Bagian 6

122 19 5
                                    

-Eliot's Pov-

Krystal Everly adalah nama perempuan yang dipilih orangtuaku untuk menjadi pendampingku nanti. Aku sama sekali tidak tertarik pada dirinya, itu adalah hal yang aku pikirkan saat belum melihat dan berbicara langsung dengan perempuan tersebut. Namun setelah pertemuan pertama kami, aku menjadi sedikit tertarik pada dirinya. Apalagi dengan dia yang bertanya apakah aku gay? Mana ada perempuan yang menanyakan hal itu pada pertemuan pertama dengan orang yang akan dijodohkan dengan mereka? Tidak ada, hanya Krystal yang bisa melakukannya.

Setelah beberapa kali bertemu, aku menyadari kalau Krystal sering mengucapkan apapun yang ada dipikirannya secara spontan, didukung dengan ekspresi wajahnya yang membuat dia terlihat menggemaskan. Namun seceroboh apapun perkataannya, aku tahu kalau dirinya bersikap tidak terbuka padaku dan sedikit menjaga jarak. Dia tidak pernah menceritakan apapun tentang dirinya tanpa aku yang bertanya lebih dulu. Bahkan saat kami berjauhan, dia sama sekali tidak pernah menanyakan kabarku. Aku sendirilah yang berinisiatif mengirim pesan dan menghubunginya lebih dulu.

Terkadang aku berpikir, apa dia tidak menyadari kalau tunangannya ini adalah Eliot Korch? Aku tidak perlu menyebutkan ada berapa banyak wanita yang menggodaku saat aku sedang berada diluar sana. Apa dia sama sekali tidak mempedulikan atau khawatir tentang hal tersebut? Ha... dia benar-benar menyentil egoku.

Karena tindakannya tersebut rasa penasaranku pun muncul. Aku ingin tahu apa hal yang membuat dirinya tidak mau terbuka padaku. Apa itu disebabkan karena diriku atau memang dia mempunyai alasan sendiri? Aku ingin mengetahuinya.

Dan hal yang tak terduga pun terjadi saat aku mengantarnya kembali ke apartemen. Seorang laki-laki yang cukup tinggi dengan wajah yang lesu sedang menunggu didepan pintu apartemen. Wajahnya langsung berubah ceria saat melihat Krystal. Dia menatap Krystal dengan tatapan... rindu? Sial, beraninya dia menatap milikku seperti itu.

Tapi ekspresi yang diberikan Krystal sangatlah berbalik. Dia hanya menatap laki-laki itu dengan datar tanpa senyum sedikit pun. Jadi mereka bermusuhan?

"Kry-"

"Apa yang kau lakukan disini?" Sama seperti ekspresinya, suara Krystal pun terdengar datar bahkan lebih ke arah seperti tidak tertarik dengan sosok yang ada dihadapannya saat ini.

"Aku merindukanmu," Aku menatap pria tersebut dengan tajam. Hey bung! Orang yang kau rindukan itu adalah tunanganku.

"Pergilah, jika kau hanya ingin mengatakan omong kosong seperti itu." Nah, ini baru gadisku.

"Tidak. Krystal, tidak bisakah kita kembali seperti dulu?"

"Kembali seperti dulu? Setelah kau mengkhianatiku dan pergi dengan orang lain? Kau bilang perempuan itu lebih baik dariku, dia bisa memberikanmu semua yang kau mau. Tapi kenapa kau ingin kembali sekarang? Dimana perempuan itu?" Tidak ada emosi dalam suara Krystal, tatapannya pun masih sama seperti tadi. Satu hal yang ku tahu, mereka ternyata pernah menjadi sepasang kekasih dulu.

"Aku salah, penilaianku itu salah. Aku tahu aku terlambat menyadarinya. Aku mohon Krystal,"

"Pergilah, tidak ada yang bisa diperbaiki lagi antara kita,"

Laki-laki ini mulai menahan tangan Krystal, saat Krystal ingin membuka pintu apartemennya.

"Lepaskan aku!"

"Tidak, Krystal tolong beri aku kesempatan,"

Sepertinya aku harus ikut campur sekarang, karena laki-laki yang tak ku ketahui namanya ini sama sekali tidak mau melepaskan tangannya.

Aku berdehem, mengambil alih perhatian keduanya. "Pergilah, ku rasa penolakan Krystal sudah cukup bagimu," ujarku.

"Siapa kau?!"

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang