Muncul seseorang dari semak-semak itu.
Seorang pria, penampilannya sangat buruk. Tubuhnya dipenuhi darah, dia habis mandi darah atau gimana?
Aku melihat Rasha menatapnya dengan tatapan ketakutan, mengapa dia melihatnya seperti itu?
"Kau...!" Rasha melempar pisaunya ke arah pria itu, tetapi dihindari.
"Hei, kau ngapain?" Arga bertanya, terkejut dengan apa yang dilakukan Rasha.
Rasha berdiri dan mendatangiku, "Kenapa?" Tanyaku.
"Dia yang membunuh orang yang memanah kita!" Kata Rasha.
"Kalau begitu bagus, kan? Berarti dia bukan kanibal."
"Memang bukan, tapi dia psikopat!"
Aku menatap pria yang dimaksud Rasha, dia masih berdiri disana.
"Ayo kita pergi kak!" Rasha menarikku agar aku berdiri.
"Enak saja! Bagaimana dengan makanan kita? Belum habis nih!" Arga memakan makanannya dengan cepat.
"Kau masih memikirkan makanan disaat seperti ini?" Rasha berjalan mendekati Arga dan menariknya.
"Memangnya kenapa? Apa masalahnya denganmu!?" Arga berdiri dan melepaskan genggaman tangan Rasha dari tangannya.
Aku ingin meminta penjelasan dari Rasha, namun dia malah bertengkar dengan Arga.
"Kakak, pria itu yang sudah membunuh semuanya." Dani memegang tanganku erat, aku mengelus tangannya.
"Dia tidak membunuh kalian, kan? Apa dia macam-macam ke kalian?" Tanyaku.
"Tidak, tetapi dia membunuh orang didepan aku dan kak Rasha. Mungkin karena itu kak Rasha takut dengannya."
Aku mendengar penjelasan dari Dani dan mengangguk, aku cukup paham situasinya sekarang.
Aku berdiri meninggalkan mereka bertiga dan berjalan mendekati pria itu, pria itu menatapku tak berkedip. Sampai tepat di depannya, aku menepuk pundaknya.
"Kau baik-baik saja? Siapa namamu?"
Aku bertatapan dengannya. Dia tidak membuka mulutnya.
"...aku Chandra, siapa namamu?" Tanyaku sekali lagi.
Pria itu menatapku, dan akhirnya membuka mulutnya.
"Aku, Sean."
...
Sean sudah bergabung dengan kami, walau ada pertengkaran kecil antara Rasha dan Aku.
Bukan hanya menatap Sean dengan tatapan takut, Rasha sekarang juga menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Apa karena aku membagi sepotong burung bakar? Tentu saja dengan kebaikanku aku tidak mungkin tidak membaginya.
Sean memakannya dengan lahap. Arga menatap sedih karena makanan bagiannya juga dimakan oleh Sean.
Aku melirik panah disamping Sean, dari mana dia mendapatkan panah itu? Apa dari lubang yang tadi aku masuki? Tapi, panah itu terlihat familiar, seperti aku pernah melihatnya di suatu tempat.
"Maaf." Kataku yang membuat mereka bingung.
"Aku mengambil buruanmu..." Lanjutku.
Sean menatapku dan mengangguk.
"Tidak apa-apa."
Aku mendorong makanan bagianku ke hadapan Sean, dia tidak membiarkanku mengasih bagianku kepadanya.
"Jadi karena itu kau dan teman-temanmu memburu manusia?" Tanya Rasha membuat kami semua menatapnya.
"Mereka gila karena tidak menemukan apapun untuk dimakan," jawab Sean seraya memakan makanannya.
"Aku menemukan burung dan memanahnya, tapi saat aku ingin mengambilnya aku didorong oleh temanku yang ingin membunuhku. Sepertinya dia ingin memakanku," lanjutnya.
"Memakan kau? Aku yakin tidak enak."
"Siapa yang tahu."
"Kalau begitu, darimana kau mendapatkan panah itu?" Tanyaku seraya menunjuk panah disampingnya. Aku sangat penasaran dia mendapatkannya dimana.
"Panah? Aku dapat di gunung ini," jawab Sean.
"Apa kau mendapatkannya di tempat yang sama dengan pedang ini?" Aku menunjukkan pedang yang kuambil saat aku di lubang itu.
Sean menatap pedangku dan menggeleng.
"Kau dapat darimana? Aku mau." Tangannya mendekati pedangku yang langsung kutepis.
Enak saja, ini pedangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?