Pagi hari yang cerah, mentari mulai menghangatkan bumi dengan sinarnya. Tapi tak dapat membuat hati Keith merasakan hal yang sama. Pria yang kini berada di depan cermin kamarnya itu terlihat menatap pantulan wajahnya dengan tatapan dingin.
Ia merasakan hal yang aneh, hampa, seperti ada sesuatu yang hilang. Entahlah, satu minggu belakangan ini perasaannya sangat hancur. Semenjak ia mengetahui bahwa Vinera mengkhianatinya, ia merasa dirinya tak akan pernah dapat memaafkan Vinera.
Tapi nyatanya perasaan itu masih ada dan bahkan semakin membuat Keith sakit tiap kali ia ingin menghapus sosok wanita itu dalam pikirannya. Keith memang bodoh, mungkin jika ada perlombaan orang terbodoh sedunia Keith pasti akan mengakui bahwa ia bukan lagi sekedar bodoh.
Pintu kamarnya diketuk, tak lama terlihat Ravell yang menunduk hormat tak berani menatap sang Tuan yang masih berada di depan cermin besar.
"Apa semuanya berjalan sesuai perintah?" tanya Keith dengan nada dingin.
Ravell tersentak perlahan mengangkat kepalanya lalu mengangguk.
"Sudah, Duke. Para Rakyat percaya dengan berita yang telah dibuat oleh para penulis yang sudah saya bayar, apalagi Pangeran Kedua yang juga membantu Nona Vin agar tak jadi di eksekusi," jawab Ravell agak gugup, ia merasa aura yang dikeluarkan oleh Keith belakangan ini sangat kelam dan pekat.
Dahi Keith berkerut seiring dengan kedua alisnya yang nyaris bertepuk. Bibirnya mengukir senyum tipis memancarkan sesuatu yang rumit.
"Apa menurutmu Vinera masih memiliki hubungan dengan Reizel?" tanya Keith yang membuat Ravell bingung. Ia tak tahu harus menjawab apa, yang jelas ia tahu bahwa setiap jawaban yang ia ambil pasti akan berpengaruh pada hidup dan matinya.
"Menurut saya tidak karena kemarin..." jawaban dari Ravell terjeda ketika seseorang tanpa permisi tiba tiba membuka pintu.
Keith mengurungkan niatnya untuk mengumpati orang yang secara tak sopan membuka pintu kamar tanpa izin. Orang itu adalah Kenzo dengan wajah datar mengusir Ravell agar meninggalkan dirinya dan Keith di dalam kamar.
"Ada apa?" tanya Keith datar.
"Kau sudah membaca surat dariku kemarin?" alih alih menjawab Kenzo malah balik melempar pertanyaan pada Keith.
Keith terdiam sembari melirik setumpuk surat yang berada di atas meja yang bahkan belum tersentuh sama sekali. Surat surat itu dipisahkan dengan surat lain seolah olah sengaja dibedakan.
"Darimu? Maksudmu dari Vin?" Keith melirik tumpukan surat yang ada di meja. Sedangkan Kenzo kini terlihat menghela napas pelan, sudah menduga kalau Keith tak akan membaca surat yang ia berikan lewat asisten Keith karena Pria itu tak ingin diganggu oleh siapapun.
Untung saja kemarin ia memberikan surat kosong dan kini kedatangannya kemari ingin menyerahkan secara langsung surat Vinera dan kalau perlu memaksa Keith untuk membuka dan membaca di depannya langsung.
Kenzo kemudian menyodorkan amplop yang masih begitu rapi pada Keith.
"Dari Vinera lagi? Aku tak akan membukanya karena aku akan langsung menemuinya, jadi kalau kedatanganmu hanya sebatas pengantar surat kau pergi sekarang," usir Keith dengan wajah tak berdosa.
Kenzo menaruh surat di tangannya itu di dada Keith, menekannya agar Pria itu tak pergi.
"Kau tidak bisa menemui Vinera lagi," ujar Kenzo dengan nada tak kalah datar. Sekali lagi, Keith hanya memasang wajah heran.
"Kenapa? Siapa yang melarang?"
"Tidak ada yang melarang, hanya saja Vinera sudah pergi, bacalah surat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Choice : the eternal love
Historical FictionKalaupun ada kehidupan kedua,Emily mungkin lebih memilih mati. Namun,setelah mati Emily benar benar menjalani kehidupan keduanya sebagai anak dari Duke yang berperan sebagai figuran disebuah novel sampah yang terakhir ia baca sebelum kematian menjem...