Bab 11: PTSD

120 6 1
                                    

Suasana canggung sedang berlangsung di kantin sekolah.

"Jadi kamu memang Stevan T-Nager?"

"Shhttt. Jangan keras-keras. Ya, saya memang Stevan T-Nager. Tolong jangan kasih tau siapa-siapa."

"Oke, tapi kenapa kamu bisa di sini?"

"Jadi gini, kan kita konser di sini selama satu bulan. Nah, tentunya karena kita pelajar kita masih butuh sekolah. Makanya, selama di sini, kita juga sekolah, setiap anggota di pisah sekolahnya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kebetulan saya disekolahkan di sini."

"Oke, mudah dimengerti semoga harimu menyenangkan. Oh ya, omong-omong namaku Shella, salam kenal."

"Iya, kamu yang datang ke konser saya kan?"

"Wah, kamu masih ingat aku? Terimakasih."

"Sama-sama."

"Oh ya, boleh minta tanda tangan nggak?"

"Tentu saja boleh, kenapa tidak?"

"Terimakasih"

"Sama-sama."

Stevan tersenyum. Senyuman manis yang membuat siapa saja jatuh hati padanya, termasuk Shella. Namun, Shella membuang jauh-jauh perasaan itu. Ia masih mengunci hatinya rapat-rapat. Masih tersisa trauma di hatinya.

Bell sekolah berbunyi dan mereka kembali masuk ke kelas masing-masing.

Keesokan harinya...

Suasana kelas hari ini cukup heboh. Di depan kelas berdirilah Reva, bersama seorang gadis yang sangat cantik. Banyak anak-anak yang masih tidak percaya bahwa Reva akhirnya punya pacar.

Ada yang bilang bahwa Reva menggunakan pelet. Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa Reva menggunakan jasa pacar sewaan.

Tentunya Reva menyangkal apa yang dikatakan oleh semua orang, bahwa rumor yang beredar itu hanya mitos. Lalu, ada siswa yang bertanya bagaimana dengan anak kecil yang foto bersama dengannya di inggris.

Reva menjawab bahwa ia merupakan adik angkatnya, yang ia pungut di inggris. Dia tidak menjelaskan detail bagaimana bisa ia mendapatkan loli, karena keburu gurunya masuk kelas.

Di pojok kelas terdapat Shella yang sedang merenungi perasaannya, dari jendela kelas ia melihat Stevan yang tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya. Shella pun balas tersenyum dan melambaikan tangan.

Hari demi hari, mereka jalani seperti biasa. Stevan dan anggota T-Nager lainnya masih mengadakan konser dan Shella terus menonton. terkadang mereka saling bertemu dan berbincang. Semakin lama, benih-benih cinta mulai muncul di antara mereka. Namun, Shella masih menyangkal perasaan tersebut.

Hingga hari terakhir Steva berada di negeri ini. Di depan pohon belakang sekolah, Stevan menyatakan perasaannya kepada Shella. Awalnya Shella menolak, karena ia masih trauma dengan kejadian sebelumnya.

Namun Stevan meyakinkan Shella bahwa ia takkan begitu. Akhirnya hati Shella pun mulai luluh. Namun Shella berkatan bahwa ada satu masalah besar. Yaitu seorang idol tidak boleh memiliki kekasih.

"Dua tahun lagi, aku akan pensiun menjadi idol dan akan menetap di sini. Pada saat itu, maukah kamu jadi pacarku?"

Daun daun pohon mulai berguguran di sekitar mereka, menambahkan unsur romantis. Walaupun itu ulah dari Reva, Elana dan Ania yang gabut.

2 tahun kemudian...

Shella berjalan menuju ke dalam bandara. Setelah lama berjalan, ia akhirnya melihat seseorang yang ia cari. Orang tersebut berbalik dan berkata.

"Yo, sudah dua tahun nih, jadi gimana jawabanmu?"

"Ya."

Twin's TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang