Yang benar saja? Aku jatuh ke dalam lubang yang cukup dalam!
Kenapa aku sial sekali?
"Brengsek..."
Srekk.
'Huh?'
Ada bunyi di semak-semak di sebelah kiriku. Apakah ada sesuatu disana?
Aku memberanikan diriku dan menggeser semak-semak itu dengan cepat. Ada seekor burung yang terluka. Disayapnya tertancap sebuah panah yang mengakibatkan darah burung itu berjatuhan.
Apakah ada seseorang yang memburu burung ini?
"Ah, kalau begitu terima kasih."
Aku mengambil burung itu dan hendak membawanya keluar, terlihat ada sebuah cahaya. Pasti itu adalah jalan keluar dari lubang ini.
Tapi aku salah, itu bukan jalan keluar. Melainkan tempat harta karun.
Itu bukan emas ataupun perak, tetapi adalah pedang dan beberapa barang lainnya yang terlihat bagus. Bagaimana bisa ada barang seperti itu di dalam lubang?
Aku melangkah dan mendekati salah satu pedang disana. Terlihat mengkilat seperti baru dibuat, itu terlihat sangat cantik.
Tapi...untuk apa barang-barang ini?
"KAK CHANDRA!!!" Teriakan terdengar dari atas lubang. Itu suara Arga.
Tunggu, dari atas lubang?
"ARGA, HATI-HATI MELANGKAH ATAU KAU AKAN JA--" Teriakku saat aku mendengar langkah kaki yang cepat di atas, namun itu terlambat. Arga sudah jatuh terlebih dahulu ke lubang.
"Tuh...kan."
Aku mendekati Arga yang terlihat butuh bantuan, aku membantunya berdiri.
"Kenapa kau ada disini? Dimana Rasha dan Dani?" Wajah Arga menjadi pucat.
"Ah...aku terpisah dengan mereka. Saat kakak mulai menjauh, ada panah yang datang ke arah kami. Hampir saja panah itu mengenai diriku kalau bukan karena Rasha menangkisnya dengan pisau tadi..." Arga berkata dengan keringat di pelipisnya.
"Lalu kalian berpencar?"
"Benar."
Aku merasa aneh. Mengapa ada yang menyerang kami? Dan juga untuk apa?
Apa mereka berniat memakan kami karena tidak berhasil menemukan hewan yang bisa dimakan?
Tetapi jika benar mereka menyerang kami untuk memakan kami.
Rasha dan Dani akan dalam bahaya!
...
Atau mungkin tidak.
Rasha dan Dani baik-baik saja, bahkan mereka memegang senjata di tangan mereka.
"Oh, kak Chandra~!" Rasha berlari kecil saat melihat aku dan Arga, diikuti Dani.
"Rasha, kau baik-baik saja? Kemana orang-orang yang memanah kita tadi?" Tanya Arga saat dia tidak menemukan apapun disini selain kami berempat.
"Mereka? Sudah pergi tuh!"
Arga melotot tak percaya. Aku melirik ke arah Dani yang menundukkan kepalanya seraya mengggenggam kedua tangannya.
Aku mendekatinya dan menepuk-nepuk kepalanya perlahan.
"Kau baik-baik saja?" Tanyaku kepada Dani.
"Iya."
"Aku tidak ditanya kak?!" Rasha menarik tanganku agar aku menatapnya.
"Tidak perlu, kau terlihat baik-baik saja."
"Aih, jahat~"
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan menatap mereka yang terlihat kusut. Baju kotor dan robek, wajah dan tangan yang kotor.
Memang sudah saatnya membersihkan diri.
"Mari kita bersihkan diri terlebih dahulu."
Setelah berjalan beberapa menit, kami menemukan tempat yang cocok. Ada air terjun disana dan ada tempat yang bersih serta dibawah pepohonan. Bisa kami pakai untuk tempat istirahat.
Walau sudah malam, tapi gunung ini tidak terlihat gelap. Aku merasa kami sangat dekat dengan bulan dan bintang. Mungkin saja karena sinar bulan itulah yang membuat gunung ini tidak terlihat gelap.
Kami bergantian membersihkan diri. Dan berakhir kami duduk dibawah pepohonan yang tinggi itu.
"Aku menemukan burung tadi, dengan itu kali ini kita bisa makan." Kataku.
Aku berterimakasih kepada orang yang memanah burung itu, dan malah aku yang dapat.
Kami membuat perapian dan membakar burung itu setelah mencucinya dengan bersih. Tidak ada garam disini, jadi kami rasa hambar pun tak apa.
Aku yang membakarnya, cukup susah karena burungnya yang besar. Sambil membakar, aku melirik kedua remaja berbeda jenis kelamin itu sedang berbicara.
"Orang yang tadi itu kemana Sha?" Arga bertanya kepada Rasha.
"Orang yang mana?" Rasha mengerutkan keningnya bingung.
"Yang manah." Jawab Arga.
"Iya yang mana?"
"Yang manah, bego!"
"Ngomong yang jelas!"
"Kan itu udah jelas!"
"Apanya?" Tanya Rasha.
"Hah...maksudku tuh orang yang tadi me-manah kita kemana?"
"Oh, mati."
"HAH?" Arga terkejut dan berdiri, sepertinya itu refleknya.
"Ngapain berdiri?" Rasha menatap Arga bingung.
"Kaget lah, pake nanya."
"Oh."
Arga terdiam dan duduk kembali, ia hanya menatap Rasha dan tidak berbicara lagi.
Burung yang kubakar sudah selesai, dan sudah kuletakkan ke daun sebagai alas.
Aku membangunkan Dani yang sedari tadi tertidur dan duduk disamping Arga. Aku melihat Arga melirikku dengan bingung.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Kayaknya Rasha kesurupan deh, kak." Rasha langsung menoleh dan menatap Arga dengan tatapan terkejut, apa katanya? Kesurupan?
"Eh, gila ya!"
"Oh iya kak. Jangan-jangan dia bukan kesurupan, tapi udah gila!"
Melihat Rasha yang akan menyahuti Arga, aku langsung berbicara."Jika kalian masih ingin berbicara, berbicaralah sepuas kalian. Lalu makanan ini hanya aku dan Dani yang akan memakannya." Mereka langsung diam tak berkutik.
Aku menghela nafas, "Makanlah." Kataku.
Mereka mulai mengambil sepotong burung bakar itu dan memakannya, dan aku juga. Rasa burungnya asin, padahal aku tidak memakaikan apapun dan hanya membakarnya.
Bagaimana bisa asin?
JDER!
Terdengar suara petir bergemuruh, aku merasa sepertinya ombak seperti sebelumnya akan muncul lagi.
Tetapi harusnya kami sudah aman karena sudah didataran tinggi kan?
"Kak Chandra." Dani memanggilku.
"Ada apa?"
Dia menunjuk ke arah semak-semak di depan kami.
"Ada...seseorang." Katanya.
Rasha dan Arga ikut menatap semak-semak itu.
Dan, ada seseorang muncul disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catasthrope
FantasyGelombang aneh di lautan mengobrak-abrik dunia. Apa yang bisa kamu lakukan untuk menyelamatkan itu semua, Chandra?