If Only

117 26 2
                                    


Xiao Zhan bertemu dengan Yu Shi saat ia baru saja datang ke kantor keesokan harinya. Manajer Yibo tersebut baru saja keluar dari ruangan yang menjadi kantor pribadi sang idola.

"Ah, beruntung aku bertemu denganmu, Zhan Ge," ujar Yu Shi.

Mendengar panggilan yang diucapkan Yu Shi membuat Xiao Zhan langsung bertanya, "Ada apa?"

Pemuda yang pernah menjadi adik kelasnya tersenyum dan berkata, "Bujuk si keras kepala itu untuk tidak melaksanakan niatnya dalam memboikot media yang bermasalah denganmu kemarin. Mereka sudah memberikan permintaan maaf secara tertulis. Tentu tidak pantas, bila kita malah memboikot dan berencana mengajukan tuntutan."

Xiao Zhan melirik ke arah ruangan tempat Yibo berada. "Dan kau yakin kalau dia akan mendengarkan perkataanku?" tanyanya.

"Dia pasti akan mendengar perkataanmu," Yu Shi menegaskan. Ia menepuk pundak Xiao Zhan. "Semangat, Ge. Kau pasti bisa," ujarnya lalu melangkah pergi.

Xiao Zhan menghela napas lalu mengetuk pintu ruangan Yibo dan menunggu hingga sang idola mengizinkannnya untuk masuk.

Ketika Xiao Zhan membuka pintu, ia melihat Yibo tengah duduk bersandar di kursi dan bermain games di gawainya.

"Jadi, dia memintamu untuk membujukku?" tanya Yibo tanpa mengalihkan pandangannya dari gawai.

"Yu Shi bilang kalau kau berencana memboikot media yang kemarin."

"Mereka sudah bertindak kasar."

"Yibo, kau tidak perlu sampai memboikot dan mengajukan tuntutan."

"Kalau dibiarkan begitu saja, bisa saja ada korban lain selanjutnya."

"Tapi mereka sudah meminta maaf."

"Tidak menjamin apa pun, Ge."

Xiao Zhan kembali menghela napas. Memang benar perkataan Yu Shi bahwa Yibo bisa menjadi keras kepala.

"Yibo, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi kau bukan hanya sekadar idola sekarang, ada para penggemar yang menjadikanmu panutannya, seperti aku. Kalau kau bertindak seperti ini, bukankah artinya membenarkan tindakan egois tanpa memperhatikan perasaan orang lain?" bujuk Xiao Zhan. Ia melihat Yibo meletakkan gawainya dan memandang ke arah Xiao Zhan.

"Kalau kau menerima permintaan maaf mereka, orang akan melihatmu sebagai pribadi yang memang cocok menjadi panutan generasi muda. Bahwa dibalik usia mudamu, kau bisa berpikir lebih dewasa."

"Lalu bagaimana pendapat Gege?" tanya Yibo.

"Aku?"

Pemuda itu mengangguk.

"Tentu saja, aku akan sangat bangga padamu, bangga menjadi penggemar dan rekan kerjamu," jawab Xiao Zhan.

Yibo tersenyum mendengar jawaban Xiao Zhan. "Baiklah, aku akan menuruti perkataan Gege."

Mendengar perkataan Yibo, Xiao Zhan tersenyum manis. Kedua matanya menyipit. Perasaan lega terlukis di wajahnya ketika ia berkata, "Terima kasih, Lao Wang. Aku tahu kau pasti akan mengerti." Pria muda itu meninggalkan ruangan Yibo dengan senyuman tersungging di bibirnya. Senyuman yang mampu membuat Yibo juga ikut tersenyum.

Trikmu berhasil, Yu Shi. Sampaikan kalau kita menerima permintaan maaf dari mereka.

Yibo mengirimkan sebaris pesan ke Yu Shi. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menerima balasan dari rekan sekaligus manajernya itu.

Sudah kubilang, orang yang jatuh cinta gampang ditebak. Lain kali, jangan menunjukkan perasaanmu begitu jelas, Bo Di. Kita beruntung tidak ada penggemar atau paparazi yang ada di sana. Aku tidak mau harus mengurusi permasalahan cintamu juga.

Bukannya untuk itu kau digaji?

Yibo menerima serangkaian emoji dan meme sebagai jawabannya.

Belakangan ini, sepertinya ia memang semakin sering berinteraksi dengan dengan Xiao Zhan melalui pesan daring. Awalnya hanya sekedar bertanya tentang pekerjaan, tetapi setelah Yibo menyadari bagaimana Xiao Zhan sering melupakan untuk makan saat tengah sibuk bekerja, ia sering mengingatkan soal pentingnya mengisi perut meskipun banyak pekerjaan.

Xiao Zhan selalu membalas pesan Yibo dengan jawaban seperti, "Baik, Laoban," atau "Aku akan makan setelah pekerjaan ini selesai." Hal itu justru membuat Yibo sering mengirimkan pesan lain ketika ia senggang. Bahkan terkadang Yibo meminta Yu Shi bertanya ke rekan kerja Xiao Zhan dan memastikan apakah dia benar-benar sudah makan.

"Kalian itu persis seperti orang yang baru awal pacaran," ujarnya suatu ketika.

Seandainya saja mereka memang pasangan, Yibo pasti akan merasa bahagia. Namun, baik dirinya maupun Xiao Zhan sama sekali tidak pernah menyatakan perasaan mereka. Ia bahkan tidak tahu apakah Xiao Zhan mempunyai perasaan selain kekaguman sebagai idolanya.

Keduanya selalu bersembunyi di balik alasan bahwa hubungan mereka hanyalah sebatas hubungan kerja, mungkin teman baik dan tidak lebih. Namun, ia tidak dapat mengingkari bahwa hanya di depan Xiao Zhan, Yibo bisa menjadi dirinya yang sebenarnya tanpa perlu menjadi Wang Yibo, sang idola.

Xiao Zhan selalu menanggapi semua lelucon dan Yibo selalu menyukai wajahnya yang terkadang memerah ketika sang idola berulang kali memujinya. Ia bahkan pernah mengungkapkan bahwa betapa beruntungnya siapapun yang akhirnya menjadi kekasih Xiao Zhan. Kenyataan bahwa Yibo berharap dirinyalah orang yang beruntung itu, tidak pernah ia ungkapkan.

***

Sore itu, sepulang kerja, Xiao Zhan memilih untuk mampir ke sebuah kedai kopi. Ia harus mengunggah foto-foto hasil jepretannya ke situs Little Sunshine.

Xiao Zhan menatap layar laptop di hadapannya. Sesekali pandangan pria muda itu teralihkan oleh lalu lalang orang di luar kedai, bergegas menuju tempat tujuan mereka.

Mungkin memang menyenangkan mempunyai sebuah tempat dan satu tujuan yang dicapai dan tidak hanya mengandalkan ke mana arah hidup membawamu. Ia kembali melayangkan pandangan ke layar laptop, sebuah laman tertera, lengkap dengan sebuah desain bertuliskan Little Sunshine. Di samping laptop terdapat ID Card Y Agency dengan foto dan namanya. Bagian bawah ID Card itu tertera tulisan Yibo's Studio.

Memang banyak fansite master yang mempunyai pekerjaan tetap, tapi rasanya hanya sedikit yang ternyata bisa bekerja dengan idolanya di dalam perusahaan yang sama. Saat awal menerima pekerjaan ini, ia yakin kalau kelak Little Sunshine dan Yibo's Studio bisa dijalankan bersama. Namun, kini sepertinya semua tidak berjalan sesuai rencana.

Beberapa penggemar mulai mempertanyakan mengapa Little Sunshine tidak seaktif dulu. Bahkan ada yang menduga kalau fansite ini akan ditutup. Hal yang lebih mengejutkan adalah ada yang mulai memperhatikan bahwa semua foto yang diunggah Yibo's Studio mempunyai ciri yang nyaris sama dengan Little Sunshine. Tentu saja, karena yang mengambil foto adalah orang yang sama.

Sebenarnya Xiao Zhan tidak ingin meninggalkan Yibo's Studio, bukan karena ada Wang Yibo di sana, tapi karena suasana kerjanya sesuai dengan apa yang selama ini ia harapkan. Semua pegawai Yibo's Studio bagaikan sebuah keluarga besar. Mereka akan saling bercanda bahkan menggosipkan bos Wang Yibo ketika senggang. Namun, ia juga tidak mungkin melepaskan Little Sunshine, sesuatu yang membuatnya bertahan selama ini. Selain itu perasaan suka yang ia rasakan terhadap idolanya, Wang Yibo, juga semakin dalam.

Gawai Xiao Zhan kembali bergetar, sebuah pesan masuk dari Wang Yibo. Xiao Zhan menggeleng perlahan. Yibo akan terus mengirimkan pesan baik lisan atau tulisan jika ia tidak membalas, persis seperti anak anjing yang tidak ingin lepas dari majikannya. Namun, entah kenapa Xiao Zhan tidak merasa terganggu. Justru ia merasa ada yang hilang ketika ketika Yibo tidak mengirim pesan.

Ia mulai mengunggah beberapa foto terbaru Yibo ketika tengah mempromosikan dramanya sekaligus foto saat ia tengah memasuki bandara. Entah mengapa dalam setiap foto, Yibo seolah menatap ke arah kamera Xiao Zhan. Ia bahkan bisa merasakan pandangan Yibo yang selalu mencarinya.

Kini, ketika foto tersebut diunggah, tanpa sadar tangan Xiao Zhan menyentuh layar monitor, menelusuri setiap lekuk wajah sang idola.

Seandainya kau bukan seorang idola, Yibo, mungkin aku akan mengejarmu saat ini. 

Behind The LensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang