9. jealous

445 101 17
                                    

Lisa pada akhirnya memilih untuk mengerjakan tugasnya di apartemen milik Junhoe sembari menunggu Rose datang. Gadis itu duduk di lantai tepat di samping sofa karena Junhoe membaringkan dirinya di sofa tepat di belakang Lisa sembari menutup seluruh badannya dengan selimut tebal hingga hanya kepalanya yang terlihat.

Sedari tadi Lisa terus menghembuskan nafas kesal dan sesekali mencoret-coret bukunya dengan pensil. Lisa memang selalu benci dengan tugas matematika. Sudah hampir dua puluh menit ia mengerjakan satu soal, tapi tak kunjung ia temukan jawaban yang tepat.

"Jika kau terus memaksa untuk menggunakan rumus yang itu, maka kau tidak akan pernah dapat jawabannya sampai besok pagi" ucap Junhoe yang akhirnya lelah berpura-pura tidak tahu sembari memperhatikan Lisa mengerjakan tugasnya sedari tadi.

Lisa menoleh kepada Junhoe dengan mengangkat satu alisnya. "Lalu bagaimana aku harus mengerjakannya?"

Junhoe menghembuskan nafas lelah. "Padahal kau yang lebih sering masuk kelas daripada aku, tapi kenapa soal seperti itu saja kau tidak paham sih? Ubah bentuknya dengan mengalikannya dengan lima x plus tujuh per lima x plus tujuh"

"Kenapa bisa begitu?"

"Aish, buka kembali buku pelajaranmu dan cari jawabannya sendiri. Aku yakin jika kau terus mendengarkan pasti kau punya catatan untuk itu"

Lisa yang penasaran akhirnya kembali membuka-buka semua buku catatannya dan benar saja, gurunya pernah mengajarinya tentang yang satu itu namun Lisa melupakannya. Harusnya lisa mengalikannya dengan penyebut yang dijadikan bilangan pecahan untuk merubah bentuknya.

"Wah, wah, wah. Bagaimana kau mengerjakannya dengan mudah padahal jarang masuk kelas? Kau saja tidak pernah mencatat apapun di kelas"

Junhoe tidak menanggapi Lisa dan malah menanyakan hal lain. "Apa itu? Biru-biru yang ada di dalam tasmu?"

"Ah ini?" ucap Lisa menunjuk biru-biru yang terlihat mengintip dari tasnya lalu kemudian mengeluarkannya untuk diperlihatkan pada Junhoe. "Ini adalah nasi goreng yang kubuat dengan cinta pagi tadi. Niatnya akan kuberikan pada eunwoo tapi tidak jadi"

"Kenapa?"

"Karena aku selalu gugup tiap akan menyelipkan sesuatu di lokernya. Selalu seperti itu dari tahun-tahun sebelumnya. Aku selalu menyiapkan hadiah di hari ulang tahunnya atau tiap dia menang lomba, tapi saat sampai di depan lokernya, aku selalu tidak berani menaruhnya" ucap Lisa diiringi dengan senyuman canggung.

Junhoe merubah posisinya menjadi duduk dan merebut kotak makan itu dari tangan Lisa. "Kalau begitu biar aku saja yang memakannya" ucap Junhoe membuat Lisa kaget.

"Eh, tapi itu sudah dari pagi tadi"

"Biarkan saja, aku lapar"

"Kau sedang sakit, aku bisa membuatkan bubur atau memasakkan nasi goreng baru untukmu jika kau mau menunggu sebentar"

Namun Junhoe tidak peduli dan melahap nasi goreng buatan Lisa. Pria itu mengunyahnya dan menggumam enak. "Rasanya lumayan, kali ini kunilai tujuh puluh dua karena rasanya pedas"

"Kan! Apa aku bilang! Berikan kemari nasi gorengnya dan akan kubuatkan yang baru. Kau sedang sakit, jangan makan makanan pedas"

Junhoe menarik kotak bekal berisi nasi goreng itu saat Lisa akan meraihnya. "Aku ini demam dan bukan radang tenggorokan. Jadi makanan pedas tidak jadi masalah. Lagipula makanannya masih layak untuk dimakan" ucap Junhoe dengan mulut berisi nasi goreng.

Lisa akhirnya menyerah dan cemberut di tempatnya. Memperhatikan Junhoe memakan nasi gorengnya dengan lahap.

Junhoe melirik ke arah Lisa dan menyodorkan satu sendok nasi goreng pada gadis itu. "Aku tahu kau belum makan karena langsung datang kemari, jadi aku berbaik hati memberi satu sendok nasi goreng ini untukmu"

Un-Pretty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang