Chapter 7

5.7K 516 34
                                    

Malam itu

Pandangan (m/n) memburam dan semuanya tidak jelas, kepalanya pusing di tambah rasanya jalan berguncang kiri dan kanan. 'Aku terbang ya?' Batinnya tak jelas. Kakinya tidak merasakan tanah namun ia berjalan maju, aneh.

"Ck, berhentilah berceloteh."Suara bariton yang amat ia kenal terdengar samar-samar.

'Jae? Sepertinya aku terlalu banyak minum sampai-sampai mendengar suaranya.'

Kepala (m/n) semakin memberat dan berakhir bersandar di pundak lebar Jaekyung yang tengah menggendongnya secara piggy-bag. Melihat sang pemilik rumah yang sudah tidak sadarkan diri membuat Jaekyung membawa (m/n) ke rumah miliknya.

"Huft...." Jaekyung meremas bahunya pegal akibat menggendong (m/n). Iris matanya menatap (m/n) yang tengah tertidur pulas di atas ranjangnya. Dengan perlahan ia membuka sepatu serat kaos kaki milik (m/n), mengganti baju temannya dengan hati-hati agar tidak terbangun dari tidurnya.

"Ukh.. Panas." Gumam (m/n) dalam tidurnya saat merasakan bahwa ia tengah memakai baju. Biasa pria ini tidak memakai apapun saat tidur kecuali celana dalam. Dengan sedikit pemberontakan, (m/n) berhasil menolak pakaian dari Jaekyung meskipun ia tengah tertidur.

Namun Jaekyung tetap kekeuh dan memakaikan (m/n) baju yang tanpa ia sadar melakukannya secara kasar, membuat (m/n) membuka matanya sayu. "Jae~ panas." Ucapnya dengan lemah sembari kembali membuka bajunya.

Jaekyung menahan nafas dan menghela nafas, dirinya sempat tersentak melihat sesuatu hal yang agak berbahaya untuknya. Mata sayu, suara lemah, dan rengekan menjadi satu. Bahaya.

Akhirnya dari pada berujung menuju hal-hal yang tidak diinginkan. Jaekyung menurut dan beralih mengganti celana jeans milik (m/n) ke celana pendek rumahan. Niatnya baik karena pakaian (m/n) sangat tidak nyaman untuk dibawa tidur.

Sedikit ragu untuk membuat resleting celana milik (m/n), bahkan tangannya sedikit bergetar karena ragu. Tapi tetap dilakukan meskipun agak menggoda iman, paha yang bersih dari luka dan.... Er.. Imut, em... Itunya.

Lagi-lagi Jaekyung menghela nafas panjang dan dengan gerakan cepat langsung memakaikan celana pendek tersebut. Bahaya. Sangat bahaya! Untung saja dia berhasil menahan dirinya, tidak baik menerjang orang yang tengah mabuk tak sadarkan diri.

"Sepertinya aku harus mandi."

.

.

(M/n) sedikit bengong mendengar cerita Jaekyung yang menggantikan pakaiannya, tenang bagian yang ambigu tidak di ceritakan.

"Kau juga mengganti celanaku?" Jaekyung berdehem. Wajah (m/n) perlahan memerah, dirinya tidak pernah membiarkan orang lain melihat tubuhnya.

"Harga diriku tercoreng." (M/n) menunduk.

"Harusnya kau biarkan saja."

Jaekyung menjawab singkat, "Aku tidak mau tempat tidurku kotor."

Benar sih, bajunya pasti kotor dan bau keringat serta alkohol. Membayangkannya saja sudah buat geli setengah mati.

"Oh ya, Ngomong-ngomong hari ini aku diundang ke acara besar suatu company. Temani aku." Ucap (m/n) dengan nada memerintah di dalamnya. Mendengar itu Jaekyung hanya terdiam tanpa ekspresi.

Malamnya pintu apartemen Jaekyung di ketuk oleh kurir yang membawa kotak dengan merk terkenal. "Untuk siapa?" Tanya Jaekyung.

"Atas nama tuan (m/n)." Ucapnya sopan, Jaekyung mengangguk dan menutup pintu, kedua kotak tersebut ia letakkan di atas meja tepat di hadapan (m/n).

"Buka saja, salah satu dari kotak itu milikmu. Itu setelan baju yang aku sudah siapkan." Dengan sedikit malas, Jaekyung membuka kotak berwarna hitam yang berisikan tuxedo dan celana berwarna navy serta sepatu hitam.

