#INTERMEZO
Merry Christmas guys. Semoga kasih dan berkat natal menyertai teman teman semua.Oh iya, ada yang menonton atau sekedar memantau di medsos konser birthday Becky kemarin? Lets share about your feel guys.
######
AUTHOR’S POV
At Becky’s HomeSuasana ruangan kerja ini mencekam. Design yang harusnya terasa hangat karena didesign dengan nuansa tropis dengan penggunaan aksen kayu yang mendominasi ini tidak mampu menghangatkan hati kedua saudara yang sedang bersitegang tersebut. Buku buku bisnis dan self improvement yang bertengger manis di rak buku yang berada di belakang meja kerja Richie menjadi saksi bisu perdebatan antara Becky dan Richie. Bahkan vas bunga bening yang tadinya jadi pemanis di ruangan itu kini telah berserakan di lantai akibat ulah Becky yang diawal kedatangannya langsung meluapkan emosinya dengan melempar vas bunga tersebut ke arah dinding. Seisi rumah ini tau, bagaimana seorang Rebecca Armstrong yang terlihat lembut ini sesungguhnya memiliki sisi monster yang menyeramkan disaat tersulut emosi. Bahkan seluruh pelayan telah mendapat jatah amukan dari Becky.
Beberapa menit lalu, usai menerima telfon tidak masuk akal dari Richie, Becky bergegas kembali ke rumah hanya untuk menolak semua perintah Daddynya yang disampaikan melalui Richie. Becky dengan sifat keras kepalanya, terus saja menentang dan melawan setiap ucapan Richie tanpa sedikitpun Becky membiarkan Richie untuk menang dengan perdebatan mereka. Becky dengan ucapan sarkasnya telah menyulut emosi Richie.
“Kau lebih layak disebut anjing peliharaaan Armstrong dibanding dianggap sebagai anak.” Teriak Becky dengan suara melengking.
“Rebecca. Diam.” Teriak Richie dan satu tamparan mendarat di pipi adik satu satunya itu.
Malam ini adalah malam yang tidak pernah Richi bayangkan. Malam dimana dirinya dengan lantangnya meneriaki Becky dan membiarkan adik kesayangannya tersebut menangis tersedu sedu. Bahkan tanpa disadarinya, untuk pertama kalinya, tangan yang dulunya sering membelai lembut adiknya itu, kini bergetar hebat usai mendaratkannya dengan keras ke wajah adiknya.
Tangan Richie masih bergetar. Dia mundur secara perlahan memberi jarak antara dirinya dan Becky. Dia menatap adiknya yang kini meneteskan air mata dengan tatapan penuh kebencian.
“Sebegitu inginnya kau mendapat pengakuan dari Daddy hingga kau rela menyakiti adikmu sendiri? Kau bahkan menamparku Richie.” Tidak ada suara teriakan lagi dari Becky. Kali ini suaranya terdengar sangat pilu. Tubuh Richie membeku. Bibirnya kelu.
“Becky, kakak mohon. Mengertilah. Ini semua demi kebaikanmu. Aku tau kau begitu mencintainya. Sadarlah Beck. Bagaimana hancurnya kau setelah penghianatan yang dilakukan wanita itu. Hidupmu kacau dan kami hampir kehilanganmu. Keputusan Daddy sudah sangat tepat.” Richie berusaha mengontrol dirinya. Menghilangkan rasa bersalahnya dan mencoba melembutkan suaranya. Dia tidak akan terpancing lagi. Dia tidak ingin menyakiti adiknya untuk kedua kalinya.
“Berapa kali harus ku katakan. Bukan Freen yang membuatku gila dan frustasi. Bukan Freen yang membuatku menyentuh barang haram itu Richie. TAPIIII KALIAAAN…!!” Becky kembali berteriak di ujung kalimatnya.
“Bukan Freen? Jangan biarkan aku kembali mengungkit bagaiman kacaunya dirimu dulu Beck. Kau kehilangan arah. Kau seakan mayat hidup yang dibutakan oleh cinta tak berdasar kepada wanita jalang itu.” Nyaris. Richie nyaris saja kembali meneriaki Becky
“Jaga mulutmu Richie. Jangan pernah menghinanya. Seandainya dulu aku tidak bertemu dengannya, mungkin tanganmu itu tidak akan pernah melukai tubuhku karena tubuhku sudah tertanam di dalam tanah.” Becky tersenyum sinis ke arah kakak laki-lakinya itu. Richie sangat memahami makna dibalik ucapan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ITS NOT SAME ANYMORE
FanfictionMerangkul dalam suka dan duka Saling memberi kenyamanan dikala gundah Menangis bersama disaat ada yang tersakiti Tiada hari tanpa bersama Seperti bulan dan bintang Namun kini semuanya berubah Hening, saling melewatkan dan enggan untuk menyapa Menjad...