Lebah

646 17 7
                                    

Malam itu, saat menjenguk Dihan, aku tak tahu harus menggambarkannya seperti apa.
Yang jelas, ia laki-laki terkuat yang pernah kutahu. Dan ia selamanya tak akan kulupa.

Aku ingin bersamanya.
Tapi, setelah urusanku dan Galaksi selesai.

Mungkin kalian bertanya, memangnya belum selesai?
Kupikir, malam itu akan selesai. Namun lain cerita ketika aku sampai ke rumah dan tiba-tiba mendapat pesan dari Galaksi.

"Gimana tadi? Nangis gak?"

Aku gak tahu darimanakah ia tahu aku menjenguk Dihan karena bukan urusannya, namun kubalas saja, "Enggak dong. Senyum mulu nih daritadi."

"Baguslah." Katanya. "Ceritain dong kronologisnya."

Galaksi memang gak pernah bisa buat jempolku berhenti mengetik. Akhirnya semua cerita keluar begitu saja, mulai dari aku menunggu jam besuk, masuk ke kamarnya, melihat dirinya, bicara dengannya..

"..He is the strongest, Gal." kataku menutup percakapan. "Dia kuat banget, dia masih berusaha bikin kita ketawa juga, bahagia juga."

"Seneng dengernya."

"Iyalah, lu harus seneng dengernya! Dia baik banget asli. Coba aja dia tau, kalo gue itu sama dia."

"Itu apa? Lo suka?"

"Siapa juga sih yang gak suka sama dia? Baik, kuat, ganteng lagi. Hahahaha."

"Gue gak suka."

Aku kesal, mengapa ia tiba-tiba begitu. "Gak nanya."

"Ya masa gue suka sama dia? Homo dong."

"Yaudah sih. Tapi dia tuh bisa menginspirasi banyak orang. Banyak yang kagum sama dia, Gal, salahsatunya gue."

"Udah ya, Kis. Gue gak paham hehe. Gue mau tidur.

Aku membaca pesan terakhirnya sambil mengerutkan alis. Lah, Gala kenapa? Kenapa jadi gini? Emang gue salah ngomong ya?

Biarin ah. Paling badmood karena pacarnya.

🌌🌌🌌

3 minggu sejak hari menjenguk itu, senyum masih melekat dalam diri. Gak bisa berhenti, memikirkan Dihan, memikirkan malam itu.. semuanya. Sampai ada di suatu hari dimana aku benar-benar tidak memikirkan Galaksi. Semuanya mengalir begitu saja, dan orang yang paling terakhir kupikirkan sebelum tidur tentu saja Dihan. Aku dan Galaksi juga tak memulai percakapan lagi, kami sudah sibuk masing-masing, meskipun sekelas, kami serasa sangat jauh. Aku hanya bertemu ia bila tak sengaja berpaspasan. Sisanya, ya, aku tahu ia masuk hanya dari absen saja.

Aku tidak mencari-cari lagi ia dimana, duduk sama siapa, lagi apa di kelas saat jamkos.. semuanya sudah tak penting.

Aku rasa, aku sudah perlahan lupa akan Galaksi. Dan bukankah itu bagus? Jadi, ia bisa menjalani hubungan yang damai dengan Wedka.

Dan semua sosmedku tetap di block Wedka dan menurutku lama-lama itu bukan jadi suatu masalah. Dan mungkin, memang harusnya begitu.

Aku mendukung mereka sepenuhnya. Bagus sekali jika mereka masih bersama sampai sekarang.

Dan juga, tiap aku masuk, pasti tiada hentinya gosip atau ledekan orang-orang padaku yang masih sekitar Dihan. Sampai peristiwa menjenguk Dihan itu diketahui satu sekolah sehingga tiap aku ke kelas lain, orang akan bertanya, "Pacarnya kak Dihan ya?"

Hahahahahaha. Dulu, hariku tak pernah se-ringan ini.

Dan hari ini pelajaran Bahasa Indonesia, ketika kami duduk membentuk huruf U besar di kelas, dan aku berada di garis yang horizontal dan tepat di tengah. Menyenangkan, karena kau bisa lihat papan tulis dengan baik. Tapi sedihnya, aku lagi flu.

Daritadi, bersinku tiada henti, sampai terpaksa kuharus menjepit hidungku agar tidak bersin lagi.

Atau meminum air, agar bersinnya tertunda.

Malunya, karena kelas begitu hening, sehingga seakan aku heboh sendiri. Beberapa kali ada yang menyahut "Alhamdulillah." tiap kali aku bersin. Dan itu jadi buatku malu, kuakui.

Pandanganku pun juga jadi buyar karena mataku berair sama seperti hidungku, tenggorokanku juga panas. Flu itu menyebalkan!

Sesekali aku menundukkan kepala ke meja dengan berlipat lengan. Namun itu malah makin menghambat nafasku. Alhasil, aku hanya menutup hidungku dengan saputangan agar lebih tenang.

Aku hanya ingin dua; cepat bel istirahat dan fluku cepat hilang.

🌌🌌🌌

BEL pun bunyi juga, akhirnya, dan kami dipersilakan keluar dari ruangan. Aku tetap di kelas tapi keadaan bisa lebih santai. Aku mencoba posisi tidur berlipat lengan dengan mengganjal hidungku dengan saputangan, sambil menahan bersin. Samar-samar kelas terdengar sepi, banyak yang keluar, untuk shalat dan jajan.

Tiba-tiba, ada yang mengetuk mejaku dua kali, dan membuatku sontak terbangun. Tapi, tidak ada siapa-siapa.

Memang ada sekelebat orang berlari dengan cepat sekali. Mungkin, saat ia berlari, tangannya terketuk di mejaku.

Namun alangkah terkejutnya aku ketika aku melihat robekan kertas yang terlipat, tiba-tiba sudah ada di dekat lenganku.

Aku merasa aku tadi tak merobek kertas ini, jadi aku lihat saja isinya.

Dan ada gambar lebah terpampang disana. Coretan pulpen khas anak remaja.

 Coretan pulpen khas anak remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan lebahnya sedang... bersin.
Sepertinya seseorang menyindirku dengan kertas ini.

Awalnya aku berniat untuk keluar dan mencari, kira-kira siapa yang "niat" menyindir seperti ini, dengan cara selucu ini.

Namun tampaknya aku tak perlu buang tenaga, ketika kulihat di balik pintu, ada kepala yang melongok menunggu ekspresiku.

Galaksi disana, tersenyum.

Apalagi yang harus kulakukan? Aku juga tersenyum membalasnya. Jengkel? Iya. Tapi ada rasa yang entah, bangkit lagi.

"Jangan bersin mulu napa lu. Minum obat sana."

Aku melihat ke seisi kelas, kosong, dan hanya aku disini terduduk. Berarti, ia memang bicara padaku.

"Cepet sembuh ya Jom."

Galaksi pun pergi tanpa sempat kulempar senyum, tapi aku sudah dari tadi ingin meledak rasanya. Bisa-bisanya bocah itu!

Aku melihat kertasnya. Ngapain coba, coret-coret begini? Bukannya dengerin pelajaran, malah coret-coret.

Awalnya kertas itu mau kubuang, tapi kok, lucu juga ya?

Kusimpan itu di tempat pensil lamaku. Tak apalah, kenang-kenangan dari Galaksi. Siapa tahu nanti, bisa dikenang lagi.

Makasih ya, Gal.

Sampai sekarang, kalau kau mau tahu, kertas itu masih kusimpan. Waktu kenaikan kelas, aku mengganti tempat pensil dan tak sengaja melihat ini terlipat-lipat bahkan sudah luntur dari aslinya.

Ini bahkan sudah hampir terbelah dua, dan untuk difoto seperti ini harus dipegang dengan hati-hati, tapi masih saja kusimpan.

Waktu itu kubilang, mungkin ini bisa jadi kenang-kenangan kelak.

Dan sekarang ini-lah, yang namanya kelak itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang