Jeder!
Kanzia berjengit kaget mendengar suara petir. Dia mengeratkan pegangannya pada jaket Ravian. Di tengah jalan, air hujan mulai menetes perlahan-lahan disertai petir yang menggelegar membuat Kanzia ketakutan.
Merasa jaketnya dipegang dengan kuat, Ravian melirik Kanzia dari kaca spion. Cowok itu mulai menaikkan kecepatan laju motornya.
Air hujan mulai turun deras mengguyur jalanan tersebut. Ravian berdecak, ia membelokkan motor ke sisi jalan untuk berteduh. Kebetulan para pemotor lain pun tengah berteduh di sana.
"Neduh dulu di sini." Setelah membantu Kanzia turun dari motor, gadis itu langsung berlari ke tempat yang tidak terkena hujan. Kening Ravian mengerut melihat Kanzia yang sudah basah kuyup. Setelah memastikan motornya terparkir aman, laki-laki itu lantas berjalan menghampiri Kanzia.
"Kenapa nggak dipake jas hujannya?" Ravian melirik Kanzia dengan tatapan heran. Baju seragam gadis itu kini sudah basah kuyup. Berbeda dengan Ravian, cowok itu memakai jaket sehingga bajunya tidak terkena air hujan.
"Iya itu gak sempet make soalnya susah kalo di motor," balas Kanzia. Dia menggigit bibir cemas. Bajunya yang basah membuat lekuk tubuhnya terekspos. "Aduh, gimana ini."
"Bawa jaket?" tanya Ravian. Ia menyadari ada beberapa pasang mata yang menatap ke arah mereka berdua. Bukan, lebih tepatnya pada Kanzia. Cowok itu menghela napas saat Kanzia menggelengkan kepala. Dia menarik tas gadis itu agar sedikit mendekat padanya.
Kanzia yang merasa tasnya ditarik pun tubuhnya ikut tertarik. "E-eh?"
Ekspresi kebingungan terpasang di wajah Kanzia saat Ravian yang kini berada di hadapannya sedang melepaskan jaket.
"Pake." Jaket berwarna hitam itu disodorkan pada Kanzia. Sebenarnya jika bukan karena tatapan orang-orang itu, Ravian enggan meminjamkan jaketnya.
"Eh, nggak usah," tolak Kanzia, merasa tidak enak.
"Lo mau kayak gitu di depan orang-orang?" ujar Ravian, nadanya terkesan dingin ditambah raut mukanya yang datar. Uh, membuat Kanzia takut saja.
Alhasil mau tak mau Kanzia menerimanya. Tangan perempuan itu terulur mengambil jaket milik Ravian. Sial, kenapa pake gemetaran segala, batin Kanzia. Ia meringis malu.
Ravian berbalik memunggungi Kanzia. Bermaksud untuk menutupi gadis itu. Kanzia buru-buru memakai jaket Ravian. Tubuhnya yang kecil seakan tenggelam ke dalam jaket besar itu. Jantung Kanzia kembali berulah saat ia mencium wangi parfum cowok itu yang menempel di jaketnya.
Gila, gue bisa gila!
"U-udah," ucap Kanzia. Ravian mengangguk kemudian beralih berdiri di samping Kanzia. Laki-laki itu melirik jam di tangannya.
"Pulang sekarang apa nanti?"
Kanzia mendongak, menatap langit yang masih mendung dengan air hujan yang terus mengguyur jalanan. Pandangan perempuan itu beralih pada Ravian. Cowok itu hanya memakai kaos pendek. Kanzia jadi merasa bersalah telah merepotkan Ravian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzia: Secret Admirer
Novela JuvenilPertama kali bertemu lewat tatapan mata membuat Kanzia penasaran dengan sosok cowok bertopi coklat itu. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali dia tak sengaja bersitatap dengan cowok itu. Sepertinya Kanzia telah jatuh cinta pada pandangan pertama...