"Ah, yang itu milikmu. Yang ini milikku." (M/n) menunjuk tuxedo, dan celana yang berwarna cream, serta sepatu hitam.

"Aku membeli tipe yang sama karena malas memilih, namun yang ku bedakan hanya warna."

18.30

Kedua pria muncul dari mobil McLaren putih milik Jaekyung, seluruh mata tertuju pada kedua atlet yang namanya tengah diperbincangkan. Wajah datar namun ramah terbentuk di wajah (m/n), beda dengan Jaekyung yang wajahnya tidak santai.

Tepat saat mereka menginjak pintu masuk, tuan rumah langsung datang dengan wajah sumringah dan menjabat tangan (m/n). "Terima kasih sudah datang, tuan (m/n) dan tuan Joo Jaekyung."

(M/n) tersenyum tipis dan membalas jabatan tangan itu. "Terima kasih juga sudah mengundang saya." Dengan sedikit mengangguk.

"Silahkan nikmati pesta sederhana ini, tuan." Ucapnya sembari membawa (m/n) dan Jaekyung masuk ke dalam. (M/n) mengangguk dan wajahnya kembali datar saat tuan rumahnya izin pergi untuk menyambut tamu lain.

"Sederhana apanya, seperti pesta kerajaan kek gini." Gumam (m/n) yang masih bisa di dengar Jaekyung. Jaekyung melirik sedikit ke arah (m/n), dan merangkul temannya itu.

"Kita cari makan saja."

.

.

Waktu sudah menunjuk pukul 23.20, hampir tengah malam namun pesta masih berjalan dan bahkan tambah heboh. Ada beberapa orang yang sudah mabuk namun masih batas wajar, karena mereka ingin menjaga image.

(M/n) tengah berdiri dan sedikit bersandar di cocktail table tepat bersebelahan dengan salah satu pilar. Sudah berapa gelas jus (m/n) habiskan, tidak ada alkohol untuknya malam ini karena Jaekyung melarang keras.

Seorang pelayan laki-laki membawa nampan penuh dengan cocktail berjalan ke arahnya. "Cocktail, tuan?" Ucapnya menawarkan. (M/n) terdiam sebentar berpikir, sebetulnya sedari tadi  ia tak tahan melihat berbagai minuman alkohol yang berlalu lalang dihadapannya.

"Boleh." Mumpung Jaekyung ke toilet, kenapa tidak?

(M/n) tersenyum tipis saat merasakan sensasi cocktail turun dari mulut ke kerongkongan. Tanpa sadar ia sudah meneguk habis seluruhnya tanpa sisa.

"Hah... Rasanya kembali hidup." Gumam (m/n) dengan nada senang. Dengan perlahan (m/n) memindahkan gelas kosong tersebut ke meja sebelah agar Jaekyung tidar sadar.

"(M/n), kau pulang sendiri malam ini." Jaekyung datang dengan terengah-engah serta tubuh yang berkeringat. (M/n) mengernyit melihat keadaannya.

"Tiba-tiba saja?" (M/n) berjalan mendekat.

"Jangan banyak tanya." Jaekyung langsung berjalan melewati (m/n) yang sedang kebingungan. Namun (m/n) langsung sedikit berlari saat melihat Jaekyung yang sempoyongan.

"Hey! Kau kenapa? Kita pulang. Sekarang." (M/n) memapah Jaekyung menuju ke mobil, mengabaikan penolakan dari Jaekyung.

Mobil McLaren putih berjalan sedikit ngebut membelah jalan di tengah malam. Jaekyung duduk dengan tidak nyaman, membuat (m/n) semakin khawatir. "Kenapa kau tiba-tiba sakit?" Tanyanya.

Jaekyung tidak menjawab, tangannya ia genggam dengan erat hingga kuku jarinya melukai telapak tangan. Seperti berusaha menahan sesuatu. (M/n) makin khawatir dan langsung tancap gas menuju apartemen Jaekyung, dan setelah di sana rencananya (m/n) akan menelepon dokter pribadi Jaekyung.

"Tahan, kita akan pulang."

Jaekyung menggeram.

'Sialan!'




To be continued

(A/n) : Hai! Habis ulangan langsung up, siapa yang kangen?? Hehehehe.

[✓] Rival or More (JINX x M! Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang