07: PDKT main-main

8 1 0
                                    

Hari Senin pun tiba, hari yang sangat tidak disukai oleh para siswa karena harus pergi bersekolah untuk mengejar ilmu dan meninggalkan kasur kesayangannya pada hari libur.

Sama seperti MC kesayangan kita ini, Erlan berjalan dengan malas juga berwajah kusut. Entah karena apa.

"Sob!" Tiba-tiba seseorang merangkul pundak Erlan dengan cepat.

Erlan hanya menoleh dengan datar karena sangat tahu siapa orang yang ada disampingnya ini.

Kelvin tersenyum ceria seperdetik kemudian dia terkejut, "Bro...? Lu gapapa? Lu kek gak makan tiga hari..." Meskipun kalimatnya agak nyeleneh tapi rasa khawatirnya masih ada.

Erlan hanya memutarkan matanya dan menghela nafas, "Ini bukan waktunya untuk bercanda..."

"Masih mikirin adek kelas lu itu?" Kelvin berbisik dan melihat sekitar.

"Lu nanya? Lu bertanya-tanya?" Erlan hanya menanggapinya dengan malas karena sohibnya yang sangat tidak peka.

"Ealah, bro... Malah niruin pedangang sebelah. Serius ini—" Kelvin kemudian melanjutkan, "Lu gak tahu kalau ada rumor tentang ketua OSIS? Si Alex..."

"Apa hubungannya dengan gw?" Jawab Erlan tidak peduli.

"Kalau si Alex itu suka sama adek kelas lu..." Kelvin memberitahu berita besar dengan berbisik.

Mata Erlan kemudian melotot marah, "Hah?? Apa maksud lu?! Ngomong asal ceplas-ceplos! Gak mungkin si Alex—!" Eelan kemudian menyadari sesuatu.

"Mungkin, bro. Bayangin aja, Arabella itu udah cantik, manis, imut, pinter, polos, lugu, rajin... Gak disukai banyak orang? Mungkin yang gak suka juga paling iri." Kelvin mengatakannya dengan cepat.

Erlan seperti terkena mental dan terdiam.

"Terus si Alex itu, dia udah ganteng, ramah, pinter, jiwa kepemimpinan tinggi, gak playboy, disiplin. Meskipun dia orangnya agak misterius sih." Kelvin semakin meretakkan hati kecilnya Erlan.

"Anggap aja kita gak pernah sahabatan." Erlan sepertinya ngambek dan berjalan duluan ke koridor.

"Lho?! Erlan! Ealah! Ni orang pake ngambek segala!" Kelvin langsung menyusul Erlan.

Saat Kelvin berhasil menyusul Erlan, dia menyadari bahwa Erlan terhenti dari langkahnya.

Kelvin melihat ke arah depan dan melotot, mereka melihat Alex dan Arabella sedang mengobrol kan sesuatu di koridor.

"Ini beneran saya boleh minjam ini?" Tanya Alex diseberang kelas dengan Arabella.

"Tentu. Kakak bisa meminjamkannya, tapi tolong untuk mengembalikan novelnya dengan utuh..." Arabella memberikan sebuah novel berwarna biru dan tersenyum.

"Utuh? Memangnya ada yang meminjamkannya dengan kondisi tidak baik?" Alex mengangkat satu alisnya.

Arabella mengangguk dan menghela nafas, "Dia sudah mengembalikannya dengan kondisi lembaran terlipat dan covernya yang rusak. Sejak saat itu, saya tidak pernah meminjamkan novel-novel saya."

Alex sedikit menyeringai, "Oh, saya mengerti... Saya janji akan menjaganya dengan baik." Seringainya itu berubah menjadi senyuman cerah.

Di sisi lain, Erlan melihat interaksi mereka berdua dengan marah dan cemburu. Erlan semakin mengepalkan tangannya saat melihat mereka menautkan jari kelingking untuk mengikat janji Alex.

Kelvin menepuk-nepuk bahu Erlan dengan pelan, "Sabar, bro... Ini ujian..."

Erlan menggeleng cepat dan melihat mereka berdua menyelesaikan interaksi, saat Erlan mau menghampiri Alex dengan wajah kesal dengan cepat Kelvin menarik tangannya.

PELINDUNGKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang