Manusia tempatnya salah, sambat,
lupa dan misuh.
Farina Anjanitap vote sebelum baca>>
Belum sempat Aleta ingin bicara seorang guru dengan badan kurus dan berkepala plontos memasuki kelas untuk jam pertama.
Seketika keadaan kelas sangat bernyawa, semua siswa kini duduk dengan tenang, mendengarkan pelajaran bapak berkepala plontos sebut saja pak Riyadi. Beliau menjelaskan materi Fisika hari ini dengan jelas, dan mudah diserap ilmunya. Semua netra siswa kini tertuju menatap kearah depan apa yang akan dilakukan pak Riyadi, ternyata beliau berdiri untuk menulis rumus dan materi di papan tulis sebagai bahan belajar siswa di rumah. Menyuruh semua siswa menulis dibuku, merekapun menuruti perintahnya.
Senyap dan hening menggambarkan suasana ruangan XII MIPA 2, sebagian siswa rajin menulis materi, ada juga cukup difoto saja menyalin di rumah, tak sedikit dipojok belakang terlelap kealam bawah sadar.
"Shopia pinjem pulpen!" teriak Rio yang tangannya masih setia meraba-raba mencari benda tersebut di laci namun nihil hasilnya.
"Ga salah bandar pulpen colongan sekarang pinjem," sindir Sophia menoleh kearah lawan bicara yang berada di belakang tak jauh dari tempatnya.
"Pulpen hasil nemuin di meja ilang padahal gue taruh dilaci."
"Woi Rio udah gue ambil semua yang dilaci tadi pagi," imbuh Joko sembari menampilkan cengiran lebarnya.
"Anjir Joko malah lo yang pakai gue yang nemuin susah payah belum makai tuh pulpen," marah Rio dengan suara keras di bangku pojok belakang.
Belum sampai Joko buka suara, pak Riyadi menajamkan indra pendengarannya, sorot mata tajam bak singa kelaparan menyaksikan siswa yang mengusik ketenangan saat jam belajar dimulai membuat dirinya geram angkat bicara.
"Yang nulis tangannya bukan mulutnya jangan berisik jika tidak ingin bapak hukum."
Tak ada lagi suara Rio dan Joko, semua siswa enggan bicara. Diam mengambang dengan aktivitasnya. Gavin cuek saja dirinya malas menanggapi sekitar.
Farina yang merasa aneh dalam dirinya memutuskan untuk meminta izin pergi ke toilet seorang diri kepada pak Riyadi, beliau menyetujuinya.
Derap langkah kaki berjalan gontai keluar menuju lokasi yang dituju. Perasaan dirinya seperti akan terjadi sesuatu yang tak bisa diprediksi. Ia merasa pening dikepala, perut mulusnya seakan siap mengeluarkan cairan tak seperti biasanya ini bukan perkara telat makan feelingnya.
Sampai dengan tujuan terpampang nama toilet cewe, ia segera masuk. Setelah mengeluarkan cairan, ia berpikir untuk izin pulang untuk pergi konsultasi kepada dokter daripada bertanya digoogle malah makin kepikiran.
Gavin menunggu kehadiran Farina datang kembali ke kelas nafasnya gusar khawatir atau inikah ikatan batin entahlah.
Farina kembali ke kelas membuat senyum Gavin merekah dengan sempurna, tapi ia dibuat heran dengan pernyataan Farina yang meminta izin kepada pak Riyadi untuk pulang dengan tujuan ada urusan keluarga alibi yang bohong padahal ia akan pergi ke rumah sakit untuk cek kesehatan sendirian.
Gavin yang merasa ada yang aneh pada gadisnya segera ikut izin tidak bisa mengikuti pelajaran sampai selesai, memilih menyusul Farina yang sedang berjalan keluar dengan menggendong tas hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Farina
Roman d'amour||𝑭𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑴𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂|| 𝑫𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒐𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈-𝒂𝒎𝒃𝒊𝒏𝒈, 𝑭𝑨𝑹𝑰𝑵𝑨 𝑨𝑵𝑱𝑨𝑵𝑰 𝒎𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊 𝒔𝒆𝒈𝒂𝒍𝒂𝒏𝒚𝒂; 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒚𝒂𝒏�...