AUTHOR’S POV
At Freen’s CondoLangit Bangkok di pagi ini tampak sangat cerah. Matahari bersinar terang tapi tidak begitu terik, angin pagi yang segar berhembus dari jendela balkon condo yang telah terbuka lebar. Sayup sayup terdengar hiruk pikuk kendaraan dari luar condo, menandakan Bangkok telah memasuki rush hour atau jam jam sibuk. Waktu dimana orang-orang mulai beraktivitas menjalankan rutinitasnya. Seperti halnya wanita muda yang berusia 25 tahun ini yang memilih memulai harinya dengan pekerjaan rumah tangga.
Dengan ditemani musik pop yang terputar dari Speaker ruang tengah, Freen tampak sibuk berkutat dengan mesin cuci di laundry roomnya. Sementara itu, Fluffy makhluk berbulu kesayangan Freen tampak menikmati paginya dengan bermalas malasan di singgasananya. Melihat Freen mondar mandir melakukan aktifitasnya.
Hampir tiga jam lebih Freen melakukan rutinitas yang melelahkan tersebut namun menjadi aktifitas yang menyenangkan buatnya. Freen melemparkan tubuhnya diatas sofa empuknya. Menghirup udara condo nya yang terasa lebih segar dan nyaman setelah dirapihkan. Freen memejamkan matanya sebentar menikmati sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya. Terasa hangat. Namun ketenangannya tidak berlangsung lama karena ulah kesayangannya yang menjilati seluruh wajahnya. Kini Fluffy telah berada diatas tubuh Freen berharap mendapatkan perhatian dari pemiliknya. Hal itu terlihat dari tatapan memelasnya yang selalu membuat Freen gemas terhadapnya. Freen akhirnya bangun dari tidurnya dan mulai bermain dengan Fluffy. Memeluk anjing kecil jenis Dachshund Dapple ini kemudian memainkan telinganya. Fluffy merespon dengan menjilati wajah Freen yang membuat Freen tertawa lepas menikmati perlakuan Fluffy padanya.
Kebersamana Freen dan Fluffy harus terhenti karena suara pesan masuk dari handphone Freen yang berada di atas coffee table depan sofa. Senyum mengembang dari wajah Freen. Diraihnya benda persegi tersebut dan mengecek isi pesannya. Namun seketika raut wajahnya berubah. Pesan itu bukanlah dari seseorang yang diharapkannya. Itu adalah pesan dari Saint menanyakan tentang keputusan Freen atas tawarannya beberapa hari yang lalu. Freen meletakkan begitu saja handphonenya dan kembali menggendong Fluffy. Diangakatnya tubuh kecil Fluffy ke hadapan wajahnya. Freen mulai menceritakan kegelisahan yang dirasakannya beberapa hari terakhir ini.
“Sepertinya tidak akan ada pesan lagi dari dia. Apa menurutmu ucapanku terlalu kasar padanya?”
“Haaaahhh… Harusnya aku senang, tapi rasanya ada yang hilang” Freen merebahkan Fluffy di pangkuannya. Mengelus bulu bulu halus Fluffy, sementara matanya memandang kosong kearah layar yang menampilkan video clip dari penyanyi Favorite Freen. Tapi Freen tidaklah terfokus pada tayangan di layar tersebut. Pikirannya sedang menerawang kejadian beberapa hari lalu. Perdebatannya bersama Becky
-----
"Kau menghindariku phi?"
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Aku tau kau masih belum menerimaku sepenuhnya, tapi kau tidak pernah sekalipun menghindariku seperti akhir akhir ini."
"Hanya perasaanmu saja." Freen tampak tak berani menatap Becky. Dia berpura pura sibuk membaca naskah ditangannya.
"Hanya Perasaanku? Aku bukan Becky yang dulu yang bisa kau bohongi phi. Bahkan sekarang kau bicara sekedarnya dan seakan ingin segera mengakhiri pembicaraan."
"Bukannya dari awal aku begini dan memang sudah seharusnya seperti ini?" Freen berlalu meninggalkan Becky. Dia tidak ingin ada perdebatan panjang. Freen tau Becky terlalu keras kepala untuk bisa memuaskan perasaan ingin taunya.
"Kau tidak pernah berubah. Dari dulu selalu menghindari masalah. Egois!!" Ucapa Becky membuat langkah Freen terhenti. Mata Becky tampak mulai berkaca kaca. Suaranya sedikit tertahan. Terlihat sangat jelas dia berusaha menahan air mata mengalir dari matanya.
Freen menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya dan perlahan berjalan mendekati Becky.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITS NOT SAME ANYMORE
FanfictionMerangkul dalam suka dan duka Saling memberi kenyamanan dikala gundah Menangis bersama disaat ada yang tersakiti Tiada hari tanpa bersama Seperti bulan dan bintang Namun kini semuanya berubah Hening, saling melewatkan dan enggan untuk menyapa Menjad...