kantuknya pun seketika langsung lenyap.

Sosok yang tiba-tiba muncul dari hutan malam itu mendadak saja kembali membayangi benak Auvreya, menyisakan kegelisahan yang seakan-akan tak akan pernah berujung. Bayangan saat tatapan mata mereka bertemu selama beberapa detik hari itu berkelebat, menyelimutinya dengan perasaan risau nan janggal. Mata coklat cerah bagai almond itu persis seperti milik Alvrey, tapi berbeda di saat yang sama.

Dihitung-hitung, sudah tahun ke tujuh Alvrey menghilang. Di mana dia? Secuil harapan dalam hati yang sudah mati mulai tumbuh lagi berkat kejadian belakangan. Terutama tanda di lengan bagian dalam yang disebut-sebut oleh Steve dan jam saku yang ditemukan Dave.

     Tentang Steve ... Bagaimana keadaannya sekarang? Apa yang Steve lakukan malam sebelumnya dan ke mana dia pergi? Luka-luka di tubuhnya .... siapa yang bisa memanah penuh perhitungan seperti itu? Di lingkungan kastel Highclere, hanya ayahnya yang paling mahir memanah. Morvid Alvrey menempati urutan ke dua paling mahir—setelah pria itu masuk ke dalam kehidupannya dan diakui sebagai bagian dari penghuni kastel—sebelum kejadian memalukan terjadi kemudian dia menghilang.

Apakah mungkin Alvrey pelaku penyerangan terhadap Steve? Apa yang bisa menjadi motif penyerangan jika mereka saling mengenal pun tidak?

House Of CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang