🂱 🂱 🂱
Apa yang Steve Valliant inginkan sesungguhnya? Dia bisa saja menginap di tempat lain atau menyewa penginapan jika memang harus menginap demi suatu pekerjaan atau hal lain. Mengapa harus menginap di sini dan membuat tidak nyaman dengan mengucapkan kalimat aneh? Sandiwara? Sedikit sandiwara? Untuk apa? Siapa, dan mengapa harus?
Ketika memikirkan itu, Auvreya sedang menuang kopi panas dari teko ke dalam cangkir. Cairan hitam pekat beraroma wangi khas yang kuat itu hampir-hampir tumpah ke punggung tangannya. Sial. Kenapa justru mata biru memikat dan aroma maskulin khas pria itu yang terbayang-bayang? Auvreya pasti sudah tidak waras!
"Nona, hati-hati! Seharusnya Anda membiarkan saya yang menuangkan dan membawakannya untuk Anda. Sini, biar saya bawakan."
Auvreya tetap menolak meskipun pelayan sudah memaksa. Hanya secangkir kopi tidak perlu menggunakan pelayan.
Membawa cangkir kopi beserta buku sebagai tatakannya ke taman belakang dan duduk di sana sudah dilakukannya sejak sang ibu masih ada. Baginya, kegiatan itu yang paling sempurna untuk menenangkan diri. Sebagian orang menyebut kegiatan semacam itu sebagai "pelarian diri dari kenyataan". Tapi, bagi Auvreya itu adalah relaksasi paling sempurna sekaligus mudah.
Untuk satu hari ini, tugas wajib beramah-tamah sebagai nona tuan rumah ingin Auvreya lupakan. Biarlah Steve melakukan apa yang dia sukai, asalkan tidak melibatkan dirinya. Namun, rupanya takdir sedang tidak ingin berpihak. Baru saja Auvreya membalik halaman buku dengan secangkir kopi diletakkan di sampingnya, terdengarlah suara gesekan rumput dari arah belakang. Suara itu kian jelas dan dekat, jelas-jelas suara teratur derap langkah kaki. Seseorang sedang mendekat ke arahnya. Tidak perlu menoleh untuk tahu siapa karena orang itu segera saja bersuara.
"Selamat pagi."
Entah apa tujuan Steve berbasa-basi menyapa, jika suara yang dikeluarkan saja terkesan tidak ikhlas-singkat dan dingin. Sempat tak ingin menjawab, Auvreya akhirnya hanya menyahut singkat dengan suara menggumam.
Hening. Selain suara deru angin dan rumput pendek yang saling bergesekan, hanya terdengar bunyi derak dari kertas buku yang sesekali tertampar angin.
"Aku harap tidak mengganggu."
Setelah hening sekian menit, Steve bicara singkat lagi. Menarik napas meredam kesal, Auvreya kemudian mengangkat wajah untuk menatap pria jangkung yang berdiri di sampingnya.
"Benar. Kau mengganggu. Sekarang, pergilah kemana pun kau suka. Biarkan aku menikmati waktuku sendiri."
Auvreya lantas menatap garang saat mendengar Steve mendengkus. Namun, alih-alih tersinggung, pria itu justru mengulurkan tangan dengan telapak tangan terbuka, menatapnya dengan kepala digerakkan sedikit sebagai gestur ajakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
House Of Cards
RomanceTidak ada rencana apapun yang dapat selalu berhasil tepat. Manusia tentu selalu merencanakan dan berusaha menjaga agar susunan rencana dalam hidupnya tidak hancur begitu saja. Namun, selalu ada hal-hal tak terduga yang dapat menghancurkannya...