Sedikit Percakapan Dengan Chiro

393 16 4
                                    

Hari ini hari Senin. Happy monday good people!
Fyi, #GalaTaken it's a new and hot topic in this class!

"Waw," aku berjalan menyusuri barisan-barisan meja GalaMania, atau orang-orang yang sekadar mengikuti topik obrolan, dengan perasaan yang tak terduga. Aku menahan mulutku untuk terus tertutup erat, tidak menganga begitu saja, sangking kagetnya. Semua, ya, semua, membicarakan tentang Gala yang sudah taken. Sementara aku jomblo? Tak ada sehelai manusia pun yang peduli.

Tak lama, seseorang menepuk bahuku. Seperti tepukan Ratri.

"Cie, yang kemarin buka kartu. Untungnya gue udah curiga dari awal," kepalaku menengok ke sumber suara, terlihat Chiro dengan rambut pendek khasnya.

"Eh, Chiro.." "Apa maksudmu?" Pura-pura bego saja, deh.

"Duh, Kisen, Kisen.. Gak inget kemarin siapa yang membongkar rahasia Gala?" Chiro tersenyum jahil.

"Iya, aku. Hehehe," tawaku. Kepalaku pegal karena kelamaan mendongak ke arahnya yang bagai galah itu.

"Emang siapa, sih, Kis? Gala taken sama siapa? Hm, Kisen deket juga, ya, sama Gala? Hahahaha," Chiro tertawa, tertawa biasa, tapi penuh arti.

"W, sesuai kata Alma."

Hening.

Tiba-tiba, grep! Tanganku tercengkram erat. Chiro mengajakku keluar kelas yang ribut itu. Ia membawaku terseok-seok, seakan aku layangan putus. Cengkraman anak karate seperti dirinya sangat menyakitkan.

Didepan kelasku yang merupakan teras gedung dengan kursi panjang berwarna abu-abu, hmm, sebenarnya, sih, berwarna beige, cuma seiring bertambahnya usia, menjadi kusam abu-abu. Atau memang warna aslinya itu, ya? Entahlah. Tapi, yang jelas, warna utama kursi itu adalah kesan natural dari kayu, kecoklatan.

Kursi panjang itu tak mempunyai kaki, namun tersambung ke pilar sekolah. Di depannya, tersedia satu wastafel yang tak jarang mampat karena gugurnya daun yang jatuh dari pohon-pohon besar. Ya, seperti yang sudah kubilang, kelasku strategis. Jadi, cukup duduk disana, kau sudah disuguhi pemandangan teman-teman yang ke kantin, kakak-kakak kelas cantik dan tampan bersolek dan nongkrong bareng, bersama taman serta tempat duduk yang menyenangkan untuk dihinggapi (kudengar sekarang ditambah lagi kursi baru, dan lebih natural), dan guru-guru yang berlalu lalang membawa berkas berat, atau guru BK yang sengaja melirik sana-sini untuk melihat kerapihan siswa-siswinya. Aku cukup trauma dengan tingkahku serta tatapan guru BK yang menjadi ganjaran yang pantas kuterima. Jadi, saat itu--

"Kisen rambutnya bagus, ya! Coba digerai, deh," pinta salah satu temanku (aku lupa siapa) dan dengan muka sombong, kulepas ikat rambut hitam itu dan sengaja berlari dengan menggoyangkan rambut ke kanan dan ke kiri, berharap akan menampar wajah orang yang melihatnya.

Tapi, tanpa kusadari, aku sudah keluar dari kelas saat pelajaran kosong, dengan guru BK diseberang taman, melipat tangan, mengangguk-angguk wajahnya, dan berusaha mencari tahu siapa anak bandel yang melanggar satu aturan penting sekolah: mengikat rambut yang panjangnya lebih dari bahu.

"HEI! SIAPA YANG DISITU?" suatu suara dengan berbagai hentakan, lalu diikuti dengan kakiku yang lari ngibrit.

Sampai dimana, tadi?

**
Didepanku telah berdiri seorang Chiro, perempuan yang tak lama ini kukenal, berperawakan tomboy, dan bisa menyesuaikan berbagai ekspresi sehingga tampak satu pikiran denganku. "Moona, ya?"

Aku menjawab pasti. "Bukan."

Chiro mengangguk dan pergi. "Okay. Kukira Moona.'Kan bisa saja W itu dari Moona Winarko, haha,"

Ada-ada saja Chiro. Aku tertawa.

"Eh, tunggu Kis. Kalau bukan Moona, siapa? Teman sekolahnya yang dulu, ya?"

"Iya, kayaknya. Tapi katanya mereka LDR. Mungkin si anak itu pindah,"

"Iya juga." Bel berbunyi keras. Menusuk telingaku. Chiro meninggalkanku dan mengambil ancang-ancang untuk berbaris. Pointtwo ditakdirkan sangat menempel dengan ruangan lain, maka itu, barisnya macam kaleng sarden. Namun, pikiranku terbang melayang, tak ikut berbaris denganku.

Tampaknya, Chiro juga penasaran!

GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang