06: Penasaran

6 1 2
                                    

"Kak Alex!"

Seorang siswi memanggil dari jauh dengan rona tipis di pipinya, seseorang yang memiliki nama tersebut berbalik dan menatap ke arah siswi itu.

"Apa?" Seseorang yang bernama Alex ini hanya menjawab dengan datar.

Siswi kemudian berlari kecil dan menyodorkan sebuah kotak hadiah dengan pita biru yang menghiasinya.

"A-aku udah lama suka sama kakak! Ini sebagai tanda terima kasih karena udah nolongin aku pas pingsan di upacara kemarin!"

Alex ingat sekarang, Alex pernah menggendongnya ke UKS karena kebetulan sedang menjaga upacara. Itu juga dilakukan secara spontan oleh Alex.

'Hanya perlakuan begitu saja dia suka padaku? Klasik sekali...' Pemikiran yang sama sekali berbeda dengan luarnya, dia hanya tersenyum dan menerima hadiah itu.

"Makasih, ya... Tapi maaf, saya tidak bisa membalas perasaan sukamu." Ucap Alex dengan senyum andalannya yang entah kenapa membuat siswi itu merona lebih banyak.

"I-iya... Gak apa-apa, kak..." Siswi itu menunduk dan berlari pergi, tidak menyadari banyak pasang mata yang menatap siswi menyedihkan itu dengan tatapan tajam serta bisikan yang menyelimuti.

Alex berbalik dan berjalan dengan tenang, tidak ada yang menyadari bahwa dia menyeringai, "Mudah sekali..." Gumamnya dengan menatap hadiah itu.

Dia adalah Alex, Alex Wijaya yang menjabat sebagai ketua OSIS pada tahun ini, dikenal sebagai sosok yang rajin, aktif, dan ramah.  Ditambah dengan wajahnya yang menarik hati para siswi saat melihatnya. Itulah bagian luar yang terdapat pada ketua OSIS tersebut.

Sebenarnya, ketua OSIS yang dikatakan sempurna itu, seseorang yang misterius dan tidak ada orang yang mengetahui sisi yang lain di ketua OSIS itu. Selalu menatap manusia sama saja dan itu sama sekali tidak membuatnya tertarik.

Entah apa yang akan terjadi jika ada seseorang yang membuatnya tertarik. Tapi, untuk saat ini sepertinya masih belum...

Alex tiba-tiba menangkap siluet gadis berpita merah sedang masuk ke ruang evakuasi.

"Siapa... Itu...? Bagaimana mungkin seseorang masuk ke sana?!" Alex berlari dan hampir mengetuk pintu.

Tapi, terdengar suara tangisan dan sesenggukan yang pelan, Alex menurunkan tangannya kemudian menghela nafas.

"Mungkin untuk kali ini ku biarkan saja dulu." Alex pergi begitu saja saat ada seseorang yang menghampiri pintu tersebut.

Saat Alex menjauh, terdengar pintu terbuka, Alex berbalik kemudian melihat siluet gadis itu dengan membelalak.

"Bukankah itu... Arabella...?" Alex kemudian melihat ke arah Erlan, "Dan... Erlan...?"

📚

"Lex!" Teriakan seseorang sambil menggebrak meja.

Alex terkejut, "Hm?" Alex menatap seseorang itu berkedip-kedip.

"Ham hem ham hem... Bagian lu kerjain hehh!" Kemudian dia menaruh beberapa tumpukan berkas-berkas.

"Allahu Akbar... Ini kerjaan OSIS atau kerjaan kantor?" Alex menunjuk berkas-berkas itu dengan datar.

"Ya... Lu sendiri ngelamun dari kemaren. Rapat gak konsen, melamun di kelas, gak dengerin penjelasan guru... Sebenarnya lu kenapa sih? Mikirin cewek, ya, lu?"

"Udah. Diem Clara..." Alex menghela nafas dan menatap kesal ke arah Clara.

Seseorang tersebut adalah Clara, wakil ketua OSIS yang jutek dan pekerja keras, selalu tepat waktu karena mottonya adalah 'Waktu adalah uang!'

Clara hanya memutarkan mata dan menggeleng, "Serah lu mau ngelamunin apa, tapi lu harus profesional dalam jabatan ini! Lu ketua OSIS heh!" Clara sekarang seperti seorang asisten yang memarahi atasannya.

Saat itu, Clara sadar bahwa Alex malah melamun lagi dengan menatap berkas-berkas dengan nanar.

Clara menggebrak meja dengan keras lagi, "Gadis berpita!" Alex terkejut dan tidak sengaja mengucapkan kalimat itu.

"Hah? Gadis berpita...?" Clara menatap Alex bingung.

"Claraa!!"

📚

Alex mengacak-acak rambutnya sendiri dan menghela nafas, "Gw kenapa sih akhir-akhir ini?"

Alex menutup matanya dan tetap berjalan dan tidak menyadari dia sedang menabrak seseorang.

Bruk!

"Aduh!"

Alex terkejut dan menatap seseorang yang dia tabrak, "Pita merah...?" Gumamnya.

"Aku benar-benar minta maaf..." Arabella menatap mata Alex.

Alex yang terkejut berusaha tersenyum, "Tidak apa-apa... Lain kali jangan main HP sambil jalan, ya, dek..." Pandangan Alex tertuju pada ponselnya Arabella.

Alex berjalan duluan sampai Arabella berhenti mempedulikannya, dia berbalik dan menatap punggung Arabella dari jauh.

"Dia anak yang dirumorkan itu ya...?"

Alex berusaha mengingat namanya, "Arabella kan namanya? Yang terlibat rumor dengan Erlan... Berarti tadi itu..."

'Tunggu rumornya reda...'

Siluet room chat itu terlintas dan menyadari sesuatu, "Dia sedang menjauh dari Erlan ya...?"

Alex menyeringai dan kemudian berjalan lagi, "Menarik..."

"Dia mudah didekati atau tidak ya...? Aku penasaran..."

📚

WADUH WADUH! GAK BAHAYA TA?!

Maaf untuk kali ini chapter nya agak dikit:)

Otakku buntu banget soalnya...

So, see you to next chapter!

PELINDUNGKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang