"Oh, ada orang lain disana. Bangunannya juga tidak hancur terlalu parah, mungkin kita bisa menemukan sesuatu disana."
Ah, benar. Ada beberapa orang disana, mungkin memang lebih baik kesana daripada disini yang isinya hanyalah mayat.
Aku melirik ke arah mereka yang sedari tadi bersamaku, tidak kusangka tanpa bertanya mereka langsung memperkenalkan dirinya sendiri.
Wanita itu bernama Rasha Medina, dan pria disampingnya bernama Arga Dwinata.
Dilihat-lihat juga mereka tidak seperti wanita dan pria, apa masih remaja?
"Anu, kak Chandra..." Aku menoleh.
"Kenapa?" Rasha menunduk, buat apa dia menatap tanah yang sudah jelek karena bencana tadi?
"Itu loh, anu...kakak udah makan?" Ah, pertanyaan bodoh.
Plak!
Bunyi tamparan terdengar nyaring, oh...enak sekali kepalanya bisa di tampar begitu.
"Bodohmu itu jangan sampai kelihatan Sha...! Buat apa bertanya seperti itu disaat seperti ini coba?"
"Lihat tuh. Mending kita kesana aja daripada kamu banyak ngomong yang gak guna!" Arga menunjuk kembali orang-orang disekitar bangunan itu.
Yah...kenapa dari tadi tidak langsung kesana ya?
Butuh beberapa meter untuk kesana, semakin dekat, semakin banyak terlihat mayat-mayat yang berserakan. Mungkin ini bencana terbesar di indonesia? Oh, entahlah.
"1 kata untuk mendeskripsikan ini semua, Gila." Rasha berkata sambil mengambil barang berserakan.
Di tumpukan itu terlihat sesuatu, hewan laut yang terdampar kah?
Aku mendekat dan membuka tumpukan-tumpukan itu.
Ada sebuah hewan aneh disana, berupa seperti ikan, mempunyai taring seperti singa, dan berduri tebal seperti landak.
'Hewan ini sudah mati?' Pikirku.
Aku mendekat dan mencoba meraih itu, tapi dengan cepat hewan itu bergerak menuju mataku, sangat cepat.
"Akh..." Arga mendorongku dan kami jatuh bersama, jika saja Arga tidak mendorongku mungkin saja. Duri yang berada di mata hewan itu menancap di mataku.
"Apaan sih!?" Hewan itu kembali bergerak menuju kami dengan sangat cepat, dia semakin besar, besar, dan besar.
Tsukkk.
Pisau menancap di ekor hewan tersebut, dan hewan itu langsung hilang begitu saja.
"Oh my god...kekuatan seorang putri?!" Rasha berteriak antusias.
Arga mengerutkan keningnya, "Kau apakan hewan itu? Hanya menancapnya?"
"Aku sertakan doa sih..."
"Doa?" Kali ini aku yang bertanya, sejujurnya aku sangat terkejut dia langsung bisa membunuhnya bahkan mampu membuatnya menghilang.
"Ya, aku sertakan doaku kepada Tuhan. Untuk menyelamatkanku!"
"Apa kalau beda Tuhan hasilnya akan beda?"
"Arga bodoh! Pertanyaan macam apa itu!"
"Aku hanya bertanya kok!"
Itu cukup keren, hewan itu menghilang begitu saja sebagai debu dan menyisakan duri-durinya. Tapi apa hanya seperti itu? Lemah sekali. Apa hewan tadi hanyalah ikan spesies baru?
"Oh? Apa hidup lagi?" Ucap Arga.
Ya, tiba-tiba muncul hewan seperti tadi lagi. Dan kini lebih...banyak?
"Duri-durinya berubah menjadi hewan itu?" Ucapku tak percaya, tidak..apa duri itu adalah anaknya? Tapi itu aneh sekali.
"Hei...kita yakin melawan itu?"
Aku menatap sekeliling untuk mencari sesuatu yang bisa kupakai untuk melawannya. Ah..ada batu dan karet.
"Kakak yakin bisa dengan itu?" Arga menatapku, dia mengambil seplastik tusuk gigi yang sudah kotor di tanah.
"Kita coba saja dulu."
Kami bertiga berlari sembari menyerang hewan tersebut, namun itu tak berhasil.
Kenapa?
Harusnya berhasil? Rasha tadi melakukan itu dan dia berhasil.
"Kata kau selingi berdoa kan? Aku sudah sambil doa tidak bisa tuh!"
"Hey...mana aku tahu Arga! Mungkin kau banyak dosa jadi tidak dijawab doanya!" Arga mendengus, dia banyak dosa? Kok tahu!
"Yah, mungkin bukan hanya doa. Tapi kita juga harus berusaha kan." Kataku sembari mengambil banyak batu dan kutaruh dikantung celanaku.
Aku melempar batu-batu itu tepat di hewan tersebut, namun kenapa masih tidak menghilang?
'Bagaimana ya.'
"Hei ngomong-ngomong, orang yang kita lihat sudah menghilang."
Apa? Beberapa menit lalu mereka semua masih terlihat di atas bangunan dekat kami. Apa itu hanyalah ilusi?
"Gila! Gimana cara bunuhnya ini!" Rasha dengan kekuatan bodohnya langsung melempar satu-satunya pisau yang dia miliki ke hewan tersebut, tepat di ekornya.
Ah, ya.
"Ekor!" Mataku melebar, aku langsung mengarahkan batuku ke bagian ekor hewan tersebut. Hewan tersebut menghilang. Oh jadi itu caranya?
'Ekor ya...' Mataku melirik ke tempat awal hewan itu muncul, ada duri yang bercahaya disana. Mungkin itulah penyebabnya.
Aku dengan cepat mengarahkan batuku untuk kulempar kesana.
'1...2...3...!'
Aku hanya melempar batuku ke arah duri tersebut dan membuatnya hancur, namun lemparanku membuat daerah itu bolong!?
Hewan-hewan itu menghilang satu persatu ketika aku selesai menghancurkan duri yang bersinar itu. Aku berjalan perlahan ke arah lubang.
Di lubang itu, tersisa satu permata yang bersinar.
Itulah hasil akhir dalam pertarungan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?