09

10 1 4
                                    

🂱              🂱              🂱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🂱              🂱              🂱


Bagaimana cara mempertahankan yang telah hancur?
Bagaimana cara membuang yang tak bisa lagi dipertahankan tanpa menyentuhnya lagi dan merasakan luka lama lagi?

 ̄ ̄۝  ̄ ̄

Angin berembus sepoi-sepoi dalam keheningan nan nyaman berlatar suara-suara samar tanda kehidupan—kicau burung, suara obrolan orang dan desir dedaunan yang ditiup angin. Entah musim apa saat ini. Rasa-rasanya seakan musim gugur akan segera tiba. Cahaya matahari nan hangat menyorot tepat ke arah dalam balkon—menyirami kamar tidur dengan cahaya hangat matahari.

Suara kuda meringkik tajam mengalihkan perhatian Auvreya dari buku yang sedang dibaca. Suara itu kedengaran berasal dari bawah, tepatnya halaman depan. Menutup buku lalu memindahkannya dari pangkuan ke meja kecil di sebelahnya, Auvreya kemudian melongok ke luar. Seekor kuda hitam yang gagah dengan bulu di tubuh serta surai ekor yang bersinar terikat di batang pohon eukaliptus besar di halaman depan kastel, tanpa dilengkapi kereta, melainkan hanya pelana dari bahan kulit mengilat. Sekilas, kuda itu tampak asing—tidak pernah terlihat di manapun sebelumnya.

Dilanda penasaran, Auvreya turun ke bawah dengan perasaan berdebar. Apakah ada tamu lagi?

Gaun sederhana berwarna putih tanpa lengan dilengkapi korset berwarna coklat gelap berhias bordir bunga gypsophila mungil berwarna putih mutiara di area pinggir yang membalut tubuh Auvreya berkibar dan menyapu lantai seiring langkah kakinya yang cepat sebab setengah berlari.

Kuda itu telah tenang ketika Auvreya mencapai halaman. Seorang pria dalam pakaian rapi berkerah khas bangsawan warna putih bunga sendurat berdiri di samping kuda. Wajahnya tertunduk, asyik membelai dahi si kuda dengan penuh perhatian. Jelas pria itu adalah si pemilik kuda. Perawakan tubuh dan profil wajahnya ... tampak tidak asing.

"Seekor kuda tanpa kereta tak sepatutnya berada di sini, sebab itu menandakan Anda bukanlah tamu yang datang dari jauh melainkan seorang asing." Suaranya diharapkan cukup tegas dan anggun selagi melangkah mendekati si pria.

"Aku tahu itu, Vreya."

Udara segar menghilang dalam sekejap seolah-olah pepohonan berhenti memproduksi oksigen. Kurang dari setengah meter di hadapan Auvreya—di samping kuda—berdiri sosok Morvid Alvrey, tersenyum tanpa dosa. Mata coklat almond itu menatap telak padanya dengan cara yang sama seperti dulu.

"Lama tak bertemu, Calon Istri."

Sulit dipercaya Alv muncul dengan sendirinya. Bariton merdu yang dulu menjadi suara favorit sekarang mengalirkan rasa dingin tak nyaman dari tengkuk hingga ke punggung. Entah mengapa gagasan bahwa Alv berpotensi besar menjadi pembunuh atau bahkan telah menjadi seorang pembunuh merasuki relung hati Auvreya. Mungkinkah karena semua kejadian mengarah ke petunjuk yang mengarah ke satu orang? Atau mungkinkah karena kebencian?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

House Of CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang