Chapter 4

6.4K 506 18
                                    

"Eugh"

Mata (m/n) perlahan terbuka saat merasakan cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Tirai kamarnya terbuka lebar seakan dibuka oleh seseorang, hingga membuatnya tersadar dan menatap ke arah kasur yang tengah kosong.

Dengan panik ia berjalan keluar kamar. "Hyung!" Teriaknya tak memperdulikan dirinya yang terlihat sangat berantakan. Namun rasa lega muncul saat menatap Kim dan tengah memasak menggunakan kaos putih dan celana training hitam pendek miliknya.

"(M/n)... Kemarilah, aku sudah membuat sarapan." Suara serak dan lelah itu mengganggu pendengaran (m/n) hingga membuatnya sedikit mengernyit.

"Terima kasih atas makanannya." Kedua telapak tangan disatukan setelah selesai makan. Namun hatinya tak berhenti merasakan resah yang semakin lama semakin menyesakkan.

"Hyung... Maaf." Suara lirih membuat Kim Dan mendongak menatap (m/n). "Maaf, karena gagal melindungi mu." Lanjut (m/n). Sorot mata Kim Dan melembut menatap (m/n) dan mengangguk, tangan rampingnya terangkat dan mengelus kantung mata (m/n).

"Apa yang terjadi padamu (m/n)? Aku melihat botol berisi obat tidur di atas nakasmu."

"Apa yang terjadi selama aku tidak ada di sampingmu? Hm?" Kim Dan membawa (m/n) untuk duduk di sofa dengan nyaman, ia menatap (m/n) lembut, siap mendengar semua cerita dan keluh kesah keluarganya ini.

(M/n) terlihat ragu, bingung, dan linglung harus bercerita dari mana, begitu banyak kisah yang terjadi dalam hidupnya. Dari yang enak didengar sampai sangat tidak enak didengar, bahkan bisa membuat orang lain tidak nyaman mendengarnya.

(M/n) menunduk dalam, wajahnya tertutup rambut gelapnya. Beberapa menit berlalu tanpa suara di ruang tamu, yang satu setia menunggu jawaban. Hingga helaan nafas berat terdengar, dan perlahan (m/n) mendongak menatap Kim Dan yang setia menatapnya lembut.

"Saat itu..."

Flashback

Suara pukulan samsak terdengar nyaring ditelinga. Tubuhnya penuh keringat, namun itu tidak membuatnya berhenti bergerak atau risih. Karena... Dua minggu lagi adalah kesempatannya bersinar.

"(M/n), beristirahatlah." Suara coach membuat (m/n) berhenti memukul samsaknya dan beristirahat. Nafasnya terengah-engah namun tidak mengurangi kadar semangatnya yang membara.

Dua minggu lagi adalah pertandingan pertama nasionalnya, dirinya tak sabar untuk mengalungi medali di leher dengan bangga. Maka dari itu latihan fisik ia lakukan hari ini, agar tubuhnya terbiasa dikemudian hari.

Satu minggu sebelum pertandingan, kini (m/n) mendapatkan sebuah kesempatan untuk sparing kecil-kecilan. Karena menurutnya memukul samsak saja tidak cukup untuk memenuhi kadar kekuatannya. Ia butuh melawan manusia asli.

Ya, sparing kecil-kecilan.

Hingga ia bertemu dengan 'maniak boxing' yang akan menjadi salah satu lawan di sparing ini. (M/n) sempat menatap kagum ke lawannya yang terlihat sangat luar biasa. Meskipun umur mereka tak berpaut jauh, namun auranya sangat terasa sekali.

Aura seorang pemenang.

Namun hal itu membuat (m/n) semakin bersemangat. Hingga tak sadar ia menggigit bibirnya sedikit karena terlalu bersemangat.

"Aku (m/n)." Dengan senyuman lebar (m/n) mengajak lawannya berjabat tangan. Iris hitam menatap (m/n) tajam, dan tangannya membalas jabat tangan (m/n). "Joo Jaekyung."

(M/n) tersenyum lebar dan menepuk bahu Jaekyung semangat. "Mohon bantuannya kedepan ya! Jangan terlalu kasar denganku!" Ucapnya sembari terkekeh. Namun tanpa sadar lawannya menyeringai tipis.

Sparing dilakukan dengan lancar dan damai, semuanya aman dan terkendali. Bahkan karena sparing tersebut membuat hubungan Jaekyung dan (m/n) kian mengerat. Semua orang melihat mareka layaknya Golden Retriever dan Black Cat.

Yang satu datar dan suram, sedangkan yang satu bersemangat dan cerah. Mereka dikenal sebagai orang yang memiliki tingkat kekuatan boxing tertinggi di gym. Yang hanya bisa mengalahkan (m/n) adalah Jaekyung, dan yang hanya bisa mengalahkan Jaekyung adalah (m/n).

Namun hubungan erat keduanya tidak membuat mereka mengetahui rahasia gelap masing-masing. Karena menurut mereka, selagi hubungan kita baik-baik saja. Kenapa tidak?

Tapi yang namanya persahabatan tidak akan selalu berakhir baik bukan? Ya, begitu mereka. Sebuah kesalahan kecil dan tidak disengaja membuat hubungan mereka tanpa sadar meregang.

Hingga membuatnya mereka mencapai tahap 'asing'.






To be continued

[✓] Rival or More (JINX x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang