Chapter 8

6.3K 545 48
                                    

Sesampai di apartemen Jaekyung, (m/n) langsung bergegas memapah Jaekyung hingga sampai ke ruang tamu. "Jae, masuklah dulu ke kamar, akan ku siapkan obat." Ucap (m/n) sembari membuka kotak obat.

"Pergi."

(M/n) mengernyit menatap Jaekyung. "Kau gila? Menyuruhku pergi tiba-tiba?" Rasa kesal perlahan muncul. Jaekyung semakin menggeram, ia tak tahan. Pertahannya hampir hancur bila kelamaan menahan diri.

"Ku bilang pergi!" Tanpa sadar Jaekyung menaikkan nada suara, yang membuat (m/n) tersentak dan berjalan ke arah Jaekyung dengan kesal.

"Ke kamarmu, sekarang." (M/n) ingin sekali menghantam wajah orang di depannya ini. Decakan terdengar dari bibir Jaekyung, dan sedikit tertatih Jaekyung berjalan menuju ke kamarnya.

"Hah..." (M/n) mengusap rambutnya kasar, dan kembali melanjutkan mencari obat. Tak lama setelah itu (m/n) berjalan menuju ke kamar Jaekyung yang tertutup sembari membawa nampan berisi air dan obat.

"Jae..?" (M/n) dengan perlahan membuka pintu kamar Jaekyung, namun kasur lelaki itu kosong. Baru saja (m/n) masuk sepenuhnya dan menutup pintu, sebuah dorongan keras membuatnya terbentur ke tembok dibelakangnya. Semua air dan obat berjatuhan tak tentu arah.

"Hoy!" (M/n) mengernyit tak suka.

"Sialan, aku tak tahan lagi." Gumaman Jaekyung terdengar di telinga (m/n).

"Kau kena– hmp!" Sebuah tekstur lembut menabrak bibir (m/n), membuat (m/n) memberontak dengan kasar. Namun lehernya tiba-tiba dicekik dengan kasar, dan lumatan semakin kasar dan terasa tidak sabar.

"Hmp!" Wajah (m/n) perlahan memerah akibat oksigen yang semakin lama semakin habis. Dengan tangan bergetar (m/n) menarik rambut Jaekyung ke belakang hingga pria itu mendongak dan memutuskan lumatan.

"Hah... Hah... Hah..." Dengan rakus (m/n) menghirup oksigen di sekitarnya, penglihatannya hampir saja menghitam gara-gara tadi.

"Kau gila!" (M/n) mengusap bibirnya kasar dan dengan wajah yang marah. Namun tanpa persiapan Jaekyung mengangkat (m/n) ala karung beras dan membanting lelaki itu ke atas kasurnya.

"Uakh!" (M/n) sempat terpantul ke atas akibat kasur yang empuk dan bantingan yang keras tadi. Melihat Jaekyung yang berada di hadapannya membuat (m/n) menahan tubuh lelaki itu dengan kakinya.

"Jangan coba-coba mendekat." (M/n) menatap tajam Jaekyung dengan aura intimidasi nya. Jaekyung sempat merinding melihat tatapan (m/n) saat ia berada di area pertandingan. Namun entah mengapa karena minuman aneh itu, tatapan itu membuat dia semakin bergairah.

Jaekyung membuka jas dan kemejanya sedikit terburu-buru, memperlihatkan bentuk tubuh yang sungguh sempurna di hadapan (m/n). Melihat itu membuat (m/n) semakin was-was, ditambah Jaekyung yang perlahan merangkak di hadapannya.

"Cukup sampai disana, Jae!" (M/n) menahan pundak keras Jaekyung. Namun Jaekyung tidak akan berhenti hingga rasa panas di tubuhnya hilang secara sempurna.

Kedua tangan (m/n) diangkat dengan paksa hingga ke atas kepalanya. "Akh! Bahu–" Ucapan (m/n) lagi-lagi terpotong akibat ciuman brutal dari Jaekyung.

'Sialan sakit sekali!' (m/n) menutup matanya menahan sakit di bahunya akibat gerakan tiba-tiba tadi.

Perlahan tangan Jaekyung membuka pakaian (m/n) namun tidak memutuskan ciuman mereka. Hingga tangan besarnya itu memegang dan sedikit meremas p*nis (m/n), membuat sang empu tersentak dan menggeliat.

Jaekyung melepas lumatan mereka dan menyeringai menatap (m/n) yang berantakan di bawahnya. Akal sehat Jaekyung sudah termakan habis oleh nafsu yang sedari tadi membara.

Jari panjangnya ia gunakan untuk melonggarkan (m/n). "J-jae! C-cukup sialan!" (M/n) ingin sekali menendang namun ia tak kuat akibat gerakan jari yang berada di dalamnya. Desahan yang tertahan membuat libido Jaekyung kian meningkat.

Dengan tak sabar Jaekyung mengangkat kedua kaki (m/n) dan melebarkannya. "JAE STOP!" (M/n) ingin bangun dari tempat tidur itu, namun denyutan sakit di bahunya membuat ia meringis.

Dengan sekali hentakan p*nis Jaekyung masuk setengah ke dalam (m/n). "AKH!" Kepala (m/n) mendongak keatas dengan mata yang terbelalak dan mulut yang terbuka. Tubuh (m/n) rasanya seperti terbelah dua, sakitnya bukan main bahkan air mata mengalir dari kedua mata (m/n).

Jaekyung menggigit pipi bagian dalamnya. 'Sempit.' Jaekyung mengernyit, dan dengan sedikit paksaan dan dorongan. Akhirnya semua masuk dengan sempurna, Jaekyung menghela nafas singkat.

Penuh, perut (m/n) penuh sekali. Bahkan dapat ia rasakan ada tonjolan di perutnya, memangnya sebesar apa milik temannya ini?

Tanpa bertanya Jaekyung langsung bergerak membuat (m/n) tersentak. "J-jae akh!" Akibat dorongan kuat dan cepat dari Jaekyung membuat (m/n) terdorong ke atas dan kebawah. Sakit dan perih namun (m/n) hanya dapat mengeluarkan desahan, karena ia tahu Jaekyung tidak akan mendengar perkataannya.

.

.

Entah sudah berapa lama mereka melakukannya, langit yang gelap tadi sekarang memiliki sedikit cahaya berwarna orange. Namun mereka masih belum selesai. Suara desahan (m/n) sekarang sangat serak, tubuhnya penuh dengan gigitan dari Jaekyung, kakinya mati rasa, dan hole-nya sudah kemerahan serta perih. Namun Jaekyung tetap menggepurnya tanpa henti.

"Jae... Please.. Stop." Dengan suara serak (m/n) memohon pada Jaekyung, dan dengan tangannya yang bergetar (m/n) mengelus pipi Jaekyung dengan lembut.

Jaekyung yang awalnya menatap kakinya kini beralih ke wajah (m/n) yang tampak kelelahan. Tatapan mata (m/n) sudah sangat sayu bahkan ada bekas air mata yang mengering di pipinya. Jaekyung terbelalak.

"(M/–" (M/n) pingsan.

Tubuhnya memanas, ah tidak.. (M/n) demam. Bahkan tubuhnya perlahan bergetar karena dinginnya ruangan itu meskipun dalam keadaan pingsan. Jaekyung sontak tersadar dan dengan panik memakaikan (m/n) baju.

'Bisa-bisanya aku...' Jaekyung terdiam tak bergerak menatap (m/n). Kondisi temannya sangat buruk, sialnya bahu (m/n) membiru membuat Jaekyung makin terdiam dan bersalah.

Jaekyung mengambil handphonenya dan menelepon dokter kepercayaannya. "Kesini, sekarang."








To be continued

[✓] Rival or More (JINX x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang