10 - 𝙰𝚔𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝙺𝚊𝚖𝚞

750 407 262
                                    

There are many definitions of happiness, depending on the person who feels it.
(Definisi bahagia itu banyak, tergantung orang yang merasakannya).
-Gavin Arghaza

Gavin sedang dalam perjalanan menuju kediaman keluarga Jagakarsa,
jarak yang ditempuh hanya sekitar 20 menit saja.

Sampai di rumah kekasihnya,pak satpam berbadan cungkring yang mendengar suara bunyi klakson dari motornya sontak dengan sigap membukakan pintu pagar dengan senyum yang membuat kelopak matanya semakin menyipit tentu Gavin membuka kaca helmnya untuk merespon balik senyuman dari beliau.

Ia memarkirkan alucard di tempat yang semestinya, lalu berjalan menuju pintu utama dan mulai membunyikan bel rumah.

Pintu terbuka dengan lebar menampilkan sosok pujaan hatinya sedang berdiri menatap kearahnya dengan raut bingung mungkin ia nampak bertanya dalam hatinya.

"Ayo masuk dulu Gavin!" Ajak Farina dengan tersenyum manis dan sorot netranya terpancar bahagia karena tanpa aba-aba kekasihnya datang ke rumah.

Gavin bukannya merespon malah termenung menatap lekat setiap pahatan wajah Farina yang begitu perfect baginya. Farina yang sedang menggunakan baju santai rumahan serta aromanya seperti popcorn, membuatnya enggan berpaling pandang sungguh sangat kagum dengan ciptaan tuhan.

"Anjir malah bengong kenapa kamu?" Gavin akhirnya tersadar ia merutuki dirinya yang seperti patung baru saja akan membuka suara tapi pergelangan tangannya sudah dulu di cekal dan diseret masuk oleh kekasihnya, ia hanya menurut saja.

Begitu memasuki ruang tamu,ia melihat orang tua Farina sedang duduk berdampingan di sofa dengan iringan tawa sepertinya mereka sedang ngobrol santai dan libur kerja asumsinya.

Memang betul hari sabtu ini mereka tidak bekerja karena keinginan mereka, Arkananta dan Nindya memutuskan untuk ngaso dan menghabiskan waktu berbincang berdua dengan ditemani suguhan makanan dan kopi, karena bagi mereka uang bisa dicari tapi waktu yang hilang sulit untuk didapatkan kembali bersama orang tercinta,itu sebabnya ada kalanya mereka berkumpul bersama keluarga, terlihat seperti keluarga cemara bukan.

Gavin memandangi mereka sejenak berpikir jika saja almarhum ayahnya masih ada mungkin orang tua mereka akan harmonis dan menjadi keluarga cemara,sungguh pilu kehidupan bisa memporak-porandakan hati manusia dalam sekejap bisa berubah.

Farina membawanya mendekat kearah mereka, Gavin yang ditatap oleh pasutri tersebut tersenyum jujur saja dirinya deg-degan meskipun dia dan Farina sudah bersahabat sedari kecil dan ini bukan pertama kali ia bertemu orang tuanya tapi tetap saja aura seorang Arkananta memang selalu kelihatan berkharisma.

Gavin silih berganti menyalimi tangan beliau serta mencium punggung tangan dengan betah tersenyum kearah mereka.

"Om, tante Gavin izin bawa Farina keluar."

"Saya selalu percaya penuh padamu Vin tolong jaga Farina jangan sampai lecet sedikitpun." Ucap Arkananta penuh harap menatap Gavin dengan tersenyum tipis.

"Pasti om Gavin akan jaga selalu Farina dengan baik." Farina yang berada di sampingnya dengan refleks terkekeh kecil.

"Buruan sana ganti baju sayang kasian udah ditungguin Gavin tuh," perintah Nindya kepada anak gadisnya.

Farina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang