AUTHOR'S POV
Suara gemuruh langit meramaikan kota Bangkok yang sepi di dini hari. Beberapa kali kilatan cahaya menerangi langit yang benar benar sepi oleh jajaran bintang-bintang yang biasanya menghiasi langit Bangkok. Tidak lama kemudian hujan mulai membasahi kota Bangkok. Ini adalah hujan pertama di bulan September setelah beberapa bulan terakhir ini Bangkok dilanda kemarau yang cukup panjang. Tentu warga Bangkok akan sangat bergembira dengan hadirnya hujan yang membasahi kota Bangkok yang setidaknya membantu mengurangi suhu panas serta menurunkan tingkat polusi di kota tersebut.
Tapi berbeda dengan sosok wanita yang kini tengah menangis tersedu sedu didalam pelukan teman wanitanya itu. Hujan yang turun dengan derasnya seakan turut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh wanita berambut sebahu tersebut. Suara gemuruh hujan yang diiringi suara guntur, menyamarkan suara isakan tangisnya.
Temannya, wanita yang berpipi chubby dan berambut panjang tersebut, membiarkan wanita berambut sebahu itu untuk meluapkan seluruh tangisnya dan kesedihannya. Ditepuknya dengan lembut pundak sang wanita untuk memberikan sedikit ketenangan. Dia tidak tahu menahu tentang apa yang sedang dialami temannya ini yang tiba tiba ditengah derasnya hujan saat dini hari mendatanginnya dengan sejumlah koper besar. Menggunakan hoodie serta masker yang menutupi setengah dari wajahnya. Untungnya dia mengenali potongan tubuh dan hoodie yang digunakan teman wanitanya itu.
Penasaran? Tentu saja. Namun dia mengabaikan rasa penasarannya dan akan menunggu hingga teman wanitannya ini sedikit tenang dan siap untuk bercerita.
Hampir 30 menit lebihnya sang wanita mendekap tubuh ramping wanita berambut panjang ini. Hingga akhirnya dia merasa sedikit tenang dan mulai menceritakan seluruh kejadian yang membuatnya mendatangi teman wanitanya dengan kondisi yang berantakan sambil menggeret koper besar didini hari ini, mengusik waktu istrahat teman wanitanya.
Dia Becky. Ya Rebecca Armstrong. Putri tunggal dari keluarga Armstrong memutuskan untuk berselisih dengan keluarganya demi mempertahankan seorang Freen Sarocha yang telah menguasai seluruh jiwa dan hidupnya.
Malam ini dia memutuskan untuk menemui Orn, membawa seluruh barangnya dan meninggalkan semua kemewahan serta privilege dari Armstrong. Sejujurnya ada perasaan sungkan saat harus menemui Orn dengan kondisinya saat ini. Dia bisa saja menyewa hotel, dia masih memiliki cukup uang untuk hidupnya dari hasil kerja kerasnya sendiri. Namun hal itu hanya akan menarik perhatian orang-orang. Dia sadar akan popularitasnya yang bisa mengundang berbagai rumor. Dia tidak ingin perselisihannya dengan keluarganya tercium oleh media.
"Aku tau hal ini pasti sangat berat buat mu Beck. Tapi kau tenang saja. Masih ada aku disini. Kalau saja Freen berani menyakitimu setelah semua pengorbanan yang kau lakukan, maka aku yang akan menghabisinya" Orn mengelus lembut rambut Becky. Tampaknya keraguannya dulu akan ketulusan Becky kepada Freen telah menguap bersamaan dengan air mata Becky yang mengalir deras malam ini.
"Terimakasih phi. Tapi aku mohon, jangan beritahu Freen mengenai ini. Aku tidak ingin dia kembali ragu dengan hubungan kami."
"Aku akan merahasiakan ini kepada Freen. Tapi bagaimanapun juga dia harus tau Beck. Dia harus tau bahwa ada seseorang yang benar benar memperjuangkannya saat ini. Anak itu selama ini selalu merasa menjadi orang yang terabaikan."
"Jika aku sudah yakin dengan perasaannya padaku, aku akan jujur padanya. Aku tidak ingin dia menerimaku hanya karena kasihan."
"Freen benar benar akan sangat bodoh jika melepaskan wanita sepertimu Beck." Orn beridiri dari duduknya dan mengulurkan tangan kepada Becky.
"Ayo. Aku antarkan ke kamar, kau harus istrahat. Matamu sudah seperti tersengat tawon. Sangat bengkak."
Becky sedikit terkekeh mendengar ucapan Orn. Sepertinya keputusannya menemui Orn dibandingkan menemui Nat disituasi seperti ini adalah hal yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITS NOT SAME ANYMORE
FanficMerangkul dalam suka dan duka Saling memberi kenyamanan dikala gundah Menangis bersama disaat ada yang tersakiti Tiada hari tanpa bersama Seperti bulan dan bintang Namun kini semuanya berubah Hening, saling melewatkan dan enggan untuk menyapa Menjad...