Bab 1: Kembar

291 11 4
                                    

"Mama ada urusan sebentar, mama pergi dulu ya"

Wanita tersebut kemudian pergi meninggalkan Asep yang masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.

"Reinkarnasi? Bagaimana mungkin, gue kira itu cuma mitos. Yah, setidaknya dengan ini gue memiliki kesempatan kedua. Terimakasih tuhan, kali ini gue akan menjalani kesempatan kedua dengan sebaik-baiknya."

Tiba-tiba, muncul wajah Udin dibenak Asep.

"Kira-kira, Udin sedang ngapain ya? Apakah dia juga bereinkarnasi kayak gue?"

Tak lama setelah itu terdengar suara dari sebelah Asep.

"Anjir, keren gue reinkarnasi, gg geming."

Kemudian mereka saling pandang.

"Udin?"

"Anjir, gila bayi bisa ngomong. Bayi setan"

"Sadar diri, lu juga kampret."

Kemudian Asep menyadari, bahwa meskipun mereka "berbicara", tetapi bibir mereka sama sekali tidak bergerak. Asep berpikir

"Telepati? Seingat gue, dulu gue pernah baca, bahwa saudara kembar, ada kemungkinan bisa telepati. Tunggu..., Kembar?"

Asep mencari kesana kemari, sebuah cermin. Kemudian, ia melihat lemari bajur dengan cermin di salah satu pintunya. Meski lumayan jauh, tetapi cukup untuk menampilkan refleksi dirinya.

Ia kemudian menyeret Udin ke depan cermin dan dugaan dia benar, ia dan Udin memang terlahir kembali sebagai anak kembar.

"BTW, lu siapa, dan kok lu bisa tahu nama gue Udin."

"Ini gue Asep, Sahabat sejati, sehidup semati lu."

"Asep? Yang minjem dulu pernah minjem seratus tapi nggak pernah dikembaliin?"

"Anjir, masih inget aja lu. Yang lebih penting, akhirnya kita bisa bertemu meskipun dalam wujub beda."

"Yoi, gue kira, nggak akan bisa ketemu lu sob. Di kesempatan kedua ini gue ingin menjalani hidup lebih baik daripada kehidupan sebelumnya."

"Iya gue juga bre. Oke, jadi kita ngapain sekarang?."

Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka.

"Din, pura-pura turu."

Lalu masuklah seorang pria dan seorang wanita. Sambil berpura-pura tertidur, Asep dan Udin mendengar mereka berbicara.

"Lihatlah para putri kecil ayah, sangatlah imut dan menggemaskan. Cantik, mirip seperti ibunya."

"Ih, kamu bisa saja sayang."

"Aku ingin memandangi mereka sepanjang malam."

"Mereka adalah bidadari kecil kita. Biarkan saja Shilla dan Shella tertidur, sekarang sudah malam."

"Yah, padahal aku masih ingat melihat mereka."

"Sayang."

"Baiklah, dadah matahariku."

Mereka kemudian keluar dan pintu pun ditutup. Mata-mata yang awalnya tertutup mendadak terbuka.

"Kamu dengar mereka Sep?."

"Iya. Jadi kita ini terlahir jadi cewek?"

"Gue nggak percaya, gue mau ngecek dulu."

"Jadi gimana?"

"Beneran anjir. Si dedek Joni sudah hilang entah kemana. Gimana ini?"

"Ya namanya juga reinkarnasi, kita ngegacha lahir jadi apa. Masih untung tetep jadi manusia. Kalau jadi slime gimana anjir."

"Betul juga, yaudahlah, kita terima nasib aja. BTW kata ibu dan ayah kita yang baru. Nama kita Shilla dan Shella. Jadi, siapa yang Shilla, dan siapa yang Shella?"

"Kalau diperhatikan lagi, di leher kita ada kalungnya. Dan di ujung kalung ada nama kita."

Udin pun mengecek, kalung yang melingkari lehernya, di ujungnya tertulis sebuah nama, Shella.

"Gue Shella berarti, lu Shilla."

"Ok, mari kita mulai membiasakan diri dengan nama baru kita."

"Siap."

"Gue sudah ngantuk, gue mau tidur."

"Gue juga."

Akhirnya mereka pun terlelap karena mengantuk dan menyelam menuju mimpi masing-masing.

Twin's TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang