.................... Selamat membaca ................Pagi ini terasa canggung di ruang makan tak seperti biasanya karena bundanya meninggalkan ruang makan secara tiba-tiba dan melewatkan sarapan paginya bersama keluarganya. Arsyad semakin bersalah dan ingin menyusul bundanya tetapi ditahan terlebih dahulu oleh ayahnya
"Sebenarnya apa yang ayah tidak tau, Arsyad?" Tanya ayahnya dengan tegas
Deg!
Detak jantung Arsyad melaju dengan cepat, dirinya lalu menunduk "Arsyad kemarin tanya pendapat bunda tentang__"
"Laura?"
Arsyad menatap ayahnya dan sedikit terkejut dengan respon ayahnya yang baru saja meyebutkan nama Laura, dirinya kemudian menggangguk pelan sebagai jawaban
"Ayah kemarin tidak sengaja mendengar bunda sedikit membentak kamu lalu keluar dari kamarmu, ayah juga mendengar nama Laura disebut. Memang Laura siapa?"
Deg!!
Jantung Arsyad semakin berdebar kencang dirinya tidak berani untuk menatap wajah ayahnya, dirinya takut jika ayahnya juga tidak suka dengan Laura
Ayahnya menepuk pundak Arsyad "ayah tidak pernah mengajari kamu menjadi laki-laki lemah, tatap ayah dan jelaskan semuanya pada ayah!"
"Laura murid baru di pondok kecil milik Arsyad, dia emang sering ke club tapi Arsyad yakin bisa membawa Laura menuju yang lebih baik, yah. Arsyad janji" Arsyad berusaha keras membujuk ayahnya
"Jadi kamu ingin cepat ke jenjang serius sama perempuan itu? Emangnya dia mau sama kamu?" Tanya ayahnya yang terkekeh sambil mengelus punggung anaknya, sementara Arsyad hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Perbanyak berdoa saja dan meminta pertolongan dari Allah, minta lah jalan yang terbaik untuk kamu" ayahnya menepuk pundak Arsyad lalu bangkit dari duduknya dan menoleh sebelum melanjutkan ucapannya
"Soal bunda-mu itu urusan ayah, kamu tidak perlu memusingkan hal itu" lanjutnya dan berjalan menuju kamarnya menemui istrinya, Arsyad melihat punggung ayahnya yang pergi meninggalkannya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain hanya berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja
***
Haidar menyusul istrinya masuk ke dalam kamar mereka dirinya duduk di samping istrinya yang hanya melamun. Haidar merupakan ayah dari Arsyad dan juga suami dari Gina, bunda kesayangan Arsyad sejak masih kecil
"Bun..." panggil Haidar
Gina hanya menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, suaminya hanya bisa menghela nafas pelan dan mencoba untuk membujuk istrinya
"Arsyad sudah dewasa bun, sudah bukan hak kita untuk mengatur dia termasuk dalam urusan pasangannya" Haidar segera meraih tubuh istrinya ke dalam pelukannya guna untuk meredamkan emosi yang meluap-luap
"Bunda cuma gak mau lihat Arsyad gak bahagia dengan pasangannya nanti, bunda gak menuntut Arsyad untuk memilih pasangan!" Sebagai seorang ibu dirinya merasa tidak ingin anaknya gagal dalam memilih pasangan hidupnya
"Bun, biarkan Arsyad memilih sendiri ayah yakin Arsyad sudah tau mana yang terbaik untuknya. Kita tunggu aja ya, kita lihat seperti apa perempuan yang berhasil memikat putra kita"
Haidar merasakan tidak ada pergerakan apapun dari tubuh istrinya, dirinya semakin mengeratkan pelukannya dan memberikan kasih sayang penuh untuk istrinya. Umur mereka memang sudah tidak muda tetapi kasih sayang dari Haidar tidak pernah luntur untuk istrinya tercintanya.
"Perbanyak istighfar, bun."
Gina tersadar dengan ucapan dari suaminya dirinya segera beristighfar sebanyak mungkin supaya isi hatinya kembali terasa tenang, setelah di rasa cukup tenang Gina melepaskan pelukannya dan menatap suaminya.
"Jadi ayah setuju sama perempuan yang bernama Laura-Laura itu?""Kita lihat nanti aja ketika Arsyad sudah membawanya ke rumah" jawabnya suaminya hanya di tanggapi dengan anggukan Gina
🍁🍁🍁
Laura terduduk pada pinggir pantai, menatap ombak yang mulai bergerak maju lalu menyusut pada tepian pantai dengan angin kencang yang ikut serta menemani yang duduk Laura sendirian disana. "Kenapa disini?"
Laura membalikkan tubuhnya dan menatap seseorang pria yang bertubuh tinggi dengan balutan kemeja dan celana panjangnya juga terdapat sebuah buku yang di pegang-nya
"Lo ustadz Arsyad kan? Tumben nggak pake gamis atau sarung?" Arsyad hanya terkekeh mendengar pertanyaan Laura lalu memilih untuk ikut bergabung dengan perempuan yang dirinya temui
"Memangnya kamu pikir saya nggak bisa berpakaian seperti orang-orang lain?" Laura hanya mengangguk dan kembali menatapnya dengan tajam sebelum dirinya kembali berbicara "Lo ngapain kesini? Ngikutin gue ya?!"
"Seharusnya saya yang tanya kenapa kamu disini, saya aja bahkan baru tau kalo ada pantai sekitaran sini yang tidak terlalu ramai pengunjung hanya beberapa saja" jawabnya
"Bosen aja sendirian" Laura hanya menjawab singkat dan seakan memutuskan topik obrolan mereka
"Lalu? Hijab kamu kemana?"
Laura berdecak "nggak tau, terbang tadi ikut sama angin" jawabnya dengan malas. Arsyad yang melihatnya sikapnya hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu menaruh buku yang ia bawa dan pergi tanpa berkata sepatah kata pun dari mulutnya
Laura menatap punggung yang perlahan menghilang dari pandangannya dan menaikan satu alisnya "Ustadz aneh!" Teriaknya
Arah matanya kemudian mulai tertuju pada buku samping-nya, Laura meraihnya lalu membaca judulnya "Aneh banget kemana-mana selalu bawa buku, apa dia nggak pusing baca buku terus kerjaannya?" Laura bertanya pada dirinya sendiri dan kembali menaruhnya di samping dirinya
"Gak pusing kok" Laura sedikit tersentak dan menatapnya dengan kesal, sementara Arsyad tertawa pelan dan ikut serta kembali duduk
"Saya tadi cuma ke mobil ambil hijab sebentar, pake nih" Laura menatapnya dan menaikkan satu alisnya "nggak deh, lagian itu kayaknya kebesaran" tolak Laura
"Ini gak besar kok, pake yaa" bujuk Arsyad, sedangkan Laura mengangguk dengan terpaksa dan segera memakainya
Setelah dirasa cukup, Laura kembali menatap ombak kecil yang bergerak "kenapa sih lo suka baca buku?" Tanya Laura tiba-tiba
Senyum Arsyad mengembang setelah mendengar pertanyaan Laura "Ternyata kamu masih mempermasalahkan tentang buku ya?"
Laura menatapnya canggung dan kembali menjawabnya dengan ketus "ge'er, gue cuma penasaran aja"
"Karena membaca itu pintu ilmu, dengan membaca saya merasa hidup, ada kebahagiaan tersendiri ketika saya membaca" jawab Arsyad sambil menatap ke arah depan sementara Laura hanya mengangguk tanda dirinya mengerti
"Kalo gue suka nulis tapi pusing mikirin idenya, tapi cita-cita gue penulis sih" Laura menatap langit dan masih memikirkan pekerjaan yang dirinya inginkan
"Harus rajin, kadang ide bisa muncul kapan aja. Saya janji, apapun yang kamu tulis pasti akan saya baca nantinya" mata Laura berbinar dan menatapnya dengan wajah yang serius
"Janji?"
Arsyad terkekeh melihat sifat Laura yang terkadang sulit ditebak olehnya "saya janji, Laura" senyuman manis Laura terlukis di wajahnya
"Oh iya, lo tau dari mana gue disini?" Arsyad tersenyum tipis membuat Laura menaruh rasa curiga dengannya
"Dari Adila?" Arsyad menggeleng dengan cepat
"Saya lacak kamu tadi, niatnya hari ini mau ajak kamu pergi ke rumah saya"
Laura seketika melotot mendengarnya "ngapain?! Pasti mau aneh-aneh!!" Laura segera menyilangkan kedua tangannya di depan dada-nya
"Kamu itu pikirannya macem-macem terus, saya cuma mau ngenalin kamu sama orang tua saya"
"HAH?!" Laura membulatkan kedua bola matanya sementara Arsyad terkekeh geli melihat reaksi perempuan disampingnya
Bab tegang nihh...
Aku mau sedikit ada konflik di bab berikutnya, Tungguin yaaaSelamat menjalankan berpuasa bagi yang muslim ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah bersama Ustadz (REVISI)
Teen FictionASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH HARAP TIDAK PLAGIAT!! Siapa yang tidak ingin bersanding bersama ustadz Arsyad. Ustadz muda dengan style gaya kekinian tetapi tetap taat pada agama walaupun sikap Arsyad cukup tegas tetapi tanpa diketahu...