² hanya orang asing

170 14 0
                                    

Hai hai haaiiii.

Welcomeee back gaeesss.

Happy Reading

Aku terduduk diam didepan pintu kaca yang sedikit berwarna keabuan dibagian bawahnya.

Getaran ponsel disakuku membuatku tersadar, lantas aku mengambil ponselku dan berjalan menjauh dari posisi Nimas yang tengah mengunggu kabar dari dokter yang tak kunjung keluar dari ruang darurat.

Saat ini, aku dan Nimas berhasil membawa Ibuku kerumah sakit yang cukup jauh dari tempat kami tinggal belum lagi keadaan tanah yang tidak mulus membuat mobil sedikit susah untuk melewati jalan-jalan itu.

Keadaan Ibu yang tidak sadar-sadar dari pingsan membuatku sangat cemas sehingga meminta bantuan orang yang sedang menggunakan mobil untuk membantu Ibuku, dan tentu saja saat itu tidak langsung disetujui.

Aku menekan icon hijau dan menggesernya keatas lalu mendekatkan ponselku ketelinga.

"Asmara ya tuhan nakk, kenapa baru menjawab telepon?"

Aku menepuk keningku saat mendengar suara seorang wanita yang sudah tak asing lagi bagiku.

Wanita yang menemaniku selepas umurku yang ke-4 tahun. Namanya, Kinanti dan aku memanggilnya Mama Kinan.

Mama Kinan merupakan adik dari Ibu-ku, aku diadopsi olehnya karena beliau yang tidak bisa mempunyai anak dan kala itu perekomomian Bapak dan Ibu memang sangat susah untuk menghidupi aku dan Nimas yang saat itu masih kecil.

Aku dan Nimas berbeda 4 tahun, sedangkan dengan Raden aku berjarak  6 tahun. Aku yang berusia 24  tahun dan Nimas yang berusia 21 tahun sedangkan  Raden berusia 18 tahun.

"Maaf Mama, sampai dirumah tadi keadaan Ibu udah kacau banget. Dan sekarang Ibu masuk rumah sakit" Ujarku memcoba menenangkan nada khawatir Mama Kinan.

"Allahuakbarr, Rengganis. Mama belom bisa kesitu sekarang, Papa masih ada kerjaan Nak"

"Nanti aku katakan ke Bapak sama Ibu pasti mereka mengerti Ma, udah dulu ya Ma, kayanya Ibu udah keluar"

"Yaudah, kamu jangan lupa makan dan jaga kesehatan ya, disana dingin" Aku terseyum dan mengangguk mengerti lantas menyadari Mama tak bisa melihatku akupun menjawabnya dan berpamitan. Dan sesi telepon kami pun selesai.

Lantas aku berjalan kearah ruang dimana Ibu tadi. Bertepatan dengan itu aku melihat brankar Ibu yang dibawa keluar mungkin akan dipindahkan keruang inap. Aku mengikuti bersama Nimas hingga akhirnya Ibu sampai di kamar Inap.

"Kamu jaga Ibu dulu, Mbak mau keluar sebentar" Ujarku pelan setelah dokter dan perawat yang menangani Ibu telah keluar.

"Mau kemana Mbak? Ibu masih belum sadar, dan Mbak malah mau pergi?"

Tubuhku yang sudah berbalik kini berhenti entah mengapa aku mendengarkan nada tak mengenakan dari perkataan Nimas.

"Kamu kira Mbak mau jalan-jalan atau gimana?" Tanpa berbalik aku menjawab ucapan Nimas entah mengapa hatiku tak enak mendengar perkataannya tadi yang kurasa sangat merendahkanku.

Setelah mengucapkan kalimat itu, aku berjalan keluar dengan cepat. Aku juga mencemaskan keadaan Ibu, Nimas.

Selesai dengan urusanku dibagian administrasi aku berjalan keluar dari rumah sakit dan menemukan gerobak bertuliskan Bubur Ayam.

Mas? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang