-The Gloves•End -

23 5 0
                                    

Ops! Terdengar suara yang kemudian disusul teriakan histeris Aurellie. Puella tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Seakan sarung tangan dan kulit Aurellie menyatu. Sehingga saat sarung tangan ditarik, kulitnya juga ikut tertarik. Memperlihatkan sedikit daging Aurellie yang terpampang jelas dengan darah yang terus menetes. Untung seluruh sarung tangan nya tidak lepas, kalau tidak entah apa yang akan terjadi pada gadis hangat seperti Aurellie.

Aurellie tidak ke kamar sampai esok pagi. Jam sembilan setelah sarapan barulah Aurellie kembali ke kamar.

"Kak, apa yang sebenarnya terjadi pada mu dari kemarin siang sampai sarapan hari ini? Aku lihat ayah memaksa mu ke kamar orang tua kan? Apa yang kakak lihat di sana?" ujar Puella tak sabaran.

Aurellie hanya diam. Tak sepatah kata pun ia ucapkan, tetapi kini matanya menoleh ke Puella. Mata yang mengisyaratkan ketakutan. Aurellie kemudian mengambil secarik kertas dan pena lalu menulis sesuatu.

Lari. Kita harus lari dari sini. Mereka semua orang jahat, lidah ku di potong. Ibu, ayah dan peliharaaan nya orang jahat. LARI DARI SINI DAN JANGAN PERNAH KEMBALI. JANGAN PIKIRKAN KAK JANE KARENA DIA SUDAH TIDAK BISA KITA TOLONG.

Begitu Puella selesai membaca ia langsung melihat ke mulut saudarinya. Ya ampun ... bagaimana hal ini bisa terjadi?

"Mengapa ayah dan ibu sampai memotong lidah mu? Ini kejahatan ... kejahatan yang bila di lakukan maka orang yang melakukannya harus masuk penjara kan? Puella memegangi kedua kepala nya.

Berusaha menahan kegilaan yang baru saja terjadi.

Aurellie menangguk dan terus menggaris bawahi kata "Lari" di tulisannya. Lalu di balik kertas itu ia menulis lagi.

Besok pukul sembilan pagi kita keluar lewat pintu belakang lalu kita ikuti peta ini. Peta ini ku ambil di kamar orang tua saat ayah lengah. Kita hanya perlu ikuti peta menuju ke desa yang paling dekat. Desa Livemore namanya.

***
Tamu ayahnya sudah datang dan ibu sudah pergi ke pabrik. Inilah waktu yang tepat untuk melarikan diri. Puella menaruh salam perpisahan kepada Jane di bawah bantal nya. Ia yakin Jane yang suka bersih-bersih akan menemukan nya.

Dua gadis itu keluar diam-diam seperti yang direncanakan. Untungnya, semua berjalan lancar, Puella tersenyum kepada kakaknya. Rasa lega mengalir di tubuh dua gadis itu, mereka akan hidup aman di desa Livemore. Puella sudah tidak sabar mendengarkan cerita Aurellie tentang apa yang ia lihat sampai-sampai langsung ingin kabur. Dua gadis itu berlari dengan semangat dan kebahagian yang memuncak. Yah, setidaknya sampai mereka berdua menginjak sesuatu.

"Ah! Apa ini?!" teriak Puella.

Sekarang pandangan kakak adik itu terbalik. Satu kaki mereka terikat dan tubuh mereka berayun di udara dengan kedua tangan yang menjuntai kebawah.

"Jebakan? Ini pasti jebakan pemburupemburu, oh tidak!" Puella berteriak putus asa.

Aurellie mulai memutar otaknya, berusaha keras memikirkan bagaimana cara keluar dari perangkap ini. Namun, satu jam telah berlalu dan kedua gadis itu masih bergelantungan. Puella berteriak meminta tolong tapi sayangnya tak ada orang yang datang. Aurellie mulai meneteskan air mata karena ia tak menemukan cara agar bisa bebas.

Mereka sudah mencoba semua cara mulai dari menggoyangkan tubuh mereka dengan cepat tapi tali di kaki mereka tak kunjung lepas.

Ketika Puella yang panik dan Aurellie yang mulai frustasi, seseorang datang.
Semakin dia mendekat Puella semakin tau siapa dia.
Seseorang yang datang itu tak lain dan tak bukan adalah ibu nya.

Melihat itu, Puella dan Aurellie semakin ketakutan.

"Jadi kalian sudah tau bahwa aku menggunakan darah orang tua kalian untuk membuat tanda kupu-kupu merah di sarung tangan yang ku jual?" tanya Ibu.

Puella melongo, ia tidak paham apa yang di katakan ibunya. Sedangkan Aurellie sedari tadi mengeluarkan keringat, ia sudah tau semua rahasia ibunya. Kini jantung Aurellie berdegup sangat kencang. Adik nya menoleh perlahan ke Aurellie tetapi ia hanya menggelengkan kepala. Oh, sungguh sekarang Puella ketakutan setengah mati.

"Seperti nya Puella belum tau. Aurel sudah tau, kan? Kamu mengintip buku harian ku, untung saja lidah mu sudah ku potong." Suara Ibu yang dingin bagaikan menusuk paru-paru dua anak itu.

"Kau! Orang gila, bagaimana bisa seorang ibu memotong lidah anaknya sendiri!" teriak Puella.

"Bukannya aku sudah bilang di awal? Huft... Baiklah, akan ku ceritakan. Dulu keluarga Miotagan hampir bangkrut. Tak seorang pun ingin membeli sarung tangan buatan keluarga kami karena ada saingan baru yang dianggap sarung tangannya lebih berkualitas dari buatan kami. Aku sudah melakukan apapun agar bisnis keluarga Miotagan tidak bangkrut tetapi, tidak ada satu pun cara yang berhasil. Di saat aku benar-benar putus asa, aku mendengar bisikan. Bisikan itu menyuruhku untuk menculik bayi yang baru lahir dan membunuh orang tua nya lalu mengambil darah orang tua nya untuk di jadikan kupu-kupu di sarung tangan buatan kami."

"Aku menuruti bisikan itu. Aku membunuh pasangan yang baru satu bulan memiliki anak dan menculik bayi mereka. Aku juga membawa jasad pasangan itu dan mengambil darah mereka. Selama aku melakukan nya, aku seperti dituntun oleh bisikan itu. Untungnya, semua berjalan lancar, setelah ku buat sarung tangan dengan corak kupu-kupu yang dibuat dari darah pasangan itu, sarung tangan ku laris manis. Dalam sekejap, darah pasangan itu sudah habis. Aku hendak membunuh bayi pasangan itu yang berumur dua tahun namun, bisikan itu menyuruhku untuk jangan dulu membunuh nya. Saat bayi itu berusia 18 tahun aku harus memberinya sarung tangan yang ku buat sendiri lalu setelah itu aku harus membunuh nya. "

"Lalu siklus itu terus berputar sampai sekarang. Aku membunuh pasangan yang mempunyai bayi lalu ku bawa bayi dan jasad mereka. Darah pasangan itu akan ku jadikan kupu-kupu di sarung tangan buatan keluarga Miotagan sampai habis. Setelah darah mereka habis, anak mereka yang sudah berusia 18 tahun akan ku bunuh dan akan bernasib sama seperti orang tuanya. Siklus itu akan terus berputar selama aku hidup dan keluarga Miotagan akan selalu jaya," tegas Ibu Miotagan dengan suara berat.

Puella menelan ludah. Matanya melotot tak percaya. Udara disekitarnya terasa menghilang membuat napas nya tercekat. Air mata nya terus keluar dan tubuhnya tak berhenti bergetar.

"Gi-gila... Apa-apaan ini, " batin Puella.

"Kita sudahi cerita ini, sekarang kalian lah selanjutnya. Darah orang tua kalian sudah hampir habis jadi saat nya siklus itu tetap berjalan. Sebenarnya aku ingin mengorbankan Jane dahulu tetapi ia sangat penurut dan baik sedangkan kalian sangat menyebalkan," jelas Ibu Miotagan panjang lebar.

"Yang pertama Aurellie karena ia sudah memakai sarung tangan, sedangkan Puella harus menunggu sampai ia mengenakan sarung tangan," ucap Ibu Miotagan sambil menunjuk Aurellie kemudian Puella, "Lalu kalian berdua akan bertemu di neraka. Oh ya, orang tua kalian berbeda. Kalian bukanlah saudara kandung."

Setelah membeberkan fakta mengerikan, kedua gadis malang itu di pukul sampai mereka pingsan. Sejak saat itu, kegelapan dan kegelisahan terus menyelimuti hari-hari Puella setelah kematian Aurellie. Ia hanya bisa menghitung hari sampai usianya 18 tahun dan penderitaan dan kenyataan pahit ini akan segera berakhir.

-THE END-

A Little Life Story (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang