35

175 60 71
                                    




Happy Reading




🌴🌴🌴🌴

Askara tiba-tiba membuka matanya secara pelan, menyamakan sinar cahaya yang ada diruangan—kepalanya masih terasa pusing. Ia terdiam beberapa detik, memandangi sosok orang yang sedang menggenggam tangannya sambil menangis.

"Mama ...."

"Ma ...."

"Iya sayang,"

"Adel udah sadar kan? Adel baik-baik aja kan? Bilang sama Kara Ma! Bilang Ma!" tanya Askara dengan bibir bergetar

Chalista hanya memandanginya tanpa mengeluarkan suara. Hatinya begitu sakit—melihat keadaan anaknya yang bisa di bilang, jauh dari kata baik-baik saja. Chalista hanya bisa menunduk sambil terisak—membuat Askara semakin khawatir.  Laki-laki bermata hazel itu, ingin beranjak dari brankar. Namun, ada satu tangan lembut yang menahan bahunya.

"Kamu mau kemana Kak?" Wanita itu langsung menarik tangan Askara agar masuk kedalam dekapannya.

"Kamu mau kemana Kak?" Wanita itu langsung menarik tangan Askara agar masuk kedalam dekapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau lihat Adel Ma, Adel t--takut sendirian ... Adel pasti k--kedinginan, Adel kesakitan Ma disana!" Suara isakan Askara semakin terdengar pilu, laki-laki itu makin mengeratkan pelukannya.

"Jangan seperti ini Kak. Hati Mama sakit," tanpa sadar ibu dari dua anak itu ikut menangis.

"Kara t--takut Ma, Adel pasti sembuhkan, Ma? Jawab Ma! Adel pasti sembuhkan?" Chalista hanya menanggapinya dengan anggukan dan memilih berbohong pada anaknya.

"Iya ... Adel pasti sembuh Kak, dia anak yang kuat. Tuhan pasti ngelindungin dia," ucap Chalista penuh dengan keyakinan

Tapi siapa sangka, gelengan cepat dari Askara membuat alis wanita itu saling bertaut satu sama lain. "Kara ngga salah kan Ma? Kara mau egois kali ini aja,"

"Kara minta sama tuhan, untuk tidak mengambil Adel dari Kara," ucap Askara sambil mencengkram kuat baju Chalista dengan kedua tangannya. Ia hanya takut tuhan akan mengambil miliknya.

"Kita hanya manusia biasa Kak, yang pada akhirnya akan kembali pada sang pencipta ... tuhan punya waktunya sendiri. Tanpa kita memohon juga kalo belum waktunya, tuhan tidak akan mengambilnya,"

Entah berapa tusuk jarum, hingga membuat dadanya begitu sakit ketika mendengar ucapan Chalista. Kalimat itu seperti menamparnya—terasa begitu jujur.

"Sekarang Kakak pahamkan?" Laki-laki itu hanya mengangguk

"Kara mau lihat Adel, tolong bantuin Kara, Ma."

"Iya sayang. Mama ambil kursi roda dulu ya." Ucap Chalista sambil mengelus puncak kepala anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Terlihat Chalista mendorong sebuah kursi roda kearah Askara dan membantunya untuk berdiri—duduk diatas kursi roda. Chalista langsung melepaskan kaitan cairan infus dan menggantungnya pada tiang infus yang ada di kursi roda.

ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang