Chapter 14

514 272 467
                                    

Hai!
-Happy reading-
Btw nih kalian suka warna apa?
kalau aku tim hitam

Before reading, don't forget to click vote, comment, and share, thank you🤍

Dan kini ku tahu namamu uuu
Ternyata namamu Munaroh ooh....

🎶🎵

Suara musik tersebut berasal dari tetangga sebelah yang menyetel musik di pagi buta dengan volume sangat keras sampai terdengar ke rumah Gavin, hal itu membuat Gavin terusik dari aktivitas tidurnya.

"Sial ganggu mood pagi hari," racau Gavin tanpa membuka netra nya dan hanya tangan yang bergerak untuk menutupi telinga dengan bantal.

Kelopak mata Gavin mulai terbuka dengan sempurna, beralih posisi duduk sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis bangun tidur.

Ia yang hanya mengenakan celana boxer, bertelanjang dada sehingga menampilkan tubuh atletis serta perut sixpack yang tercetak jelas.

Gavin langsung bergegas untuk membersihkan diri, 15 menit waktu berlalu dirinya sudah mengenakan baju santai rumahan, lalu berniat  mengecek notifikasi handphone dan berpikir sejenak apa yang akan dilakukan dirinya di hari minggu yang menurut sebagian orang adalah hari yang di nanti untuk bersantai dari realitas kehidupan yang melelahkan.

Suara bel rumah dan gedoran pintu mampu mengalihkan fokus Gavin dari kegiatannya. Ia nampak heran siapa tamu yang datang di pagi hari.

Mencoba mengabaikan suara yang membuat gendang telinga merasa terganggu tapi ia cukup penasaran, mungkinkah ibu nya tidak mendengarkan bel rumah dan kemana maid belum ada yang membuka kan pintu. Ia mulai beranjak menuju pintu utama.

Saat pintu sudah terbuka, menunjukkan seorang pria tinggi yang sangat ia kenali membuat urat di tangan Gavin terlihat dan rahang mengeras serta jangan lupakan wajah datar tanpa ekspresi tanda ia tak menyukai keberadaan orang tersebut.

Sosok yang di maksud adalah ayah tirinya yang bernama Bima Pamungkas. Gavin masih berdiri di hadapan Bima. Ia tengah meneliti penampilan ayah tirinya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

Ia mengangkat alis saat melihat Bima tengah mengatur nafasnya yang tidak beraturan dan penampilan yang amburadul dengan baju kantor Bima yang kusut, mata merah dan rambutnya yang tertata tidak rapi belum lagi tercium bau alkohol yang menyengat. Ayahnya ini memang selalu menyusahkan ibu, perkataan ibunya hanya dianggap angin lalu.

Bukan pertama kali Gavin melihat ayahnya pulang pagi dengan keadaan seperti ini tapi ada yang membedakan kali ini Bima terdapat memar di wajah, Gavin menduga ayahnya tidak terima kalah judi dan berakhir berkelahi. Gavin tidak habis pikir pelet cinta apa yang diberikan Bima kepada ibunya sampai mereka bisa hidup bersama.

Dulu ia dan abangnya setuju karena yang terpenting bagi mereka kebahagiaan ibu dan menghargai keputusan ibu pasti yang terbaik. Tapi  lihatlah sekarang Gavin mendengar nama dan wajahnya saja sudah muak.

Emang apa yang bisa Gavin contoh dan banggakan dari seorang Bima Pamungkas? jawabannya tidak ada, pria itu hanya berjudi, selingkuh, mabuk dan berhutang sudah banyak kelakuan buruk dari tua bangka sialan itu.

Ingin rasanya Gavin mengusirnya dan berharap ibunya sadar dan beliau yang turun tangan langsung, sekarang ia biarkan saja nanti waktunya tiba ibu juga capek dengan sendirinya dengan perilaku buruknya mungkin sekarang ibu masih pakai hati jadi membuatnya masih bertahan.

Gavin jadi teringat dengan sosok abangnya yang bernama Giordano Arghaza dia sosok yang cuek, dengan badan kekar, alis tebal, hidung mancung, bibir tebal, rambut pirang dan memiliki tinggi 176 cm. Sudah lama Gavin tidak berkomunikasi dengannya terakhir kali bulan lalu dia jadi memikirkan gimana kabar kakak kandungnya.

Farina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang