[0'5]

2.1K 254 3
                                    

7 menit lagi, pertandingan akan dimulai.

Rin terduduk frustasi memikirkan kemana jersey-nya menghilang. karena selain kesempatan bertandingnya hilang, uangnya pun melayang.

salah satu rekan timnya menghampiri, "lo masih belom pake jersey?"

". . ."

"kayaknya emang gamau main. biarin aja." salah seorang menimpali.

Rin tidak membalas. ia hanya terdiam sembari berusaha menahan emosinya. dirinya tidak boleh hilang kendali seperti waktu itu.

orang itu menyeringai, rencananya berhasil.

dengan sengaja ia mengambil dan menyembunyikan jersey milik Rin di sebuah loker yang kebetulan terbuka.

ia begitu menginginkan posisi Rin sebagai penyerang. karena Rin selalu mendapatkan posisi itu.

selain jago olahraga, Rin juga tampan. semua laki-laki di sekolah mengakui itu. itu lah yang membuat orang itu begitu membenci Rin.

dengar-dengar, crush-nya menyukai Rin. membuatnya semakin membencinya.

orang itu menghampiri Rin yang tengah duduk terpuruk. menatapnya remeh, "gue dengan senang hati bisa ngegantiin posisi lo Rin. karena hanya gue yang pantas dari segi skill untuk ngegantiin lo." ujarnya sombong, membuat Rin naik darah.

Rin semakin yakin, orang itulah dalang di balik jersey-nya yang menghilang.

"ARGH!"

secara tiba-tiba, Rin mencengkram kaus orang itu dan membuatnya tercekik.

"bangsat! uhuk— apa-apaan lo hah?!" tanyanya dengan susah payah.

Rin semakin menguatkan cengkramannya, "gausah pura-pura bego. lo kan yang ngilangin jersey gue?!"

"lo nuduh gue tanpa bukti?!"

"anjing! ngaku lo cepetan!"

Rin semakin berani bahkan mengangkat tubuh orang itu ke atas hanya dengan menggunakan satu tangannya. membuat seisi ruang ganti heboh dengan aksinya. semua orang mencoba untuk menghentikannya.

meski sudah berusaha, Rin tetap tidak mau lepas begitu pun orang itu yang terus memancing emosi Rin.

di tengah keributan itu, seseorang berteriak, "Rin! ada yang nemuin jersey lo nih!"

seketika membuat Rin berhenti. ia melepaskan cengkramannya membuat orang itu terjatuh dan terbatuk-batuk.

"orangnya nunggu di luar." ujar orang yang berteriak tadi. Rin pergi begitu saja tanpa mempedulikan orang yang baru saja ia cekik tadi.

Rin keluar dari ruang ganti. di koridor, ia melihat seorang perempuan yang tengah terduduk menunggu.

Rin menghampiri perempuan itu dan ia begitu terkejut mengenali perempuan itu.

kalau mengingat kejadian tempo hari, membuat Rin malu karena sudah bertindak kasar padanya.

"h-hei." sapa Rin.

[name] menoleh kemudian ia beranjak dari kursi dan menghampiri Rin.

perempuan itu menyerahkan jersey-nya, "ini jersey kamu bukan?"

Rin mengangguk, "iya."

[name] menyerahkan jersey milik Rin dan diterima oleh laki-laki itu dengan kaku.

hening di antara keduanya. [name] menunggu setidaknya ada yang ingin Rin sampaikan seperti 'terima kasih'. tapi Rin hanya diam menatap lantai.

"emm aku balik duluan ya? euh. . . semoga pertandingannya lancar." entah apa yang memotivasi [name] untuk mengatakan hal itu.

". . . maaf." [name] yang baru akan membalikkan tubuhnya lantas berhenti.

suara Rin sangat kecil seperti gumaman tapi [name] dapat mendengarnya dengan jelas di koridor yang sepi ini.

[name] bingung. untuk apa Rin meminta maaf padanya? "soal apa?"

Rin menggaruk tenguknya yang tidak gatal. sebenarnya bukan gayanya yang mengakui kesalahan duluan seperti ini.

"yang waktu itu. . . gue kasar ke lo. gue minta maaf." ucap Rin sungguh-sungguh.

"kalo lo gamau maafin gue juga, gue ngerti kok. sikap gue ke lo itu memang pantas gak dimaafin."

Rin terdengar sungguh menyesal, [name] menjadi tidak enak.

"i-iya aku maafin kamu kok."

tidak ingin berlama-lama berdua, [name] segera pamit, "aku duluan ya? masih banyak urusan di sekre yang harus aku selesain."

Rin mengangguk kemudian [name] pergi kembali ke ruang sekretariat olimpiade.

meski sudah minta maaf dan telah dimaafkan, masih ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

two of us, 𝓘𝘁𝗼𝘀𝗵𝗶 𝗿𝗶𝗻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang