04

138 20 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh hai hai aku gak pernah bosen buat ingetin kalian untuk....
Jangan lupa vote yaa hihi. Syukron

.................... Selamat membaca ................

Waktu mulai menunjukan pukul 17.00 seperti biasa di pondok setiap hari memang sudah waktu pulang bagi anak kecil yang suka mengaji di pondok kecil, mereka berlari keluar bersama dan ada juga orang tua yang menunggu anaknya di halaman pondok kecil.

Laura yang melihatnya dari dalam pondok hanya tersenyum tipis dirinya dulu sempat merasakan seperti anak-anak kecil itu sebelum ada sesuatu yang membuat semua menjadi kacau seperti sekarang

"Laura" suara yang sangat khas terdengar di telinga Laura ia segera membalikkan tubuhnya

"Adila tidak bisa datang jadi kamu tidak perlu menunggu Adila" terang ustadz Arsyad

Laura hanya memasang muka kesal padahal sudah jelas-jelas Adila ingin menyusul tetapi dirinya tak kunjung menampakkan diri di hadapannya

"Saya pesankan taksi online saja ya"

"Emang ustadz tau dimana rumah Adila?" Tanya Laura sedikit meremehkan dan Arsyad hanya terkekeh

"Kamu lupa? Abang Adila itu teman dekat saya" ucap ustadz Arsyad lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai memesan taksi online

"Ustadz udah pesen?!"

"Sudah, kamu tunggu nanti juga datang" jawab Arsyad dengan tenang

"Batalin aja gue mau nongkrong dulu ke cafe"

Ustadz Arsyad yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya "sudah lewat magrib perempuan gak baik nongkrong"

"Dih, biasanya juga gue dari club pulang jam 2 pagi" ucap Laura ceplas-ceplos

Mobil taksi berhenti di depan mereka berdua, supir taksi membuka satu jendela mobilnya Arsyad langsung mendekat

"Tolong antarkan sesuai titik ya pak"
Ustadz Arsyad mengeluarkan dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang kepada supir taksi itu

Supir taksi itu mengambilkan beberapa lembar yang telah di kasih "ini terlalu banyak mas"

Ustadz Arsyad hanya tersenyum lalu menolaknya "untuk bapak saja, tetapi tolong antarkan sampai tujuan ya pak"

"Siap mas, terima kasih banyak mas"

Ustadz Arsyad menatap Laura yang hanya mematung di tempat

"G-gue ganti uangnya besok"

"Tidak perlu Laura, sekarang mending kamu cepat masuk ingat pesan saya Laura jangan berhenti kemanapun" Ustadz Arsyad berbicara dengan nada tegas membuat Laura hanya mengangguk lalu masuk ke dalam taksi dan taksi itu segera jalan meninggalkan pekarangan pondok kecil Arsyad

Ustadz Arsyad kembali mengeluarkan ponselnya lalu mengirim pesan kepada seseorang di seberang sana

***

Mobil taksi yang di tumpangi Laura berhenti di sebuah rumah sudah ada pemilik rumah yang menunggu di depan, Laura turun dan melihat Adila yang sedang duduk di teras

"Dil, lo bilang mau nyusul ke sana gue tungguin loh"

Adila hanya tersenyum dirinya sudah menduga bahwa Laura akan memarahinya "waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

Laura langsung tersadar dan hanya meringis "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, maaf ustadzah"

"Lain kali ucapkan salam dulu, kamu beneran ribut sama Zara?" Tanya Adila secara to the point

"Zara?" Laura berusaha mengingat nama 'Zara' sepertinya dia pernah mendengarnya

"Handphone kamu di sita karena ribut sama Zara kan?"

"Ohh dia, iya padahal jelas-jelas dia yang salah malah gue juga kena hukuman" omel Laura dirinya masih kesal saat mengingat kejadian tadi

"Ustadz Arsyad emang gitu dia adil kok, kamu duluan juga kepancing emosi sih. Zara temen aku ra sikap dia emang gitu dari dulu eh astaghfirullah jadi malah ghibah, udah yuk masuk"

"Huh, iya-iya" Laura pun memasuki rumah Adila dan duduk sofa

"Dil, gue balik ya" ucapnya tiba-tiba

"Kamu gak mau di sini lagi?" Tanya Adila

"Eh... eh..., b-bukan gitu gue ngerasa gak enak aja sama lo"

"Yaudah nanti setelah magrib aja, eh iya ra soal Ustadz Arsyad yang nyuruh kamu itu aku nanti coba bilang lagi ke ustadz-nya"

Laura sedikit kecewa dengan ucapan Adila, jujur dirinya sudah mulai nyaman dan bisa menerima dengan kegiatan di sana

"Masa iya gue nyaman, kemaren kan gue yang nolak mentah-mentah malu lah kalo gue terima gitu aja" batin Laura

"Laura..." Panggil Adila yang membuat Laura kembali tersadar dari lamunannya

"Eh..., i-iya kenapa?" Wajah Laura terlihat sangat canggung dan mendadak menjadi gugup

"Harusnya aku yang tanya gitu ra, kamu kenapa tiba-tiba langsung ngelamun setelah aku bahas tentang ustadz Arsyad? Mulai suka yaa" Adila sedikit menggoda Laura

"G-gak lah mana mungkin gue suka sama ustadz yang nyebelin itu"

Adila hanya tersenyum tipis "ayo mending kita siap-siap untuk sholat Magrib aja"

Laura mengangguk dan mengikuti Adila ke dalam kamar untuk mengambil dua mukena yang akan mereka pakai untuk shalat nantinya.

🍁🍁🍁

Ustadz Arsyad melakukan perjalanan pulang dengan motornya hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai, karena memang jarak rumah dan pondok kecil miliknya tidak terlalu jauh sehingga dirinya lebih memutuskan untuk menggunakan motor dibandingkan mobilnya

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" terdengar suara perempuan dari arah dapur

Ustadz Arsyad langsung menghampirinya dan mencium punggung tangan bunda kesayangannya
"Ayah dimana Bun?"

"Ayah ada di kamar, kamu sudah sholat magrib belum. Nak?" Tanya bundanya dan segera duduk di sofa begitu juga dengan Arsyad yang mengikutinya

"Alhamdulillah sudah Bun tadi Arsyad sholat di sana, setelah sholat Arsyad langsung pulang"

"Bunda, Arsyad mau tanya bunda mau punya menantu yang gimana nanti?"

Bundanya tertawa pelan, memang tidak biasanya anaknya bertanya tentang menantu "Bunda cuma pengen dia baik, dia bisa menghormati kamu sebagai suaminya nanti. Bunda pengen yang terbaik aja untuk kamu"

"Bahas menantu kok gak ajak ayah" ucap ayahnya yang tiba-tiba keluar dari kamar dan ikut duduk di sofa bersama anaknya dan istrinya

"Kamu kenapa tanya begitu ke bunda? Mau nikah? Anak kita sekarang sudah nggak kaku lagi ya bun" goda ayahnya sedangkan bundanya hanya tersenyum melihat keduanya

"Nggak ayah Arsyad cuma tanya aja" ucap Arsyad yang sedikit malu padahal dirinya ingin membahas ini hanya dengan bundanya saja

"Jika sudah menetapkan pilihan kamu, jangan lupa untuk ajak dia ke rumah kenalkan pada bunda dan ayahmu ini" terang Haidar, ayah dari Arsyad

"Iya yah, pasti" jawab Arsyad secara yakin dan menatap ke arah kedua orang tuanya

"Arsyad izin ke kamar dulu ya bun" dirinya mencium kembali punggung tangan bundanya dan ayahnya lalu segera masuk ke dalam kamarnya

Dirinya memikirkan bagaimana cara supaya bunda dan ayahnya bisa menerima Laura nanti

"Kayaknya ini bukan waktu yang tepat" pikirnya lalu segera mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya

Arsyad memasuki kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya setelah selesai dirinya mengambil buku kesayangannya yang berada di rak kamarnya lalu membacanya, ia memang suka sekali membaca di waktu-waktu luang seperti ini.

Haloo...
kemarin aku sempat kasih info di Instagram baru bisa update lagi hari sabtu. Karena Minggu kemarin full sibuk 😔🙏

Hijrah bersama Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang