[0'9]

1.4K 178 9
                                    

sejak hari itu, pemuda itu benar-benar selalu datang untuk menemui sang gadis yang selalu berjaga di ruang kesehatan.

agar terlihat natural, Rin datang untuk meminta obat dan perlengkapan p3k. masuk akal sih, karena di lapangan sering terjadi cedera dan luka.

alasan datangnya waktu itu masih bisa digunakan, namun makin ke sini makin aneh. yang paling tidak masuk akal itu ketika Rin meminta sebotol mineral.

di UKS memang ada air mineral sih. namun tetap saja. . .

kalau boleh jujur, [name] merasa tidak terganggu akan hal itu. malah ia sangat menantikan kedatangan pemuda dengan permintaan anehnya itu.

₊˚ˑ༄ؘ ˘͈ᵕ˘͈

hari itu, Rin datang lagi.

tidak perlu minta izin lagi, Rin langsung melengos ke dalam. menghampiri [name] yang sedang membereskan lemari obat.

sambil memandangi [name] yang tengah membelakanginya, Rin berpikir alasan apa lagi yang akan ia gunakan.

"[name], gue mau—"

"obat merah?" potong [name]. gadis itu sedikit membalikkan tubuhnya untuk menatap pemuda itu.

"bukan, euh. . ."

gadis itu menoleh, "kapas? perban? atau tisu alkhohol?" tanya [name] bertubi-tubi yang diakhiri kekehan kecil.

sepertinya Rin kehabisan alasan. pemuda itu tidak lagi berkutik.

[name] terkekeh. ia dapat melihat ekspresi 'berpikir keras'nya Rin. sangat menggemaskan!

"apa kamu butuh plester?"

lantas Rin mengangguk. plester adalah barang yang belum pernah ia minta.

"iya. plester, tolong." ujar Rin.

[name] menunjukkan 3 bentuk plester yang berbeda, "mau yang besar, sedang, atau yang kecil?"

di mata Rin semuanya terlihat sama, "yang kecil."

kemudian [name] mengulurkan tangannya untuk memberikan plester berukuran kecil itu.

apa pertemuan mereka akan berakhir secepat setelah [name] memberikan plester itu? Rin ingin lebih lama lagi.

maka ia buat alasan baru.

"bisa lo pasangin?" ucapnya spontan.

[name] tersentak, "eh? boleh kok. di mana?"

pemuda itu meraih tangan [name] yang terulur. mengarahkannya pada sudut bibirnya.

"di sini."

deg

ada hentakan kecil dari jantung [name]. berkat tindakan Rin, sekarang jantungnya menjadi berdetak lebih cepat.

memang ada bekas lecet pada pinggir bibir Rin. sepertinya bekas tonjokan. pemuda ini pasti habis bertengkar di lapangan.

bersamaan [name] tengah memandangi bibir pemuda itu, mata sayu Rin kini sedang menatap intens gadis itu dan masih setia menunggu jawaban.

[name] tersadar. lalu menggangguk patah-patah.

mendapat persetujuan, Rin menundukkan tubuhnya agar [name] mudah meletakkan plester itu. tinggi badan yang cukup jauh membuat [name] kesulitan meraihnya.

akan tetapi, jarak antara kedua wajahnya begitu tipis.

membuka pelindung plester, [name] tempelkan plester itu pas di bibir Rin yang terdapat luka.

meski sudah selesai dengan urusannya, keduanya sama-sama tidak beranjak dari posisi masing-masing.

bagi siapapun yang lewat dan melihat mereka dalam posisi yang ambigu itu pasti akan berprasangka buruk.

[name] menyadari itu. perlahan ia mundur.

canggung menyelimuti ruangan.

Rin menggaruk tenguknya kaku. ia baru menyadari tindakan yang ia lakukan. apa ia membuat gerakan yang terlalu agresif?

[name] inisiatif membuka suara, "hari ini panas ya?"

Rin tersentak. reflek mengangguk.

nyatanya, ruangan UKS ini terbilang dingin dengan AC yang dipasang pada suhu 18 derajat.

₊˚ˑ༄ؘ ˘͈ᵕ˘͈

minggu depan kemudian.

Rin kembali datang dengan segudang alasannya. [name] pun menyambutnya dengan baik. hubungan mereka menjadi semakin dekat.

akan tetapi, ruang UKS bukanlah tempat pertemuan yang aman lagi.

ada banyak siswa yang berlalu-lalang dan bisa saja menangkap mereka berduaan di UKS, seperti minggu lalu.

"akhir-akhir ini banyak yang lewat depan UKS ya." ujar [name].

"terus?" tanya Rin.

"emm. . . maksud aku di sini gak aman. kalo orang-orang ngeliat kamu di sini. . . aku bisa kena masalah."

"hah?" Rin mengernyit.

[name] membuang nafas lelah, "kamu kan populer."

"apa hubungannya?"

"ini masalah cewe! kamu gak akan paham!!" [name] bersedekap dada. kesal karena Rin tidak peka keadaannya.

pemuda itu berpikir sejenak, "mau cari tempat yang lebih aman?"

"eh? emangnya ada?"

Rin mengangguk lalu tersenyum sangat tipis. hampir tidak kelihatan.

tanpa izin, Rin menggenggam tangan [name] dan menariknya ke luar UKS.

"Rin! kenapa tiba-tiba narik?!"

"lo bakal tau nanti."

mereka berdua berlarian di koridor sambil bergandengan.

koridor sore ini cukup ramai dari biasanya. anak-anak lain menatap ke arah 2 orang itu dengan aneh dan penuh tanya.

kombinasi macam apa itu? Itoshi Rin si pembuat onar dengan [fullname] gadis tenang tanpa masalah. apa mereka ada sesuatu?

[name] menutupi wajahnya dengan satu tangannya yang bebas. seluruh permukaan kulitnya bagaikan tomat.

bagaimana dengan Rin? sama saja. wajahnya yang datar berbanding terbalik dengan telinganya yang sudah merah.

two of us, 𝓘𝘁𝗼𝘀𝗵𝗶 𝗿𝗶𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang