ℭ𝔥𝔞𝔭𝔱𝔢𝔯 9

17 4 1
                                    

Singkatnya. Kami berhasil bersembunyi di dalam sebuah gua di dalam gunung ini. Makhluk-makhluk itu berbeda dengan yang sebelumnya. Membuatku muak. Sebenarnya ada seberapa banyak jenis makhluk yang menjijikan itu?

"Hah...hah..." Ah, aku harus berterima kasih kurasa. Kalau bukan dia yang menarikku untuk berlari mungkin aku masih diam saja tadi meratapi tempat itu.

"Kau..siapa namamu?" Tanyaku sambil meliriknya, dia menatapku dengan nafasnya yang belum teratur.

"Keizan panggil saja Kei." Aku mengangguk.

"Oke, terima kasih sebelumnya Kei."

Dia menatap heran, "Untuk apa?"

Dia serius bertanya?

"Menarikku." Sepertinya dia masih tidak paham namun aku tidak peduli.

"Hei menurutmu..bagaimana bisa monster itu muncul kembali?" Dia bertanya dengan raut wajah bingung. Sejujurnya aku juga tidak tahu. Tapi menurutku ini masuk akal.

Air diluar gunung pasti selalu naik dan naik, ketahuilah jika air naik itu sangat mempermudah makhluk-makhluk seperti mereka naik ke tanah.

Baru ingin menjawab 'aku tidak tahu' ke Keizan, aku malah mendengar sesuatu yang tidak ingin aku dengar.

Terdengar seperti suara harimau mengamuk, kami melirik ke arah keluar gua. Benar saja, ada harimau disana. Dan lebih parahnya lagi, makhluk dari dalam laut itu juga disana.

Gila.

Mereka melawan satu sama lain dengan brutal.

Harimau dengan cakarannya, dan makhluk itu dengan jarumnya.

"Mari kita panggil monster itu dengan monster jarum."

"Nama yang jelek."

"Aku tahu."

Sejenak kami tertawa bersama, lalu kembali melirik harimau itu kembali. Hei, dia sangat gigih kurasa.

Monster jarum yang tubuhnya lebih kecil dari harimau itu pun dengan mudahnya di koyak olehnya. Aku melihat darah sudah berjatuhan, dan berakhir dengan harimau sebagai pemenangnya.

Tetapi...mengapa harimau itu berjalan ke arah gua yang kami tempati?

"Aku rasa ini rumahnya."

Sialan.

Harimau itu sudah di depan kami, Keizan bersembunyi di belakang tubuhku. Dasar pengecut, apa dia pikir hanya dia yang takut?

Oh...aku tambah takut saat harimau itu mendekatiku dan menjilat pipiku. Jijik.

"Kau takut?"

Tidak...tolong katakan aku berhalusinasi. Bagaimana bisa harimau di depanku bicara?

"Hei..Keizan."

"Dia tidak akan bisa mendengarnya."

Tolong berhenti bicara.

"Aku akan memberi satu hal padamu. Temukan buku asli itu dan ikuti petunjuk disana. Jangan pernah kau berpikir negatif tentang apapun, sesungguhnya bencana ini akan berakhir jika kalian yang melawannya. Kami para binatang yang berada di atas tanah hanyalah pelengkap. Aku harap kalian bisa hidup normal kembali."

Aku ingin bertanya tentang sesuatu hal, namun lidahku tidak bisa digerakkan. Aku tidak mengerti dengan ini semua. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan dunia ini? Apa jika dia berhasil menemukan buku itu dan mengikuti petunjuknya. Orang-orang yang telah mati akan kembali?

Namun sebelum aku bisa bertanya. Harimau itu telah berlari entah kemana meninggalkan kami. Mengikuti pandanganku yang kian memburam.


Catasthrope Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang