Dugh...
"Aduh."
Shella terlihat berlutut di depan kakaknya yang sedang membawa sapu lidi andalan emak-emak.
"JELASKAN! APA MAKSUDMU TADI !?MALAH NGAJAK RAY MANDI BARENG, KAMU MAU BIKIN KAMAR MANDI JADI LAUTAN DARAH!?"
"Ma, ma, maaf, tadi cuma basa-basi doang."
"ALASAN MACAM APA ITU!?"
"Tapi kan kita sering mandi bareng waktu kecil."
"ITU DULU WAKTU KECIL!! SEKARANG KITA DAH REMAJA!!"
"Ma, maaf, nee-chan. A, a, Ampun."
"Tiada ampun bagimun."
"Tidaaaaaak..."
Shella kemudian telah tepar sehabis digebukin tanpa ampun oleh Shilla. Shilla kemudian melihat ada dompet Ray tergeletak di lantai. Mungkin jatuh saat tadi ke sini.
"Sebagai hukumannya, buatin es kepal nilo 2. Buat aku semuanya tentunya. Aku mau pergi dulu ke rumah Ray, ini dompetnya ketinggalan."
"Siap, nee-sama."
Shilla kemudian pergi ke rumah Ray. Setelah sampai ia kemudian menekan bel rumahnya Ray.
"Siapa?"
"Shilla "
"Ada apa kesini?"
"Dompet mu ketinggalan."
"Eh, iyakah? Aku nggak nyadar, terimakasih. Masuk aja nggak dikunci kok."
"Sama-sama. Ok aku masuk ya, Permisi."
Shilla kemudian segera masuk dan berjalan menuju kamar Ray. Saat ia membuka pintu kamar Ray, ia melihat Ray tanpa busana dan hanya memakai handuk untuk menutupi adik kecilnya.
Shilla langsung reflek menutup pintu. Wajahnya terlihat memerah dan sedikit mimisan.
"Ma, maaf. Aku nggak tau kalau kamu habis mandi. Beneran."
Ray yang wajahnya juga memerah karena malu, langsung berkata.
"Ng, ngak masalah. Berarti kita impas ini. Tunggu sebentar ya aku mau pakai baju dulu."
"O, oke. Aku tungguin."
Setelah beberapa saat Ray akhirnya membuka pintu kamarnya.
"Oke, silahkan masuk."
Shilla segera masuk. Ia melihat sebuah laptop, dan tempat sampah yang penuh sama tisu, yang membuat Shilla jadi salah paham. Ray yang menyadari hal itu kemudahan segera meluruskan kesalahpahaman tersebut.
"I, itu bukan seperti yang kamu pikirkan, aku tadi habis nonton anime sedih bareng temenku, beneran, suer."
"Oke, aku percaya. Eh, ini dompetmu."
"Terimakasih."
"Sama-sama, aku pulang duluan y-. kyaa "
Tiba-tiba muncul kecoak entah dari mana di bawah kaki Shilla yang membuat ia kaget. Ia sebenarnya tidak takut kecoak, ia lebih takut tidak sengaja menginjak kecoka tersebut.
Karena hal itu Shilla mulai kehilangan keseimbangan dan terjatuh menimpa Ray. Ray sekarang terbaring di lantai dengan Shilla yang berada tepat diatasnya.
Mereka saling pandang-memandang. Wajah mereka sama-sama memerah. Jantung mereka berdetak tidak karuan. Tiba-tiba pintu kamar Ray terbuka, muncul Reva dari sana.
"Oy Ray, gue pinjam sika gigi lu-."
Reva yang melihat hal itu langsung saja menutup pintu dan keluar.
"Maaf mengganggu waktu kalian, gue pinjem dulu ya dah."
"INI NGGAK SEPERTI YANG LU PIKIRKAN, REV."
Mereka membutuhkan waktu lama untuk menjelaskan hal itu kepada Reva.
"Oke aku pulang dulu ya. Dah."
"Dah."
Shilla kemudian segera pulang ke rumah dengan berlari, meskipun rumah mereka bersebelahan. Wajah Shilla masih memerah dan jantung masih berdebar kencang, begitu juga dengan Ray.
"Kalian berdua kayaknya cocok kenapa nggak pacaran aja?"
Ucap Reva sebelum ia menerima pukulan bogem mentah dari Ray. Semoga beliau bisa beristirahat dengan tenang di alam sana.
"GUE MASIH HIDUP, AUTHOR BANGKE!!."
***
Setelah kejadian itu, entaha mengapa suka senyum-senyum sendiri di kamar sambil guling-guling.
"Shel, kakak kamu kenapa?"
"Nggak tau tuh ma, sudah satu jam dia kayak gitu, kerasukan setan kali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin's Tales
SpiritualAsep dan Udin, dua sahabat karib sejak kecil, mengalami sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Ketika mereka akhirnya membuka matanya, mereka mendapati diri mereka di rumah tak dikenal. Hingga akhirnya mereka sadar, bahwa mereka telah berein...