Hari ini adalah acara kantorku, pergi ke pantai untuk bersenang-senang.
Orang-orang kesana kemari di pesisir pantai, banyak sekali orang. Karena bukan kantorku saja yang liburan.
Teman kantorku, ada yang berenang. Ada yang sedang makan, ada juga yang sedang bermain pasir bersama anaknya.
Dan aku, hanya duduk sambil bermain ponsel.
Aku memandang foto-foto langit yang kuambil, bagus sekali.
Cuaca hari ini sangat terik, jadi aku memutuskan untuk kembali ke penginapan."Hei Chandra, kau hanya akan di penginapan saja?" Suara seseorang membuatku menoleh ke belakang. Disana ada salah satu teman kantorku, Rachel marishka.
Aku merasa canggung, mengapa orang ini sok dekat?
"...iya."
"Membosankan sekali kau, pantas saja orang kantor menjauhimu." Dia berkata mengejek, tidak lupa dengan tawanya.
Orang-orang memandang kami, tetapi tidak ada satupun yang menegur wanita itu.
Aku tahu itu, mereka semua takut menegurnya karena wanita itu adalah putri dari sang CEO.
Tatapan wanita itu merendahkanku, aku tidak tahu kenapa.
"Yah, daripada kau tidak ada kerjaan. Lebih baik kau memotret diriku." Dia menarik pergelangan tanganku dengan keras, aku ditariknya ke pesisir pantai.
"Cepat foto diriku! Aku akan ke tengah laut, harus yang bagus fotonya!" Dia berteriak.
Aku mengarahkan kamera untuk memotret wanita itu, dia lebih ribet dari yang kukira.
"Sudah!?" Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Kalau begitu, ambilkan aku pelampung. Cepat!"
Aku mengikuti perkataannya, lagipula jika aku menolak. Aku pasti akan diancam dikeluarkan dari perusahaan. Sama seperti sebelumnya.
Masuk ke dalam penginapan, aku mencari pelampung yang dia suruh.
Ada seseorang di depanku dan menabrakku, membuat kamera milik wanita itu terjatuh.
"Kalau jalan pake mata." Kata orang yang menabrakku.
Bukankah harusnya aku yang berkata seperti itu? Tapi kenapa malah dia?
Aku dengan cepat meraih kamera itu, jika rusak. Mungkin saja aku akan dimaki-maki.
"Syukurlah."
Tidak ada yang rusak. Aku pun mengecek foto-foto yang kuperoleh tadi.
Aku memperhatikan salah satu gambar, ada yang aneh disana.
Ada sesuatu berwarna hitam di kejauhan, air digambar pun berwarna kehitaman.
Dan ada juga,
Ombak laut yang besar.
"TIDAK!!!"
Banyak suara bising diluar, aku pun mengintip ke salah satu jendela disana.
Orang-orang yang berada di lautan ditarik oleh ombak besar itu. Ada sesuatu di dalam ombak. Dan sekali lagi ombak itu berjalan ke arah pesisir pantai.
Ombak itu berjalan ke arahku.
Belum sempat melarikan diri, ombak itu sudah tepat di depanku.
Langit...tertutup oleh itu semua.
•••
Aku Chandra, seorang karyawan magang di salah satu perusahaan gadget.
Mari memperkenalkan diri.
Aku Chandra Danieswara, 23 tahun. Karyawan magang di perusahaan gadget dan juga seorang anak tanpa orangtua.
Aku adalah karyawan magang, itu sebabnya aku sering direndahi oleh senior karyawan tetap disana. Aku dianggap beruntung karena menjadi karyawan magang disana, namun menurutku. Aku lebih baik tidak bekerja di perusahaan itu.
Aku tidak punya satupun teman disana. Mereka hanya menganggapku sebagai angin lewat.
Dan hari ini pun aku direndahi oleh seniorku, padahal katanya hari ini adalah liburan untuk semua pekerja. Tapi mengapa aku tidak merasa senang?
Aku merasa kesal kepada orang-orang yang merendahiku. Aku ingin melihat mereka kesulitan, aku ingin mereka merasakan apa yang kurasakan.
Dan pada akhirnya, aku melihat itu semua.
Semua teman kantorku ada di pesisir pantai, tidak ada satupun yang di penginapan. Hanya aku saja.
Kalau begitu, mereka semua sudah mati ditarik oleh ombak. Bukan?
Ada perasaan senang juga kebingungan.
Dan aku juga tidak bisa berpikir jernih.
Karena aku juga telah dilahap oleh ombak besar itu.
"Hahhhh..."
Aku tidak mati, hal pertama yang kulihat adalah pemandangan mayat-mayat yang berserakan. Kini aku ada di tepi pantai, air di lautan terlihat baik-baik saja. Seperti tidak ada hal yang terjadi sebelumnya.
Aku bangun dan berdiri, melihat ke depanku. Disan8a, ada mayat-mayat teman sekantorku. Dan aku hanya menatap mereka.
"Kau..baik-baik saja?" Ada seseorang di sampingku, dia seseorang yang tidak kukenal.
"Aku baik-baik saja." Suaraku sedikit serak, namun harusnya dia masih bisa mendengarnya.
"Apa yang terjadi sebenarnya..." Ada seseorang lagi. Kini dia adalah seorang pria.
Apa yang terjadi sebenarnya. Itu juga aku tidak tahu. Apakah ini bencana atau bukan. Tapi yang kulihat, ada yang aneh dari bencana ini.
Kami menghampiri salah satu mayat itu, ada luka gigit disana. Tunggu, apakah air bisa menggigit? Bahkan bisa melahap kepala? Itu tidak mungkin.... kalau begitu, berarti ada sesuatu disana.
Itu hanya perkiraanku, dan jika itu benar. Berarti kami harus melawan mereka.
"Kita harus mengamankan diri dulu, kita tidak akan tahu kalau saja akan terjadi seperti ini lagi kan." Aku berbicara kepada mereka, ada tatapan ragu di wajah mereka. Sepertinya mereka ragu meninggalkan mayat-mayat itu.
"Walaupun ada seseorang yang kita sayangi mati disini, dia kini sudah mati. Sudah terlambat untuk menolongnya. Dan lebih baik kita menolong diri kita sendiri." Aku meyakinkan mereka, akhirnya mereka mengangguk setuju.
Kami pergi meninggalkan pantai kematian itu.
Dan tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?