"Tulisan apa?" Sean menatapku yang terlihat serius saat membacanya.
"Tulisan..umm...yang aneh."
"Tulisan um yang aneh?" Rasha terlihat bingung.
"Kemarikan," titah Sean. Aku memberinya buku itu dengan linglung. Aku masih merasa bingung dengan buku itu, apa maksudnya sebenarnya.
Dani, Arga dan Rasha mengelilingi Sean karena penasaran. Wajah mereka terlihat sangat terkejut, namun harusnya tidak seterkejut itu juga.
"Menakutkan," lirih Dani.
Arga dan Rasha sudah menjauhi buku itu, mereka meringkukkan badan mereka.
"Kak..." Rasha memanggilku.
"Ya?"
"Apa kita akan bisa hidup kembali seperti dulu dengan situasi yang sekarang?"
"Mungkin iya, mungkin juga tidak."
"Akh!! Yang benar saja!!!"
"Hei santai saja Rasha, kau kenapa tiba-tiba takut seperti itu?"
"Tidak, kalau aku beritahu pun...kau tidak akan tahu rasanya menjadi wanita."
"Apa-apaan itu?"
Tuk.
Sean menutup buku itu dan menaruhnya, raut wajahnya tidak ada perubahan. Aku menatap dia tanpa sadar. Saat aku menatapnya, dia juga ikut menatapku. Kami seperti sedang mengikuti perlombaan tatap menatap, namun mata Sean akhirnya berkedip.
"Aku menang."
"Kau menganggapnya seperti permainan?"
"Memang, dan akulah pemenangnya."
"Terserahmu saja."
Aku mengendikkan bahuku, dan beralih menatap Dani, Arga dan Rasha yang sedang mendebati sesuatu yang aku tidak pahami.
"Kita harus mencari air dan senjata yang dimaksud oleh buku itu," ucap Sean dan aku beri anggukan.
"Ya, besok. Aku juga kangen sama air."
"Oh ya, kita belum minum ya dari kemarin."
"Menurutmu?"
"Harusnya kita minum air laut saja."
"Kau mau mati?"
Benar, jika mengambil air dari sana kami bisa mati. Karena makhluk-makhluk disana sudah menunggu kami untuk datang mengambil air karena kehausan. Namun bukan itu saja, air laut pun sebenarnya juga sudah tercemar dengan racun dari makhluk-makhluk itu.
"Kenapa aku selalu salah?"
Aku menatapnya sinis, "Masa bodoh."
***
.Kini matahari sudah naik kembali, aku merenggangkan kakiku. Rasanya sudah membaik, aku cukup senang. Semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena Sean selalu mengajakku berbicara, aku beberapa kali menanggapinya.
Namun akhirnya aku tidur terlebih dahulu tetapi dia tidak mempersalahkan itu, dan giliran aku bangun. Dia yang akan tidur setelahnya. Ini demi menjaga tubuh kami dari serangan yang tak terduga.
Aku berjalan santai menghirup udara yang sama sekali tida segar ini. Baru aku yang bangun, mereka masih ada di dalam mimpi. Aku berniat mencari apa yang ada di buku kuno itu semalam, namun aku tidak menemukan apapun selama perjalanan.
Yang aku temukan hanyalah hewan-hewan kecil dan beraneka ragam pohon yang berbuah lebat. Aku sedikit terkejut melihat itu, mengapa tiba-tiba bisa banyak makanan yang bisa dikonsumsi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?