Chapter 2

9.3K 602 22
                                    

Thank you for your enthusiasm!

▼▼▼▼

Setelah lumayan lama (m/n) duduk di depan ruangan fisioterapi menunggu Kim Dan, akhirnya yang ditunggu-tunggu sudah selesai juga. Namun–

"Maaf (m/n) mungkin minggu depan saja kita makan bersama."

Kim Dan langsung keluar dengan buru-buru dan membatalkan semua rencana mereka. (M/n) yang sedari tadi duduk mengedipkan kedua matanya bingung.

"Hah?" Maaf beliau memang lemot.

Setelah beberapa menit juga Jaekyung keluar dari ruangan tersebut. Membuat (m/n) sontak berdiri di depannya dan menatapnya tajam. "Apa yang terjadi di dalam?" Tanya (m/n) dengan suara datar.

Jaekyung menatap mata (m/n) dengan sedikit menunduk. "Kenapa? Bukan urusanmu."

"Tentu saja urusanku." Ucap (m/n) langsung menyerobot.

"Dia keluar dengan wajah takut dan terburu-buru, aku yakin  100℅ pasti ada sesuatu di dalam." Lanjut (m/n) lagi dengan decihan kesal. Kesal karena rencana makan bersama dengan Kim Dan batal padahal ia sudah registrasi tempat. Sialan.

"Hanya urusan kecil." Cuek Jaekyung yang langsung berjalan melewati (m/n) dengan sedikit tubrukan dengan bahu sang pemuda.

'Mereka memang tidak pernah damai ya.' batin semua orang di sana melihat adu mulut mereka.

"Sialan kau Joo Jaekyung." Geram (m/n) sambil mengepalkan tangannya kuat.

Next week

Entah mengapa minggu ini (m/n) sangat bersemangat dan senang. Siapa lagi kalau bukan karena hyung nya yang akan makan bersamanya setelah kejadian mengesalkan itu.

Karena kejadian itu, (m/n) selalu sensitif jika merasakan radar keberadaan Jaekyung di sekitarnya. Sensitif emosinya. Bawaannya mau marah kalau melihat Jaekyung, padahal si oknum damai-damai saja.

'Fufu~ akhirnya aku bisa makan bersama hyung! Tidak sabar, kira-kira apa ya topik pembicaraan nanti?' batin (m/n).

Semua orang melihat (m/n) rasanya dikelilingi oleh bunga bermekaran, meskipun kegiatannya tidak seimbang alias sedang memukul samsak.

"Halo"

Pas sekali si bintang utama datang dengan jaket abu-abunya. "Hyung! Tunggu sebentar aku akan kembali." (M/n) dengan kekuatan sinar ultrafeng langsung melepas sarung tinjunya dan bebersih.

"Ayo!" Tak butuh waktu lama (m/n) sudah berganti pakaian dan wangi. Lengan kekarnya merangkul lembut hyung nya dan membawanya keluar menuju mobilnya.

Kim Dan duduk dan langsung memakai selt belt. "(M/n) kita mau makan apa?" Tanyanya menatap (m/n) dengan wajah bingung. (M/n) menatap balik Kim Dan dan tersenyum.

"Kita makan di tempat dulu kita sering makan."

Mobil Porsche 911 Turbo S PDK berjalan membelah jalan malam. Musik pop kesukaan mereka kini diputar agar menambah rasa nostalgia.

Wise men say
Only fools, only fools rush in
Oh, but I, but I

"Sudah lama sekali mendengar lagu ini di rumahmu (m/n)." Senyum Kim Dan yang tatapannya menatap jalanan. (M/n) terkekeh dan mengangguk. "Ya, sudah sangat lama."

"Meskipun aku sering mendengar lagu ini, namun rasanya beda saat tidak ada kau, hyung." Ucapan (m/n) sontak membuat Kim Dan tersenyum dan tertawa.

I can't help falling in love with you~

Restaurant

Tak terasa 25 menit perjalanan mereka, akhirnya sampai ke tujuan dengan aman. (M/n) memarkirkan mobil Porsche-nya tepat di depan restoran, mumpung masih kosong.

Tentu saja sontak pandangan orang-orang langsung menatap ke mobil (m/n) yang harganya miliaran. Tentu saja setelah (m/n) keluar dari mobilnya membuat semua perempuan mengeluarkan handphonenya dan menatap (m/n) malu. Lihatlah semburat pink di pipi mereka, astaga.

Wajah tegas dan tampan (m/n), tubuh kekar hasil gym dan boxingnya menarik perhatian baik perempuan dan laki-laki. Di balik itu (m/n) tersenyum lebar dalam hati dan berjalan ke arah pintu penumpang.

"Mari hyung." (M/n) membuka pintu mobilnya yang membuat Kim Dan agak terkejut dan mengangguk.

"Padahal aku bisa membukanya sendiri (m/n)." Kim Dan menyikut pinggang (m/n) yang dibalas ringisan, meskipun bagi (m/n) itu tidak ada rasanya. Tapi demi hyung apa sih yang tidak?

(M/n) terkekeh dan merangkul Kim Dan mengajaknya masuk ke dalam restoran. "Aku hanya butuh terima kasihmu saja, hyung." Kim Dan mendongak menatap wajah (m/n) dan tersenyum.

"Baiklah, terima kasih (m/n)."

✁・・・

Restoran bernuansa Korea mereka rasakan saat menginjak ubin pertama di sana. Para pelayan berlalu lalang dan kursi-kursi diisi oleh para pelanggan.

"Permisi, tuan-tuan sekalian. Registrasi atas nama siapa?" Ucap salah satu pelayan wanita yang berdiri di belakang meja kasir. (M/n) menatap pelayan itu dan berkata.

"Atas nama (m/n)." Jawabnya datar dan singkat.

"Baiklah, sebelah sini tuan."

Meja dengan 2 kursi berhadapan dengan view kota malam menjadi tujuan mereka. Perlahan para pelayan datang membawa makanan Korea, karena (m/n) tahu Kim Dan lebih suka makanan Korea dibanding makanan asing.

"Silahkan dimakan, hyung." Senyum (m/n). Kim Dan mengangguk dan memakan topokki yang sedari tadi membuatnya tak tahan.

Malam ini, malam yang penuh dengan nostalgia. Keduanya nyaman dan tidak ada rasa canggung sama sekali, inilah saudara. Namun di tengah makan mereka, telepon Kim Dan bergetar dan berdering membuat keduanya berhenti makan.

"Halo.." Jawab Kim Dan sedikit berbisik.

"Si-siapa?! Ah, iya, benar, tuan Joo. Halo." Balas Kim Dan lagi.

Mendengar nama mengesalkan itu membuat (m/n) mengernyit dan menggenggam sumpitnya erat, hampir mematahkannya. 'Sialan kau Jaekyung.' Batin (m/n) kesal.

"...okey tuan Joo. Di mana alamatmu?"

Sontak (m/n) mendongak menatap Kim Dan yang tengah terburu-buru. "Hyung, mau kemana?" (M/n) ikut-ikutan berdiri dan memegang lengan Kim Dan.

"Tuan Joo membutuhkan perawatan malam ini." Kim Dan mendongak menatap (m/n) yang mengernyit tak suka.

"Malam-malam bagini? Tiba-tiba sekali, apa dia memberi tau alasan?" Tanya (m/n) lagi dengan tangannya yang masih memegang erat lengan Kim Dan. Tentu saja pria kecil itu berusaha melepaskannya.

"T-tidak, tapi dia terdengar sangat membutuhkannya." Melihat hyungnya yang mulai kesakitan akan genggamannya, membuat (m/n) terpaksa harus melepas genggamannya.

(M/n) mengusap wajahnya frustasi. "Baik, tapi aku yang antar, ini sudah malam dan aku tau alamatnya di mana."

Keduanya kembali menaiki mobil (m/n), namun kali ini tidak ada obrolan seru maupun musik didalam sana. Hanya ada ketenangan dan genggaman erat (m/n) pada setir mobil.

'Apa lagi yang mau kau ambil, sialan.' Batin (m/n) kesal.

Hingga mobil Porsche itu sampai di apartemen seorang atlet terkenal, Joo Jaekyung. Keduanya turun dari mobil, (m/n) lebih tepatnya ingin mengantar Kim Dan sampai ke depan pintu apartemen Jaekyung.

Namun ditolak oleh Kim Dan dan memilih agar di antar sampai ke lift saja. "Hati-hati, hyung. Kalau ada apa-apa tinggal telepon aku." Khawatir (m/n).

Kalian kira (m/n) akan pulang? Tidak kawan, (m/n) sekali berjanji akan melindungi maka ia tidak akan mengingkarinya.

Mobil Porsche itu diparkirkan di parkiran bawah tanah apartemen Jaekyung. Helaan nafas ia keluarkan dan perlahan ia memejamkan matanya.

'Harusnya perawatan tidak akan terlalu lama.' Batin (m/n).





To be continued

[✓] Rival or More (JINX x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang