Chapter 3

6.9K 528 16
                                    

"Sialan kau! Kali ini kau mengambil keluargaku?! Apa kau tidak puas dengan apa yang sudah kau ambil?!" (M/n) memeluk Kim Dan erat, wajahnya memerah karena marah, nafas terengah-engah, dan tangannya yang terkepal erat.

Baik kita kembali ke awal, alasan mengapa percekcokan dapat terjadi.

'Harusnya perawatan tidak akan terlalu lama.' Batin (m/n).

Entah sudah berapa lama (m/n) di dalam mobilnya, tertidur dengan AC mobil dihidupkan. Jangan perdulikan bensin, kalau bisa beli mobil tentu bensin juga bisa.

Meskipun (m/n) tertidur instingnya tetap berjalan dan pikirannya tak berhenti berpikir. Pukul menunjukkan 23.30, sudah kurang lebih 3 jam ia menunggu hyung nya berkerja. 'Kenapa lama sekali?' Batin (m/n) kini khawatir, biasanya perawatan tidak akan selama ini.

Rasanya ia ingin menelpon Kim Dan namun batal karena ia mempercayai hyung nya. Beberapa menit ia lewati dengan keraguan, telepon atau langsung dobrak saja pintu apartemen Jaekyung. Namun ia tidak ingin hyungnya kerepotan nantinya.

'Haduh pusing.' Batin (m/n), rambut gelapnya ia usak-usak hingga berantakan.

00.21

Sudah tengah malam, mata (m/n) sudah memberat. Padahal ia sudah berjanji pada dokternya untuk tidak begadang lagi. Akhirnya setelah larut di pikirannya sendiri, (m/n) memilih untuk menuju ke apartemen Jaekyung. Sempat ragu awalnya namun ini sudah terlalu malam.

Tangan kanannya terangkat ingin memencet bel. "Sialan, kenapa gugup?" Tangannya bergetar. Hingga...

Ting nong

Bel apartemen berbunyi, namun tak ada pergerakan dari dalam sana. Hingga (m/n) tak sadar bahwa ia memencet bel itu berkali-kali. Bodo amat yang di dalam terganggu, yang penting hyung nya pulang.

Bruk bruk bruk

Langkah kaki heboh terdengar sepertinya pemilik rumah terganggu dengan bel yang berbunyi tanpa henti. Pintu hitam terbuka hingga menunjukkan wajah seorang atlet boxing yang tengah kesal.

"Di mana hyung ku?" Tanya (m/n) to the point dengan wajah datarnya. Namun tak ia dapatkan jawaban dari sang atlet. "Hoy, aku bertanya." Geramnya.

Decakan keluar dari bibir (m/n) dan mendorong Jaekyung hingga ia dapat masuk ke dalam apartemen mewah itu. Langkah kakinya bergerak hingga ke kamar Jaekyung yang pintunya terbuka sedikit.

Lemas

Rasanya jantungnya ingin pindah ke kaki

Hancur

Marah

Kesal

Kedua tangan terkepal erat saat melihat hyung nya, Kim Dan. Terbaring tanpa busana di atas tempat tidur sang atlet, tubuhnya memanas karena amarah yang tak terbendung. "Sialan." Rahangnya mengeras.

Tanpa basa-basi (m/n) langsung bergerak mengambil baju Kim Dan dan menutupi tubuh hyungnya. Tubuh ringkih itu ia gendong dengan lembut, kepala Kim Dan ia senderkan di dadanya.

"Minggir." Suara (m/n) memberat berusaha menahan amarahnya. Tubuh besar Jaekyung menutupi pintu kamar hingga ia tidak dapat keluar.

"Aku bilang minggir, sialan!" (M/n) mendongak menatap tajam Jaekyung yang berwajah datar.

"Aku masih belum selesai dengannya." Ucap Jaekyung datar. Rahang (m/n) mengeras, berusaha menahan amarahnya yang sebentar lagi akan meledak, ia sadar bahwa ia tengah menggendong hyung nya.

Kekehan sarkas terdengar. "Dasar gila. Minggir. Sialan." (M/n) menatap Jaekyung dengan tatapan membunuh, sama seperti saat ia menatap lawan boxingnya dulu.

"Aku masih membutuhkannya." (M/n) menatap nyalang Jaekyung dengan senyuman sarkasnya.

"Membutuhkan? Butuh tubuhnya, Hm? Apa kau tidak puas dengan para jal*ngmu itu, Tuan Joo?" (M/n) berjalan mendekat ke arah Jaekyung tak lupa dengan wajahnya yang menahan kesal.

Jaekyung berdecak dan berusaha mengambil Kim Dan dari pelukan (m/n), namun sebelum tersentuh, (m/n) lebih dahulu mengambil jarak. "Aku bilang aku masih membutuhkannya." Ulang Jaekyung yang membuat (m/n) semakin kesal.

"Sialan kau! Kali ini kau mengambil keluargaku?! Apa kau tidak puas dengan apa yang sudah kau ambil?!" (M/n) memeluk Kim Dan erat, wajahnya memerah karena marah, nafas terengah-engah, dan tangannya yang terkepal erat.

Ya itulah bagaimana urutan kejadian agar sampai di tahap ini.

Akhirnya amarah (m/n) yang sudah ia tahan kini meledak. Ia tak tahan, sudah banyak hal yang ia korbankan, banyak hal miliknya yang diambil oleh pria di depannya ini.

Jaekyung tersenyum remeh, "aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, jadi berikan dia." (M/n) berdecak dan mengambil langkah lebar untuk keluar dari tempat itu.

'Hyung harus pulang.' Itu yang selalu (m/n) gumamkan dari tadi dihatinya.

Akhirnya ia dapat bernafas dengan lega saat sudah sampai di parkiran bawah tanah. Cukup jauh dan melelahkan, namun ia harus bergerak cepat untuk keamanan orang yang ia sayangi.

Tubuh Kim Dan ia letakkan dengan lembut di kursi penumpang bagian belakang. Dan dengan pikirannya yang penuh, (m/n) membawa mobilnya hingga ke rumahnya, tempat ternyamannya.

'Maaf tapi aku harus melakukannya, hyung.' (m/n) meringis saat membuka pakaian Kim Dan dan bergerak membersihkan setiap sudut tubuh hyungnya.

Tubuhnya lengket akan keringat dan cairan, setiap sudut terdapat ruam merah. Melihat itu membuat (m/n) rasanya dijatuhi batu besar.

Dirinya terduduk di bawah kasur menyender pada pinggir kasurnya. Lelah, frustasi, bingung, takut, semuanya menjadi satu. Entah apa yang harus ia katakan dan yang harus ia lakukan esok hari pada saat hyung nya bangun.

Rasanya... Melihat wajah hyungnya saja tak sanggup, padahal bukan ia yang melakukannya. Melainkan orang bajingan tanpa perasaan itu.

Helaan nafas kesekian kali keluar dari bibir (m/n), wajahnya ia usap kasar, dan mendongak menatap langit-langit kamar.

'Kenapa terjadi lagi?'

'Sepertinya malam ini aku tidak bisa tidur lagi.'

Tangannya meraih satu botol obat di laci nakas, obat tidur. Mengambil 1 biji dan memakannya tanpa air, toh ia sudah terbiasa.

'Maaf dok, sepertinya aku harus mengonsumsi ini kenbali.

Kepalanya ia senderkan pada pinggiran kasur, dan membiarkan rasa kantuk menyerang.

Ya, (m/n) tidur dengan posisi terduduk di pinggir kasur, sedangkan Kim dan di atas kasurnya.





To be continued

[✓] Rival or More (JINX x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang