PELINDUNGKU

00: Prolog

Ruangan yang memiliki banyak buku-buku berjejeran dan meja-meja yang tertata rapi, ruangan ini sangat diam dan sekali saja ada yang bersuara semua akan berkata "Shhhh!" Ruangan apakah itu? Yap, itu adalah Perpustakaan.

Banyak sekali murid-murid rajin yang berada di ruangan ini, mungkin beberapa bilang mereka adalah 'kutu buku'. Tapi apakah kalian berpikir bahwa siswa yang memakai baju tidak rapi dan memiliki banyak luka di wajahnya akan berada di dalam perpustakaan? Tentu saja tidak kan? Inilah hal yang mengherankan yang terjadi hari ini.

Seorang siswa yang memakai seragam yang berantakan dan wajahnya yang tertempel plester sana-sini sedang berkeliling di perpustakaan. Membuat atensi para siswa-siswi teralihkan dan menatap pemuda itu.

Mata 'siswa berandalan' pun menatap ke arah pita merah yang terpasang di rambut seseorang. Dia berlari menghampirinya dan dengan semangat dia menyapa.

"Adek!" Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Erlan, Erlan Dallin Harrison. Siapa lagi kalau bukan dia?

"Hm? Kakak?" Gadis yang memakai pita merah yang terpasang di rambut coklat adalah Arabella, Arabella Stellaris.

"Ini aku, kenapa adek naik-naik ke tangga gitu? Nanti kalau gak hati-hati bisa jatuh lho..." Erlan menatap bingung dan khawatir.

"Saya gapapa kok, kak. Saya sedang cari buku sejarah Gresik, judulnya KOTA GRESIK 1896-1916. Saya punya foto cover bukunya kalau kakak mungkin tahu." Arabella turun dari tangga dan mencari foto itu di ponselnya.

Arabella yang malang, orang di depanmu ini mana mungkin mengerti. Dia saja datang sekolah untuk bermain bukan untuk belajar... Jurusan yang dia ambil saja, dia melakukannya dengan ogah-ogahan. Apalagi malah ditanya tentang sejarah... Dalam bentuk buku lagi.

"Kenapa adek menanyakan tentang buku sejarah? Tumben sekali..." Erlan masih berusaha bersikap biasa saja padahal dalam hatinya udah panik.

"Saya ikut lomba artikel ilmiah sejarah, saya ingin mengangkat tentang sejarah Gresik karena jarang sekali yang mengungkit sejarah itu." Arabella pun memperlihatkan layar ponselnya yang berisi foto dari cover bukunya.

"Mhm... B-bagaimana kalau kita mencari bersama? Itu akan lebih baik kan?" Sebenarnya Erlan menjadi tambah panik karena tidak pernah melihat cover buku yang se-lawas itu.

Erlan langsung berjalan ke arah rak buku disampingnya, "Aku akan mencari di rak buku sebelah sini. Adek bisa tetap mencari di sana."

Arabella hanya mengangguk-angguk dan naik lagi ke tangga untuk mencari buku itu. Sedangkan Erlan tetap mencari bukunya tapi sesekali curi-curi pandang ke Arabella.