Prepare

926 29 1
                                    

Aku terdiam sejenak.
Aku berpikir sebentar untuk mengecek Line, tetapi apa guna. Tiba-tiba saja aku sudah dalam keadaan yang ingin sekali menangis. Ya, menangis karena terharu. Tak sia-sia aku belajar bertahun-tahun disekolah yang cukup membosankan.

Aku segera mengirim pesan ke Ratri yang tak punya Line saat itu, Ratri juga mengelap air matanya, aku bahagia bersamanya.

Aku diterima.
Bukan oleh lelaki tampan kahyangan dambaanku.
Tetapi oleh sekolah yang selama ini kunanti.
Aku resmi jadi siswinya.

***
Beberapa hari setelah itu, dalam keadaan puasa, kering serta panas merajalela, aku serta ibuku rela pergi ke sekolah, untuk mengurus ini-itu yang tidak kumengerti dan tidak ingin kumengerti. Sementara ibuku mengurusnya, aku pergi mengelilingi sekolah ini. Luas, keren, semuanya indah di mataku. Aku bahagia bisa menginjakan kaki disini. Setelah lama sekali aku hanya bisa melihat dari gerbang sekolah, sambil teriak kepada teman-temanku, "Ini, inilah! Sekolahku! Kelak, aku menjadi siswi disini!" dan teriakanku hanya dibalas beberapa bunyi tarik-menarik ingus, yang menjijikan. Tetapi makin kesini, teman-temanku nyambung lalu menginginkan sekolah ini seperti aku. Aku bahagia, walau mereka ternyata tak seberuntung aku.

Mereka.
Mereka tidak bersamaku lagi, mereka pergi mencari jati diri disekolah lain.
Aku? Dengan siapa aku bertukar cerita lagi?
Bisakah aku beradaptasi nanti?
Hei, siapapun yang kusebut 'mereka',
Bisakah membantuku?

"Kis, ayo, pulang." ibuku menarikku keluar sekolah. Aku tersenyum melihatnya, sama dengan senyumku meninggalkan sekolah lama. Tiba-tiba smartphone-ku berbunyi, ada pesan dari seorang Ratri.

"Syukurlah kalau begitu, Kis! Kuharap kita sekelas lagi! Aku sangat berharap!"
Aku semakin tersenyum sembari menelan lagi air mata.

GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang