Pagi ini, Anaya sangat bersemangat untuk berangkat sekolah. Karena hari ini bu Livia menyuruh semua murid untuk membawa barang kesukaan mereka. Anaya memutuskan untuk membawa buku berjudul “Petualangan di Dunia Peri” karya seorang penulis terkenal bernama Sierin. Buku itu sangat tebal sekitar 300 halaman dan Anaya sudah membacanya sampai habis. Sampul buku itu sangat indah. Anaya sangat menyukai buku itu.
Anaya memasuki ruang kelas dengan bahagia. Sesaat setelah memasuki ruang kelas, Anaya melihat barang-barang yang dibawa teman-teman nya. Ada yang membawa boneka, jepitan rambut, pensil warna, lego dan masih banyak lagi. Anaya melihat teman-teman nya mengerubungi meja Elzah. Anaya yang penasaran mencoba masuk ke kerumunan, ia begitu terkejut ketika melihat Elzah membawa skuter. Harga skuter saat itu cukup mahal jadi hanya bisa dibeli oleh orang kaya.
“An, kamu membawa barang apa?” tanya Astoria. Seketika membuyarkan perhatian nya dari skuter Elzah.
“Ah, aku membawa buku!” seru Anaya.
“Apa? Buku?” Astoria tampak tercengang.
“Iya, tunggu sebentar!” Anaya mengeluarkan buku kesukaan gadis itu yang sangat tebal dari tas nya. “Ini buku nya.”
Dengan bangga Anaya menunjukkan buku itu ke Astoria. Gadis itu tersenyum lebar sambil menunggu reaksi Astoria. Tebakannya Astoria akan terpukau dengan sampul indah buku itu. Namun, siapa sangka Astoria malah tertawa.
“Hahaha, bagaimana bisa buku adalah barang kesukaan mu?”
“Apa? Memang nya ada yang salah dengan buku ini?”
“Membaca buku adalah hal yang membosankan dan kuno! Dan itu hanya dilakukan oleh anak cupu!” seru Astoria.
Karena sedari tadi Astoria berbicara dengan suara keras, sekarang semua perhatian tertuju ke Anaya.
“Ana, jadi barang kesukaan mu adalah buku? Dasar anak cupu!” ejek Elzah.
Seketika itu juga satu kelas menertawakan Anaya. Gadis itu hanya terdiam mencoba mencari kesalahan yang ia lakukan. Air mata nya mati-matian ia tahan agar tidak keluar. Beruntung guru datang dan anak-anak lain berhenti menertawakan Anaya.
Saat pelajaran, reaksi Bu Livia mengenai barang kesukaan Anaya sangat biasa saja. Padahal, saat Bu Livia melihat barang kesukaan anak lain ia terlihat antusias. Saat bel pulang berbunyi, Anaya langsung mengemasi barang nya dan pulang. Anaya tidak pulang ke rumah, ia pergi ke jalanan yang sepi lalu mencari tempat yang aman baginya untuk meluapkan emosi nya.
Di lorong gelap dan sempit, Anaya menangis. Anaya benar-benar merasa sedih sampai ingin menghentikan hobi nya yang membaca buku sehingga ia bisa bermain dengan teman-teman lagi. Sampai satu jam telah berlalu, gadis itu mulai merasa mengantuk dan memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah ia keluar dari lorong, Anaya tidak sengaja melihat papan kayu yang tergantung di salah satu bangunan. Di papan kayu itu terdapat gambar buku yang mulai pudar dan tulisan “Perpustakaan Leviosa”.
“Apa? Perpustakaan? Aku tidak pernah tahu kalau ada perpustakaan di sini,” batin Anaya.
Tanpa pikir panjang Anaya masuk ke perpustakaan itu. Berniat ingin berkunjung sebentar agar membuat suasana hatinya lebih baik.
Di dalam benar-benar sepi. Anaya tidak melihat satu orang pun. Meskipun begitu, ia tidak peduli dan terus mencari buku-buku bagus untuk dibaca.
Akhirnya setelah 20 menit, Anaya menemukan buku yang menarik bagi nya. Buku itu berjudul “Phobia Kucing”. Anaya penasaran apa isi buku itu. Sebagai pecinta kucing, Anaya tidak mengerti mengapa ada orang yang phobia kucing.
Saat Anaya hendak mencari tempat duduk. Tiba-tiba muncul batang hidung di sebelah kiri nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Life Story (COMPLETE)
Short StoryIni tentang kehidupan. Kehidupan dimana setiap orang merasakan perasaan. Dalam kehidupan, tentu ada banyak perasaan. Marah, sedih, senang, kecewa, tegang, takut, gelisah dan banyak lagi. A Little Life Story berisi kumpulan cerpen mengenai kehidupan...