pertama kali ketemu

2K 40 0
                                    

Matahari baru mengintip dari balik horizon, menyapa Kota Z dengan hangat. Namun, di sebuah rumah megah di jantung kota, seorang gadis remaja masih tertidur pulas. "Balqis sayang, bangun udah subuh ini, solat dulu," suara lembut Bunda Salwa memecah kesunyian kamar.

Balqis, gadis berparas cantik dengan hidung mancung, mata bulat, dan pipi chubby, adalah putri tunggal keluarga Argatara. Sayang, putri kesayangan ini terkenal dengan sifat manjanya. Kalau sudah tertidur, panggil sekalipun tak akan terusik. Bunda Salwa harus mengerahkan seluruh kesabarannya untuk membangunkan Balqis.

"Balqis sayang, bangun ya nak, masa anak gadis bangunnya siang sih," Bunda Salwa berusaha lembut.

"Enhmm, 5 menit lagi ya Bunda," sahut Balqis, matanya masih terpejam.

Bunda Salwa menghela napas panjang. Tak ada pilihan lain, Balqis harus mendengarkan suara merdu sang Bunda. "BALQS RADIAH ALMAIRA, bangun atau Bunda akan jual kucing-kucing kamu dan peliharaan kamu yang lain termasuk kura-kura kesayangan kamu!" ancam Bunda Salwa.

Sontak Balqis langsung bangun, lantas berlari ke kamar mandi. Mendengar semua hewan kesayangannya terancam dijual, Balqis panik. Bunda Salwa pun menghela napas kasar. Mengusap dada dan ekstra kesabaran. "Aduh, kelakuan anak siapa sih," gumam Bunda Salwa seraya keluar dari kamar putrinya.

Beberapa saat kemudian...

Balqis sudah siap dengan gamis dan hijab panjang, tak lupa cadarnya. Bedak tabur dan lip balm menghiasi wajahnya yang cantik. Meskipun sedikit bar-bar, Balqis sangat manja dengan kedua orang tuanya.

Balqis bergegas turun ke lantai bawah. Di sana, Ayah Abizar dan Bunda Salwa sudah duduk di meja makan.

"Assalamualaikum, Bunda sama Ayah," sapa Balqis.

"Waalaikumsalam sayang," jawab Ayah dan Bunda.

"Ya sudah sayang, segera habiskan makannya, Ayah mau bicara sama kamu sayang," ucap Ayah Abizar.

"Iya Ayah," jawab Balqis.

Setelah sarapan pagi, mereka berkumpul di ruang keluarga. "Ayah tadi katanya mau bicara apa sama Qis?" tanya Balqis.

"Sayang, Ayah berniat memasukan kamu ke pondok pesantren terbaik di Kota Z. Apa kamu mau sayang, lanjut sekolah di pondok pesantren?" tanya Ayah Abizar.

"Iya sayang, demi kebaikan kamu, Ayah sama Bunda sayang, kamu mau kamu jadi seorang hafidzah Al-Qur'an sayang," ucap Bunda Salwa lembut.

"Aku ikut kata Ayah sama Bunda. Kalau itu yang terbaik buat aku, aku ikut saja," jawab Balqis, tersenyum di balik cadar. Namun, hatinya terasa berat. Dia harus berpisah dengan orang tuanya dan hewan-hewan kesayangannya.

"Terimakasih sayang, sudah mau nuruti kemauan kami," ucap Ayah dan Bunda.

"Sama-sama Bunda, Ayah. Ini hari terakhir Qis di rumah. Gimana kalau kita jalan-jalan buat beli perlengkapan buat disana," ucap Balqis, menatap kedua orang tuanya.

"Boleh sayang, ayo kita berangkat sekarang," jawab sang ayah.

Mereka berangkat menuju mall. Di dalam perjalanan, Balqis melamun, memikirkan masa depannya di pesantren.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di mall. Ayah, Bunda, dan Balqis turun dari mobil. "Sayang, kita mau ke toko mana dulu?" tanya Bunda yang bergandengan dengan sang ayah.

"Ke toko buku dulu Bunda," jawab Balqis.

"Baiklah tuan putri, kita ke toko buku dulu, sesuai kemauan tuan putri," ucap Ayah yang berjalan di depan Balqis.

Tiba-tiba, terdengar teriakan seorang ibu-ibu. "Aaa! Awas, ada ular di sebelah kiri kaki kamu anak muda!" teriak ibu-ibu itu.

Balqis mendengar teriakan itu dan langsung berlari menghampiri seorang pemuda.

"Sayang mau kemana nak?" ucap Bunda Salwa.

"Mau menangkap mainan baru Bun," jawab Balqis.

"Apa, dimana nak, kamu jangan nakal sayang," ucap Ayah Abizar khawatir.

"Tuhhh yah, di depan sana," jawab Balqis, berlari menghampiri pemuda itu.

Balqis berlari ke arah pemuda itu dan berkata, "Jangan bergerak, diam disana!" Balqis menghampiri pemuda tersebut dan berjalan santai ke arahnya, lalu jongkok. Tanpa ada perlawanan dari ular, Balqis mengambil ular tersebut dengan tenang.

"Sekarang kamu bebas bergerak," ucap Balqis lagi.

"Apa yang kamu lakukan itu berbahaya," jawab Gus Atha, pemuda yang sedang didekati Balqis.

"Saya udah terbiasa dengan hewan-hewan ini," ucap Balqis dengan santai.

"Waaahhh, itu gadis pemberani sekali ternyata, tidak ada takut-takutnya." Ucap ibu-ibu yang tadi berteriak.

"Iya benar sekali," ucap bapak-bapak yang juga menyaksikan kejadian itu.

"Balqis sayang, kamu udah kebiasaan ya maen tinggal ayah sama bunda. Kalau udah punya maenan baru jangan ngundang mereka kesini ya, termasuk teman kesat mata," ucap sang ayah Abizar.

"Iya Ayah, gak akan ngundang mereka kesini nanti semua pengunjung takut," jawab Balqis santai.

"Yaudah, sayang kamu sudah menyelamatkan pemuda ini," ucap Bunda.

"Nak, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Bunda Salwa pada Gus Atha.

"Saya tidak kenapa-kenapa kok Bu," jawab Gus Atha.

"Alhamdulilah kalau begitu," jawab Ayah Abizar.

"Ayah, aku mau lepasin ini dulu ke tempat aman biar tidak mengganggu pengunjung disini," ucap Balqis.

"Yaudah, Ayah tunggu disana," jawab Ayah Abizar sambil menunjuk sebuah bangku di depan mall.

"Baik Ayah, Balqis pergi dulu," ucap Balqis sambil berjalan meninggalkan mereka bertiga.

"Mari kita duduk disana," ajak Bunda Salwa.

"Iya boleh tuh mari," jawab Balqis.

"Om sama Tante, orang tua gadis mungil yang tadi menyelamatkan saya," ucap Gus Atha.

"Iya nak, kami orang tua Balqis, yang akan mengantar besok kepesanren terbaik di Kota Z," jawab Ayah Abizar.

"Itu pasantren milik kedua orang tua saya," ucap Gus Atha.

"Wah, berarti ini Gus muda yang di kagumin kaum hawa kan," jawab Bunda Salwa.

"Hehe, iya Tante, kayanya sih saya gak terlalu di anggap," ucap Gus Atha.

"Berarti saya titip putri saya belajar disana, tapi dia suka nakal kalau sudah di hadapkan sama 2 temannya," jawab Ayah Abizar.

"Emang siapa teman nya itu Om?" ucap Gus Atha.

"Ya seperti tadi, dan ada satu teman nya tidak terlihat oleh kita," jawab Ayah Abizar.

"Hah, seperti jin gitu?" tanya Gus Atha.

"Iya, dia ada disini," ucap Bunda Salwa.

"Diaa siapa Tante?" jawab Gus Atha.

"Dia yang melindungi putri saya," ucap Bunda Salwa.

"Hah, kenapa saya merinding?" jawab Gus Atha.

"Pasti meinding karena dia berdiri disebelah kamu," ucap Balqis yang baru datang.

"Hah, dimana dia?" jawab Gus Atha.

"Aku udah bilangi di dekat kamu," ucap Balqis.

"Siapa yang dekat aku?" tanya Gus Atha.

"Tuh, s jelek," jawab Balqis santai.

"Sayang udah suruh pergi dia," ucap Ayah.

"Baik Ayah, jelek pergi dih, jangan ganggu,"jawab Balqis.

'Apa si cantik galak banget' ucap s jelek.

"Udah sana kamu pergi, atau aku usir dengan cara lain biar pergi selama lamanya," jawab Balqis.

'Jangan cantik, saya pulang dulu' s jelek.

"Ya sana pergi," ucap Balqis.

"Halah, dia kan cuman jin iseng," sahut Bunda Salwa sambil tertawa.

"Bunda, jangan ngomong gitu, dia bisa denger lho," jawab Balqis dengan wajah serius.

Gus Atha yang mendengar percakapan itu semakin penasaran. "Emang beneran ada jin yang nemenin kamu Balqis?" tanyanya penasaran.

Balqis mengangguk. "Iya, dia selalu ada sama aku. Dia teman aku," jawab Balqis dengan tenang.

"Hah, serem juga ya," ucap Gus Atha, merasa sedikit merinding.

"Serem? Gak kok, dia baik kok," jawab Balqis sambil tersenyum.

"Ya udah, Balqis, kita lanjut belanja ya, udah sore nih," ucap Ayah Abizar.

"Iya Ayah," jawab Balqis sambil menarik tangan Bunda Salwa.

"Gus, kita ketemu lagi ya di pesantren nanti," ucap Bunda Salwa.

"Insya Allah, Tante," jawab Gus Atha sambil tersenyum.

Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan belanja, meninggalkan Gus Atha yang masih berdiri di tempat, matanya tertuju pada Balqis yang sedang berbincang dengan orang tuanya.

"Dasar jin iseng," gumam Gus Atha sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Di dalam mobil, Balqis masih terus melamun. "Balqis, sayang, kamu kenapa lagi melamun?," tanya Bunda Salwa.

"Aku mikirin pesantren, Bun. Aku takut aku gak betah," jawab Balqis jujur.

"Kamu kan kuat sayang, semangat! Lagipula kamu gak sendiri, kan ada Allah," ucap Bunda Salwa menghibur Balqis.

"Iya, Bun, Insya Allah aku bisa," jawab Balqis.

"Balqis, kamu jangan takut ya, kamu pasti betah di sana," ucap Ayah Abizar. "Kamu kan pinter, dan pasti akan banyak teman di sana."

Balqis hanya mengangguk dan tersenyum. Meskipun dia merasa takut, dia berusaha untuk tetap tegar. Dia tahu, keputusannya untuk masuk pesantren adalah yang terbaik untuknya.

Setibanya di rumah, Balqis langsung berlari ke kamarnya. Dia ingin menenangkan diri dan merenungkan semuanya. Di dalam kamar, Balqis mengeluarkan semua boneka kesayangannya dan memeluknya erat-erat.

"Kalian harus kuat, ya, selama aku di pesantren," bisik Balqis pada boneka-bonekanya.

Balqis juga mengeluarkan kura-kura kesayangannya dari akuarium. Dia mengelus cangkang kura-kura itu dengan lembut.

"Aku janji akan cepet pulang dan main sama kalian lagi," ucap Balqis sambil tersenyum.

Balqis menutup matanya dan berdoa, memohon kekuatan dan keberanian untuk menghadapi masa depannya di pesantren.

"Ya Allah, berikan aku kekuatan dan keberanian untuk menghadapi semua tantangan di pesantren. Bimbing aku untuk menjadi hamba-Mu yang baik," doa Balqis dalam hati.

Hari berganti hari, Balqis semakin dekat dengan hari keberangkatannya ke pesantren. Dia semakin sering melamun, memikirkan kehidupan barunya di sana.

"Balqis, sayang, kamu jangan sedih terus, ya. Kamu kan akan bertemu dengan banyak teman baru di sana," ucap Bunda Salwa.

"Iya, Bun. Aku berusaha untuk tidak sedih," jawab Balqis.

"Balqis, kamu harus semangat! Kamu akan jadi hafidzah Al-Qur'an. Itu sangat mulia, Balqis," ucap Ayah Abizar sambil mengelus rambut Balqis.

Balqis hanya mengangguk dan tersenyum. Dia berusaha untuk bersikap tegar di depan kedua orang tuanya. Dia tidak ingin mereka khawatir.

Pada malam hari, Balqis terbangun dari tidurnya. Dia merasa tidak bisa tidur. Dia teringat dengan pertemuannya dengan Gus Atha di mall.

"Gus Atha, aku akan ketemu kamu lagi di pesantren," bisik Balqis sambil tersenyum.

Balqis kembali memeluk boneka kesayangannya dan menutup matanya. Dia berharap, dia akan segera bertemu dengan Gus Atha di pesantren.

Bersambung...

Istri Barbar Gus TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang