Chapter 9

734 78 2
                                    

Gao Minghao membawa Noah ke halaman samping aula perjamuan yang dihiasi dengan berbagai jenis bunga, taman istana. Berbagai aroma bunga menyatu menyerbu penciuman keduanya. Ini adalah jenis dimana kamu akan nyaman.

Sedikit banyak Noah berhasil menstabilkan emosinya. Lepas dari pelukan pria itu, ia bersandar di bangku taman, diam-diam menghela nafas.

Pikiran tentang pertemuan kembali dengan keluarganya benar-benar menguras emosi.

Ia linglung untuk sesaat, melewatkan momen manis dimana Gao Minghao memberinya jaket. Hormon pria yang sangat dia kenal dan rindukan dibawakan oleh sisa kehangatan tanpa sadar membuatnya mengerang nyaman, mendengkur layaknya kucing kecil yang akhirnya dijinakkan, lembut dan lembut; memanjakan diri.

"Maafkan aku paman. Seharusnya aku tidak terburu-buru membawamu ke Istana." Gao Minghao dihantui perasaan bersalah setelah semua yang terjadi.

Jika saja dia menunggu dengan lebih sabar lagi, Noah mungkin tidak perlu mengalami gejolak emosi yang begitu tajam. Sungguh, meskipun mata itu terlihat menggemaskan dengan lapisan tipis kabut dan ketidakberdayaan, tetap saja, di lubuk hatinya yang terdalam, ia masih tidak suka melihat pria itu menangis. Padahal niat hatinya adalah membahagiakan pria ini.

Gao Minghao menundukkan kepalanya lemah, persis seperti anjing kecil yang ditinggalkan oleh pemiliknya; kecewa. Tidak tahu dari mana dorongan itu berasal, Noah menyentuh surai hitam pria itu perlahan, mengusapnya dengan penuh kelembutan. Aku biasa menenangkan bayiku dengan cara ini. Jadi, tidak tahu apakah ini akan berhasil menghibur hati anjing kecil yang kesepian ini.

"Aku tahu kamu tidak bermaksud buruk. Terima kasih karena telah memikirkanku." Ketika jari-jari yang ramping dan seperti giok itu jatuh ke atas kepalanya, Gao Minghao hanya bisa merasakan kelegaan yang luar biasa. Puncak kegembiraan karena mendapatkan pria ini(?), menempatkannya disisinya.

Menekan keinginan untuk menangkap dan memenjarakan pergelangan tipis pria itu, Gao Minghao menjatuhkan ciuman ke punggung tangan pria itu. "Paman, aku benar-benar mencintaimu. Bisakah kamu mempercayaiku?" Pengakuan yang tiba-tiba mengejutkan Noah hingga membuat si empunya terkesiap.

Garis merah darah dengan cepat merambat ke sisi wajah dan akar telinganya. Noah berjuang menarik tangannya lagi tetapi sia-sia. Kenapa? Itu tidak terlihat seperti Gao Minghao menggunakan seluruh kekuatannya. Atau, karena sentuhan itu sendiri membuatnya mati rasa dan kehilangan kendali, sulit melepaskan diri.

"K-kamu...! Berhentilah berbicara omong kosong!" Dengan mata memerah, dan suara tinggi, efek yang diharapkan justru sebaliknya.

Semua hal yang tampak di depan Gao Minghao, dan berasal dari Noah benar-benar menarik.

Meskipun didalam hatinya-Noah merasa sangat senang dan bahagia dengan sikap Gao Minghao saat ini, sebagian dirinya masih merasa malu. Lengan rampingnya mendorong dada pria itu menjauh.

Kekehan pelan Gao Minghao memasuki pendengaran, menggelitik. Rona merah dengan cepat menyebar ke seluruh wajah giok-nya.

Paman, aku akan menunggumu  sampai kamu membuka hatimu kembali untukku. Sampai kapanpun itu.

Noah mendengus, setelah itu ia melihat pria itu beranjak pergi.

"M-mau kemana?!" Serunya tanpa sadar cemas.

Apakah aku membuatmu marah? Kamu akan meninggalkan(mendorong)ku lagi?

Noah memiliki surai hitam dan terasa lembut ketika disentuh, Gao Minghao tersentuh oleh gerakan dan ekspresi canggung pria itu, tersenyum. "Aku akan mengambil makanan. Paman pasti lapar, kan." Sementara ia berbicara, tangannya menyentuh kepala pria yang jelas lebih dewasa darinya.

[END] Melarikan Diri Usai Mencuri Benih Tuan NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang