[1'1]

1.9K 249 39
                                    

memasuki penghujung musim panas, udara tidak sepanas sebelumnya.

pepohonan cantik di sekolah meranggas, menggugurkan daunnya. lembaran daun coklat keoranyean berjatuhan, membuat suasana sekolah menjadi lebih dramatis.

karena itu banyak siswa yang memutuskan untuk makan siang di taman sekolah.

niatnya [name] juga begitu. sudah 1 bulan sejak ia menggalaui ex-crushnya itu.

tapi pemandangan yang ia lihat malah sebaliknya.

"kamu memilih spot yang buruk, Asa." dengus [name].

Asa yang sedang menyantap bekalnya sontak kebingungan. apa maksud sahabatnya?

ia melihat pandangan [name] tidak pindah sedari tadi, bahkan bekalnya dianggurkan. Asa mengikuti kemana netra [name] memandang.

lantas Asa mengerti. rupanya si ex-crush lagi berduaan sama pacarnya, yang juga lagi menikmati pemandangan daun berguguran. mereka terlihat sangat romantis.

Asa menghela nafas, "kamu masih belom move on?"

"iya." jawab [name] jujur.

[name] masih menyukai Sae. tetapi di saat yang sama, ia juga membencinya.

Itoshi Sae hanya memanfaatkannya.

selama ini alasan Sae selalu absen untuk hadir di sekretariat untuk mengerjakan 'pekerjaan yang seharusnya ia lakukan' adalah karena berduaan dengan Sana.

pemuda itu membiarkan [name] mengerjakan segala tugasnya sendirian.

sampai sini, cukup tau kalau beliau itu 🚩

"[name], kak Sae bukan satu-satunya pilihan. masih banyak kok cowo lain di dunia ini. di sekolah ini aja masih ada banyak kan." hibur Asa.

"tapi gak ada yang kayak kak Sae."

Asa tersenyum, "ada."

[name] terkekeh sinis. mana mungkin ada yang bisa menyetarai Sae.

"siapa?" tanya [name].

"Itoshi Rin."

[name] memelotot. kenapa tiba-tiba Rin?!

"kenapa harus dia?!"

"kan orang itu adeknya. mereka berdua juga 11-12. pepet aja adeknya!" saran gila dari Asa.

entah kenapa wajah [name] terasa panas, "tetap aja! kak Sae jauh lebih baik!" ucapnya melupakan bahwa Itoshi Rin-lah selama ini yang terus menganggu pikirannya.

Asa hanya menggelengkan kepalanya. ia melanjutkan makan siangnya. sedangkan [name] masih memandangi Sae dari jauh.

"duh, aku lupa bawa minum." ujar Asa, "[name], aku mau beli minum dulu di kope. mau nitip?"

"pocari yang kaleng. duitnya aku ganti nanti di kelas."

Asa membalasnya dengan jempol. lalu melesat pergi karena tenggorokannya serak sehabis makan nasi goreng.

sedangkan [name] masih betah memandangi 'sepasang monyet' lagi bermesra.

di kepalanya sedang berandai-andai. andaikan dirinya membuat langkah yang lebih nyata daripada memendam perasaannya pasti Sae sudah menjadi miliknya.

di tengah melamun, benda kalengan dingin ditempelkan di tenguknya. membuat [name] terkejut bukan main.

"AAKH!" pekiknya. [name] menoleh ke belakang untuk menangkap si pelaku.

ini ulah sahabatnya, Asa— eh, bukan?

loh kok Asa berubah jadi Itoshi Rin?!

₊˚ˑ༄ؘ  ˘͈ᵕ˘͈

Rin duduk di bangku yang sama dengan [name].

pemuda itu meneguk pocari kalengnya, "udah. jangan diliatin terus. bintitan nanti mata lo."

[name] menundukkan kepalanya. akalnya mengatakan dirinya melakukan hal yang bodoh, akan tetapi hatinya masih berharap.

"kalo kak Sae sama pacarnya putus, apa kamu pikir aku punya kesempatan?" tanya [name] pada Rin.

Rin geleng-geleng. gadis ini semangatnya luar biasa.

"berhenti mikir gak guna. Sae gak bakal ngeliat lo." ujar Rin keras dan menampar.

dalam hati, [name] menyetujui perkataan Rin. mana mungkin Sae akan berpaling? ia terlihat sangat mencintai Sana.

[name] pun tahu diri. orang yang 'cacat' sepertinya tidak pantas untuk mendapatkan cinta.

puk

tangan besar Rin berada di pucuk kepalanya.

setelahnya Rin tidak mengatakan apa-apa. namun pemuda itu mengarahkan perlahan kepala [name] untuk bersandar di tubuhnya, dengan tangannya masih di antara surai gadis itu.

[name] sadar dengan yang Rin lakukan. perlahan [name] mendongakkan kepalanya.

yang gadis itu lihat adalah Rin yang tengah menyampingkan wajahnya, dengan semburat merah dari telinga sampai pipi.

secara tidak langsung. . . ini bisa disebut sebagai pelukan kan? apa Rin tengah memberikannya pelukan?

"R-Rin? kamu. . . ngapain?" tanya [name].

masih menghadap ke samping Rin menjawab, "biar lo gak usah liat Sae lagi. cukup liat gue aja."

two of us, 𝓘𝘁𝗼𝘀𝗵𝗶 𝗿𝗶𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang