Kupikir makhluk-makhluk itu sudah terbasmi semua, ternyata mereka muncul lagi dan lagi. Itu membuatku pusing.
Saat mereka melompat ke arahku, aku selalu bertatapan dengan mata merah mereka yang bisa membuatku kehilangan kesadaran. Mata mereka sangatlah menakutkan.
Belum lagi gigi-gigi mereka yang sangat tajam itu berhasil menancap di kaki sebelah kiriku. Sangat menyakitkan!
Kesadaranku sudah hampir hilang saat melawan mereka, darahku sudah keluar terlalu banyak. Aku menggigit bibirku, menahan sakit.
Bagaimana caranya kami hidup dengan melawan mereka? Mereka tidak habis-habis dan selalu muncul kembali. Air laut pun sudah naik sangat tinggi.
Ternyata, memang tidak ada pilihan selain mati.
"Apa yang kau pikirkan?"
Aku membuka kedua mataku, menatap Sean yang berada di depanku.
Ah, aku tadi pingsan ya. Aku lupa.
"Tidak ada."
Aku melihat Dani berlari menghampiriku, sehabis melawan makhluk yang mirip seperti ikan hiu itu. Aku pingsan karena kekurangan darah, kaki kiriku yang tergigit sudah dibaluti oleh kain saat aku bangun tadi dan tidak melihat siapapun di sekitarku.
Sekarang, baru ada Sean dan Dani. Dimana Rasha dan Arga berada?
"Mereka mencari makanan."
Aku mengangguk akan perkataan Sean, walau aku sedikit terkejut dia bisa membaca pikiranku. Aku mengedip-ngedipkan mataku, mendesis. Kakiku masih terasa sakit, rasa gigitannya masih membekas untukku.
Pandanganku sedikit kabur saat aku menatap ke depan, mungkin karena aku mengingat saat aku digigit. Urat kakiku menegang dan rasanya tambah sakit.
"Kak!"
"Hei..hei...Chandra kau kenapa?"
Aku berusaha menatap mereka dengan benar, wajah mereka sedikit blur dalam pandanganku. Tetapi, mengapa wajah mereka tiba-tiba terlihat mirip? Aku pasti sudah gila.
"Eh...kenapa wajah kalian jadi mirip? Jangan-jangan dia itu anakmu ya, Sean?"
Aku pasti sudah gila.
"Kau gila?"
"Nggak kak, aku itu gak punya ayah. Ayahku sudah mati."
"Kenapa bisa?"
"Eum, entahlah? Tiba-tiba dia mati."
Mengesankan.
Aku perlahan berdiri, menahan rasa sakit dikakiku. Pandanganku juga sudah mulai normal kembali.
Langit di atas sudah kembali menjadi gelap, aku pingsan cukup lama memang. Aku menyenderkan bahuku ke pohon, Dani juga mengikutiku. Sedangkan Sean sedang menyalakan api unggun yang tadi mati karena angin.
Aku meliriknya, dan memikirkan sesuatu.
"Kenapa kau juga tidak ikut mencari makanan bersama mereka?"
"Kau ingin aku meninggalkan anakmu itu?"
"Apa...dia bukan anakku, aku bahkan belum sama sekali merasakan wanita."
"Begitukah."
Aku mengerutkan alisku, mengapa pembicaraannya malah kesitu?
"Kupikir harusnya Rasha saja yang disini dengan Dani, dan kau yang pergi bersama Arga. Kenapa kau malah menyuruh seorang gadis untuk pergi?"
"Aku yang menyuruhnya pergi, jadi tidak ada urusannya denganmu kan."
Aku melebarkan mataku dan membuka suaraku, "Kau...dasar lela---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?