His Flirting

116 25 1
                                    

Dentuman musik kembali mereda. Seorang penata rias datang dan merapikan rambut serta memberikan kembali riasan yang sempat terhapus oleh keringat. Sementara Yibo mencoba mengatur napas setelah melakukan gerakan koreografi yang sama berulang kali. 

Sutradara tengah mengamati hasil tayang ulang rekaman yang baru saja ia dan para penari latar lakukan. Yibo melangkah mendekat ketika penata rias sudah selesai dengan pekerjaannya. 

"Bagaimana?" tanya pria setengah baya yang baru kali ini bekerja sama dengan Yibo. Pemuda tersebut memperhatikan hasil tayang ulang dengan seksama. 

"Ternyata memang jauh lebih baik, Laoshi. Terima kasih atas saran yang kau berikan," jawab Yibo. 

Sebuah senyum puas terlihat dari pria tersebut. "Tidak, tidak. Justru aku yang harus berterima kasih padamu, Xiao Bo. Kalau saja, kau tidak mengusulkan metode pengambilan gambar seperti itu, kita tidak akan mendapatkan hasil sebaik ini."

Yibo hanya tersenyum dan mengangguk sopan. "Berarti kita tinggal merekam untuk segmen terakhir?" 

"Benar sekali," jawabnya. Ia lalu berseru ke lokasi syuting, "Ayo semua, kembali bersiap!"

Yibo melangkah memasuki lokasi syuting dan mulai mengambil posisi. Musik kembali bergema dan tubuhnya ikut bergerak sesuai dengan koreografi yang sudah ia hafal hanya dengan beberapa kali melihatnya. 

Dalam perjalanan pulang, Yibo merebahkan diri di kursi belakang mobil. Setelah ini, ia hanya bisa beristirahat sekitar dua jam sebelum kembali memulai syuting drama. 

"Xiao Zhan tadi datang ke kantor," ujar Yu Shi. "Bu Yu sudah menambahkannya di grup staf, kalau kau ingin melihatnya," tambahnya. 

Mendengar nama Xiao Zhan disebut, membuat Yibo kembali terjaga. Ia meraih gawai dan melihat grup yang dimaksud Yu Shi. Melihat obrolan mereka, hampir semuanya memberikan ucapan selamat datang kepada Xiao Zhan. Setelah melihat profilnya, Yibo lalu menambahkan Xiao Zhan sebagai teman. Ia menunggu beberapa saat sebelum akhirnya Xiao Zhan menerima permintaannya. Saat itu, idola muda itu menyadari bahwa yang bersangkutan belum beristirahat. Ia lalu mengirimkan pesan kepada Xiao Zhan

Selamat datang, Zhan Gege.

Yibo menatap layar gawainya dan kembali membaca pesan yang ia kirimkan. Sebuah ucapan selamat datang dari atasan ke bawahannya terlihat wajar dan tidak akan berarti apa-apa. Ia justru tidak mengharapkan balasan dari Xiao Zhan. Namun, ketika hendak meletakkan gawai, sebuah pesan masuk terdengar. Terdapat dua pesan baru dari Xiao Zhan

Asbddkkcihml

Maaf, Laoban, hapeku jatuh. Tolong jangan mengagetkanku seperti itu.

Tawa kecil terdengar dari mulut Yibo.

Ge, aku hanya menyampaikan ucapan selamat datang seperti yang lain. Kenapa harus kaget?

Ia melihat tanda di gawainya bahwa Xiao Zhan tengah mengetik jawaban. Selama beberapa menit, Yibo menanti balasan dari Xiao Zhan. 

Terima kasih, Laoban. 

Yibo mengerutkan keningnya dan berpikir mengenai jawaban Xiao Zhan yang hanya beberapa kata, tapi membutuhkan waktu beberapa menit untuk menuliskannya.

Tidak perlu berterima kasih. Istirahatlah, sudah malam.

Setelah mengirimkan pesan tersebut, Yibo meletakkan gawainya dan menyandarkan dirinya untuk tertidur sejenak.

****

Hari sudah menjelang malam, tapi Xiao Zhan  masih berkutat dengan desain untuk maskot yang mereka pinta. Jemarinya dengan lincah bergerak menggambar di atas IPad. Memang ada juga beberapa fasilitas yang disediakan oleh Yibo's Studio untuknya, tapi Xiao Zhan lebih memilih untuk bekerja dengan IPad miliknya sendiri, dengan alasan bahwa ia lebih nyaman dan lebih mengenal perangkat lunak yang ia miliki.

Behind The LensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang