Sudah 2 hari krist dan singto di jepang namun keduanya tak pernah keluar dari hotel walau hanya sebentar, bahkan sekedar untuk makan krist memesan layanan hotel agar mengantar makanan mereka ke kamar.
Itu karna krist yang terus-terusan memakan tubuh sang suami hingga membuat singto lemas walau sekedar berjalan ke kamar mandi, kaki singto bergetar karna terus di beri kenikmatan oleh suaminya.
Sekarang singto sudah baik-baik saja, ia memaksa krist agar membawa dirinya ke luar.
Saat ini krist dan singto sedang duduk di sebuah taman sambil memakan es krim memperhatikan sekitar mereka dan melihat anak kecil bermain, entah kenapa ada sedikit rasa iri di hati singto saat melihat itu.
"Krist..."
"Ya, sayang?"
"Lihat anak kecil itu" ucap singto sembari menunjuk ke arah anak kecil yang sedari tadi di lihatnya tengah bermain bersama papanya.
"Dia menggemaskan" ucap krist.
"Apa kamu ingin mempunyai anak seperti itu?" Ucap singto.
"Aku sangat ingin" ucap krist.
"Bagaimana jika kita mengadopsi anak?" Ucap singto.
"Tidak, sayang. Mama pasti tak akan menerima itu. Lagi pula aku masih ingin menikmati hari-hari ku bersama mu, tanpa anak" ucap krist.
"Mengingat mama, bagaimana jika mama benar-benar menyuruh kamu menceraikan aku nanti?" Lirih singto.
"Aku tak akan melakukan itu, jangan khawatir" ucap krist.
"Tapi..."
"Apa kamu sudah lapar? Ayo cari makan siang" ucap krist.
Singto mengangguk kemudian beranjak dari duduknya, krist menautkan tangan mereka berjalan mencari restoran terdekat untuk mereka makan siang.
Ponsel krist berdering, ia mengangkat panggilan itu, bicara dengan seseorang di sebrang sana sambil terus berjalan. Beberapa menit kemudian krist mematikan panggilannya.
"Sing, maaf. Sepertinya kita harus pulang malam ini" ucap krist dengan perasaan bersalah.
"Kenapa tiba-tiba?" Tanya singto.
"Mama sakit sekarang. Tadi orang kepercayaan mama menelpon ku" ucap krist.
"Oh, ya. Apa sekarang kita langsung ke hotel mengemasi pakaian kita?" Ucap singto.
"Nanti saja, kita makan siang dulu" ucap krist, membuat singto mengangguk mendengarnya.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, pukul 9 pagi krist dan singto sudah tiba di bandara, krist terus menggenggam tangan singto sedari tadi karna ia merasa sangat bersalah pada singto. Harusnya mereka di jepang 5 hari namun di hari ke-3 mereka sudah harus pulang.Sopir mama krist sudah menunggu di depan bandara, krist membukakan pintu mobil untuk singto lebih dulu mempersilahkan singto masuk, setelah itu baru dirinya. Mereka langsung ke rumah mama krist.
Saat mobil tiba di depan rumah mama krist, krist keluar dari mobilnya lebih dulu, sedangkan singto masih betah duduk di tempatnya, entahlah rasanya singto enggan bertemu mertuanya itu, apa lagi pertemuan terakhir mereka sangat tidak mengenakan, namun sepertinya krist menyuruh agar singto ikut bersama dia sekarang, krist bahkan sudah membukakan pintu mobil untuk singto.
Keduanya berjalan masuk ke dalam rumah, menuju kamar mama krist dengan tangan yang bertautan tentunya.
Sebelum masuk ke kamarnya, krist mengetuk pintu kamar lebih dulu, setelah terdengar suara mamanya memperbolehkan dia masuk baru krist berani membuka pintu kamar.
Fokus singto langsung terarah kepada seorang wanita asing di matanya, jelas saja, ia bahkan tak mengenal wanita itu, krist juga tak mempunyai saudara kandung.
"Bagaimana kabar mama?" Tanya krist.
"Penyakit mama kambuh saat di mall, beruntung ada namtan yang membantu mama" ucap mama krist, membuat krist menoleh ke arah wanita cantik yang sejak tadi berdiri di samping ranjang mamanya.
"Terima kasih sudah membantu mama ku" ucap krist.
"Krist, namtarn benar-benar gadis yang baik. Dia baru berusia 20 tahun dan masih kuliahh--"
"Sayang, kemarilah" ucap krist membuat ucapan mama krist terhenti.
Singto berjalan mendekati krist membuat wajah mama krist berubah menjadi tak suka.
"Perkenalkan, dia suami ku" ucap krist pada namtan.
"Namtan sedang membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya, mama juga sudah bicara dengannya, dia bersedia menjadi istri kedua mu untuk memberi kamu anak" ucap mama krist, membuat singto terkejut mendengarnya.
Singto reflek menggenggam tangan krist saat mendengar itu, sedangkan krist hanya tersenyum lembut menanggapinya.
"Oh... Kenapa namtarn tak bekerja merawat mama saja? Mama bisa memberi dia gaji untuk itu, lalu dia bisa membayar biaya kuliahnya" ucap krist sembari mengusap tangan singto yang sedari tadi menggenggam tangannya.
"Mama tak butuh orang untuk menjaga mama krist!! Mama butuh cucu dari mu!!" Ucap mama krist kesal.
"Cucu mama sedang dalam proses, jangan terlalu di pikirkan, ma. Aku tak mau mama sakit karna terlalu memikirkan itu" ucap krist.
"Ma, jika phi krist tak mau aku bisa mencari pekerjaan lain" ucap namtarn.
Namtarn bahkan sudah memanggil mama krist dengan sebutan mama membuat hati singto semakin sakit mendengarnya.
"Berapa yang kamu butuhkan? Aku akan memberi mu uang tapi dengan syarat kamu harus menjauh dari keluarga kecil ku" ucap krist.
"Pikirkan sekali lagi, krist. Usia mu sudah 30 tahun sekarang! Teman-teman mu bahkan sudah mempunyai dua anak!!" Ucap mama krist.
"Tolong jangan ucapkan itu di depan singto, ma. Hargai perasaannya" ucap krist.
"Mama hanya mencoba memberikan yang terbaik untuk kalian berdua dan kebetulan namtarn ada untuk membantu kalian. Apa kamu tega padanya krist? Dia masih kuliah dan sekarang tengah di tagih biaya semester, dia juga di usir dari rumahnya sendiri karna tak mampu membayar sewa rumahnya, kedua orang tuanya sudah meninggal, itu sebabnya mama menampungnya disini"
"Wow, dia sangat mirip dengan suami ku. Singto juga tak punya orang tua lagi dan hanya sebatang kara di negara ini, tapi kenapa mama bisa kasian pada namtarn tapi sepertinya tidak kasian pada suami ku yang sudah jelas menantu mama?" Ucap krist.
"Maksud mama seperti ini, namtarn menjadi istri kedua mu, kamu dan singto tetap tinggal di rumah kalian, sedangkan namtarn tinggal bersama mama disini, menemani mama. Sesekali kamu menginap disini, singto pasti tak masalah 'kan?" Ucap mama krist.
"Aku tak mau berbagi suami" ucap singto yang akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Kamu tak akan berbagi suami, sayang. Sampai kapanpun. Kamu juga akan tetap menjadi kesayangan ku satu-satunya. Tak ada yang bisa menggantikan posisi mu di hati ku" ucap krist sembari mencium tangan singto.
"Sebaiknya kalian pergi dari sini!! Krist tolong pikirkan sekali lagi!! Jika kamu setuju kamu ke rumah mama tanpa membawa singto!! Namtan akan tinggal bersama mama mulai sekarang!!"ucap mama krist.
"Ya, kami akan pergi" ucap krist sembari menggandeng tangan singto membawanya keluar dari kamar mamanya.
Tbc
YOU ARE READING
A Wedding Story (On Going)
FanfictionBisakah krist dan singto mempertahankan cinta mereka di kala semua orang menyuruh keduanya untuk berpisah? akankah pernikahan mereka akan berakhir bahagia atau bahkan sedih? penasaran? ayo ikuti ceritanya disini! *Top Krist, Bot Sing, M-preg.